Malam ini langit tampak cerah. Jutaan manik-manik langit bertaburan memainkan sinarnya. Bulan berpedar menunjukkan eksistensinya, sinar keemasannya yang hangat menyinari sebagian bumi.
Semilir angin berhembus damai. Menerbangkan daun-daun kering yang berguguran di tanah. Gemersik daun yang bergesekan dengan rumput mampu membawa perasaan tenang bagi siapa pun. Seperti gadis cantik berparas barbie yang satu ini.
Berdiri di ambang jendela kamarnya adalah hal yang kerap Jessica lakukan ketika malam tiba, dan dia akan merasa kecewa jika di langit tidak ada satu pun bintang yang bisa terlihat dari bumi karena gumpalan awan hitam yang menutupi.
Perhatiannya teralihkan dari sang malam saat derap langkah kaki seseorang yang datang masuk dan berkaur di telinganya. Sosok tampan bersurai blonde dalam balutan kemeja hitam lengan terbuka dan celana bahan berwarna hitam pula berjalan menghampirinya.
"Kenapa belum tidur?" tegur orang itu yang pastinya adalah Nathan.
"Aku belum mengantuk, dan lagi pula ini masih terlalu awal untuk tidur."
Nathan mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celana hitamnya yang kemudian dia tunjukkan pada Jessica. "Aku melihatnya ketika pergi ke Inggris minggu lalu, dan aku pikir kalung ini cocok untukmu." Ucap Nathan seraya memakaikan kalung berliontin batu mulia sewarna langit itu pada leher jenjang Jessica.
Jessica menyentuh kalung yang saat ini bertengger manis dilehernya. Kalung itu begitu indah dan bertabur berlian, dan Jessica tidak tau berapa banyak uang yang harus Nathan keluarkan hanya untuk sebuah kalung.
"Pasti harganya sangat mahal. Kenapa kau harus membuang-buang uangmu hanya untuk kalung ini? Lagi pula aku tidak begitu membutuhkannya." Ujar Jessica.
"Tapi aku suka saat kau memakainya. Karena kalung itu sama cantiknya dengan pemiliknya...."
Blusss...
Wajah Jessica langsung memanas dan muncul rona merah di pipi tirusnya setelah mendengar pujian Nathan. Dan rasanya sangat sulit untuk percaya bila pria dingin dan kaku seperti Nathan ternyata bisa menggombal juga.
"Apa yang kau bicarakan, Nathan Lu? Dan memangnya sejak kapan Balok Es berjalan sepertimu jadi pandai menggombal begini?" cibir Jessica membuat Nathan kembali terkekeh.
Dimatanya Jessica terlihat begitu menggemaskan ketika sedang kesal, apalagi saat mencerutkan bibirnya.
"Apa yang kau tertawa kan? Kau pikir itu lucu? Dasar Patung Es menyebalkan." Wajah cantiknya berubah murung.
"Jangan mencerutkan bibir seperti itu, jika kau tidak ingin aku melahap mu sampai habis."
"A...apa yang kau bicarakan? Dasar m*sum." Jessica merenggut dan wajahnya semakin murung. Lagi-lagi Nathan terkekeh.
Dengan lembut Nathan menarik tengkuk Jessica dan membawa gadis itu ke dalam pelukannya. Mendekap tubuhnya dengan hangat.
"Aku pasti akan sangat merindukanmu, Sayang. Lusa aku harus pergi ke China selama satu minggu dan selama aku tidak ada, aku harap kau akan baik-baik saja. Jaga dirimu dan terus hubungi aku." Bisik Nathan sambil mengeratkan pelukannya.
"Memangnya siapa kau? Sampai-sampai aku harus menghubungimu setiap waktu, aku tidak mau. kalau kau mau kau saja yang menghubungiku. Lagi pula bagaimana dunia akan berkata jika seorang gadis menghubungi pria terlebih dulu...."
"Meskipun pria itu adalah Suamimu sendiri?" Jessica mengangguk. "Konyol."
"Terserah. Kalau kau tidak mau, tidak ada ruginya bagiku, dan hal itu justru lebih menguntungkan untukku, karena dengan begitu aku bisa hidup tenang tanpa gangguan .... eemmmpphh."
Kedua mata Jessica membelalak dan kalimatnya terpotong. Nathan menciumnya dengan tiba-tiba. Merasa terancam dengan ciuman itu, dengan brutal Jessica memukul dada bidang suaminya, berharap Nathan segera mengakhirinya.
Tapi sayangnya usahanya tidak membuahkan hasil. Yang bisa Jessica lakukan sekarang hanya pasrah dan menerimanya.
