Jessica menghela nafas panjang. Dia benar-benar merasa kosong dan hampa. Semenjak Kepergian Nathan tujuh hari yang lalu, dia seperti kehilangan semangat hidupnya.
Keberadaan Nathan disisinya memang memberikan arti tersendiri bagi Jessica. Meskipun Nathan sering kali membuatnya kesal, tapi tak bisa Jessica pungkiri bila kehadirannya begitu berarti.
Langit cerah , biru membentang tanpa ada gumpalan-gumpalan awan putih yang mengiringi. Cerahnya langit siang ini tak bisa membawa senyum di wajah cantiknya.
Bahkan hangatnya sinar mentari tak bisa menghangatkan hatinya yang kelabu. Jessica benar-benar merasa di lemah, bimbang dan resah seakan mengambil alih seluruh kesadaran hatinya.
Nara dan Minho yang baru saja tiba di kantin saling bertukar pandang lalu sama-sama menatap Jessica dengan pandangan heran. Kemudian keduanya menghampiri gadis itu dan bergabung bersamanya.
"Hei, Nona Jung, ada apa dengan wajahmu itu? Kenapa kusut seperti pakaian belum disetrika?" tanya Nara seraya mengambil tempat di samping Jessica.
Gadis itu menggeleng tidak berminat sambil terus-terusan menatap layar ponselnya yang mati.
"Kau sedang dalam masalah? Nunna, kalau kau memiliki masalah jangan hanya dipendam sendiri, cerita pada kami. Kami akan selalu menjadi pendengar setia mu." Ucap Minho yang kemudian di balas anggukan oleh Nara.
"Aku tidak apa-apa dan tidak dalam masalah juga. Hanya sedikit tidak mood saja." Elak Jessica.
Karena tidak mungkin dia mengatakan yang sebenarnya pada Nara dan Minho perihal Nathan. Bisa-bisa dia diinterogasi habis-habisan oleh mereka berdua. Nara khususnya, bisa saja dia berteriak histeris jika mengetahui bila dirinya dan Nathan telah menikah, dan Istri yang selama ini dia rahasiakan adalah dirinya.
"Mulutmu mengatakan jika kau tidak apa-apa. Tapi ekspresi wajahmu sudah seperti seorang istri yang di tinggal pergi suaminya selama berbulan-bulan." Cibir Nara dan langsung menohok hati Jessica.
'Dasar Nara bodoh. Aku ini memang seorang istri yang ditinggal pergi suaminya,' ucap Jessica membatin.
Tanpa menghiraukan Nara dan Minho. Jessica bangkit dari duduknya dan pergi begitu saja. Bahkan dia tidak menghiraukan teriakan Nara sama sekali. Dan mungkin membolos adalah pilihan yang paling tepat untuknya saat ini. Suasana hatinya sedang buruk, mengikuti kelas pun tidak akan berguna.
-
Jessica memasuki sebuah cafe yang letaknya tak jauh dari kampusnya. Cafe itu merupakan salah satu cafe elit di kota Seoul.
Dalam keadaan buruk seperti ini tidak ada salahnya menghabiskan sedikit uang untuk sebuah makanan yang mahal nan lezat.
Jessica menyapukan pandangannya ke segala penjuru arah. Hari ini cafe tidak terlalu ramai, hanya beberapa orang saja dan semua tentu mereka yang berdompet tebal.
Karena selain memiliki rasa yang lezat, makanan di sana juga terkenal sangat mahal.
Di tempat yang sama namun di meja yang berbeda. 4 pria tampan terlibat dalam sebuah obrolan konyol yang menggelikan. Tidak, tapi tiga pria lebih tepatnya, karena satu pria lainnya tidak menanggapi sama sekali dan hanya menjadi pendengar setia saja.
"Bro, kau ini jangan terlalu pelit jadi orang. Apa kau tidak pernah mendengar sebuah pepatah yang mengatakan, jika orang pelit itu kuburannya sempit. Jadi banyak-banyaklah bersedekah terlebih-lebih pada diriku ini." Ucap seorang pria jangkung pada pria lain yang duduk tepat di samping kanannya.