Satu menit kemudian Nathan mengakhiri ciumannya dan mendapati wajah Jessica sudah memerah seperti keping rebus.
"Dasar menyebalkan, lagi-lagi mencium bibirku dengan seenaknya, kau pikir bibirku ini apa." Wajah Jessica kembali merenggut, dia benar-benar kesal pada Nathan yang suka berbuat sesuka hatinya.
"Siapa suruh kau begitu bawel. Sudah larut malam, segera tidur. Kau boleh menempati kamar ini, aku akan tidur di kamar lain karena kau pasti akan merasa tidak nyaman jika harus tidur satu ranjang denganku," Nathan tersenyum.
Mengusap pipi Jessica lalu meninggalkannya begitu saja. Dan seketika Jessica merasa kosong setelah Nathan pergi. Jessica ingin sekali menahannya agar tidak pergi, tapi rasanya seperti ada yang menahan dihatinya.
-
Bukan Sean, Adrian dan Stefan namanya jika tidak membuat keributan dan menjahili para seniornya.
Dan lagi-lagi yang menjadi korban kejahilan mereka bertiga adalah Hyuna. Mereka bertiga memiliki dendam kesumat pada wanita itu, dan menjahilinya memberikan hiburan tersendiri pada mereka bertiga.
Entah apa lagi yang mereka lakukan kali ini, padanya sampai-sampai Hyuna menjadi begitu marah dan berteriak menghujani mereka bertiga dengan berbagai sumpah serapah. Alih-alih merasa bersalah dan segera meminta maaf pada Hyuna, mereka bertiga justru terlihat begitu menikmatinya.
Dan Jessica yang baru saja tiba di kampusnya langsung di sambut sebuah pertunjukkan yang begitu menggelikan. Jessica menghampiri Nara yang sudah menjadi penonton sejak tadi.
"Kenapa lagi dengannya? Apa dia mulai kehabisan obatnya?"
"Apa lagi jika bukan karena ulah ketiga bocah itu. Sean mengambil dal@man Hyuna dan menggantungnya di pohon. Wanita itu mengamuk karena malu."
"Astaga, kenapa mereka semakin nakal saja? Dan bagus juga sih, sekali-kali wanita itu perlu di beri pelajaran juga. Aku lapar, bagaimana kalau kita pergi ke kantin? Aku tadi tidak sempat sarapan sebelum berangkat." Ujarnya.
"Bukan ide buruk. Tapi kau harus mentraktirku."
"Bukan masalah. Ayo." Keduanya berjalan beriringan menuju kantin. Jessica berangkat pagi-pagi sekali jadi dia tidak sempat menyentuh sarapan yang telah disiapkan oleh bibinya.
Setelah memesan dan mendapatkan makanannya. Mereka berdua segera mencari tempat duduk. Dan pilihan Jessica jatuh pada meja yang ada di dekat jendela.
Jessica dan Nara menyantap sarapannya di iringi obrolan-obrolan ringan, begitu banyak hal yang mereka bahas dan semua di dominasi oleh Nara.
Nara bercerita pada Jessica jika saat ini dia sedang dekat dengan seorang pria. Dan pria itu adalah seorang CEO muda di sebuah perusahaan yang cukup ternama.
"Lalu bagaimana perkembangannya? Dan apakah pria itu adalah pria baik-baik dan bukan seorang hidung belang?" Nara mengangkat bahunya.
"Aku tidak terlalu yakin. Karena baru dua bulan aku dan dia saling mengenal." Jawab Nara.
"Saran ku sih, sebaiknya jangan terlalu terburu-buru. Sebaiknya kenali dia dulu luar dan dalam. Jangan sampai jika orang itu baik di luar tapi buruk di dalam."
"Ya, itu juga yang aku sedang lakukan."
Sesekali Jessica menatap layar ponselnya . Dalam hatinya terbesit sebuah harapan Nathan akan menghubunginya.
Ini sudah hari ketiga sejak Nathan berangkat ke China, dan baru satu kali pria itu menghubunginya. Dalam hatinya terus bertanya-tanya tentang apa yang sedang Nathan lakukan di sana?
Tiba-tiba Jessica merasa takut. Dia takut jika pria itu sedang bersenang-senang dengan para wanita cantik di sana kemudian melupakan dirinya. Ketakutan yang tidak masuk akal memang, namun itu adalah sebuah ketakutan yang wajar.
.
.
.
BERSAMBUNG.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Wulan Selly
Romantisnya Nathan, jadi iri dan baper aku 😭😭😭 Trio ubur2 mulai beraksi pemirsa. Nah loh, sedikit banyk Sica mulai mengakui perasaannya ke Nathan kan
2022-03-18
0