"Aku ini tidak pelit, Leon Park!! Tapi hanya mencoba untuk bersikap bijak dalam hal mengelola dolar-dolarku. Aku masih muda dan aku tidak ingin jatuh miskin jika aku sampai banyak menghambur-hamburkan uang secara tidak rasional." Ujar Justin panjang lebar.
"Tapi kenapa pada para gadis itu kau begitu royal, huh? Memangnya apa bedanya aku dengan mereka?"
"Tentu saja beda, karena mereka semua adalah sebuah pengecualian." Leon mencerutkan bibirnya. Jawaban Justin benar-benar membuatnya tersinggung.
"Jahat. Baiklah kalau begitu, kau sendiri yang menginginkannya. Kalau begitu aku juga tidak akan memberimu informasi apapun tentang gadis itu, dan aku juga tidak akan memberitahumu apa yang berhasil aku dapatkan kemarin ketika bertemu dengannya." Sontak Justin membelalakkan matanya.
"Jangan bilang jika gadis yang kau maksud adalah....?"
"Ya, memang dia. Aku akan menjual informasi yang aku dapatkan ini pada tuan Mir saja, dia kan juga tertarik pada, nona Oh. Aku yakin dia berani membayar mahal untuk informasi ini." Ujar Leon sambil merentangkan telapak tangannya.
"Jangan. Aku akan membayar mu dengan harga yang sangat tinggi asal kau menjual informasi itu padaku, bahkan aku rela melepaskan mobil kesayanganku jika kau mau mengatakan sekarang padaku."
"Hahahha. Tapi bukan aku ya yang memintanya, karena kau yang memaksanya. Maka aku akan menerimanya."
Nathan dan Daniel hanya bisa mendengus dan menggelengkan kepala. Justin begitu polos dan mudah di bohongi oleh Leon yang jelas-jelas hanya berusaha untuk memanfaatkannya saja.
Kemudian Nathan menggulirkan pandangannya, dan detik itu juga iris coklatnya langsung bersirobok l dengan sepasang mutiara Hazel milik seorang gadis yang duduk beberapa meter dari tempatnya berada.
'Jessica....' gumamnya membatin.
Terlihat Jessica menekuk wajah. Gadis itu bangkit dari duduknya dan pergi begitu saja, bahkan sebelum menyentuh makanannya.
"Tiba-tiba aku ada urusan mendadak, aku pergi dulu." Kemudian Nathan bangkit dari duduknya dan pergi begitu saja. Dia hendak mengejar Jessica yang sepertinya sangat marah padanya.
Dan sementara itu. Jessica terus saja berkomat-kamit tidak jelas. Menghujani Nathan dengan berbagai sumpah serapahnya.
"Dasar pria menyebalkan. Bisa-bisanya dia malah bersenang-senang dengan teman-temannya sedangkan aku menunggunya dengan gundah. Awas saja kau, Nathan Lu, mulai hari ini aku tidak akan bicara lagi denganmu." Jessica terus saja menggerutu di sepanjang jalan. Bahkan dia tidak peduli dengan semua pandangan orang-orang yang ada disekelilingnya.
Jessica mempercepat langkahnya dan dia sampai di sebuah kawasan sepi.
"Benarkah?"
Kedua mata Jessica membelalak dan dia langsung menghentikan langkahnya. Sontak Jessica menoleh dan mendapati seorang pria berjalan menghampirinya dengan senyum terkutuknya. "Nathan Lu....?"
"Kenapa langsung pergi setelah melihatku? Bahkan wajahmu terlihat kesal, apa kau kesal karena aku pulang tidak langsung menemui mu?" tanya Nathan memastikan.
"Tentu saja tidak. Mana mungkin seperti itu. Bahkan aku tidak peduli kau pulang atau tidak? Malahan aku berharap kau itu tidak usah pulang sekalian." Tutur Jessica sambil membuang muka.
Nathan terkekeh. Nathan meraih dagu Jessica dan langsung mencium bibir ranumnya. "Padahal aku sangat merindukanmu." Ucap Nathan sesaat setelah melepaskan tautan bibirnya.
"Tapi aku tidak." Jessica membuang muka. dan menghindari kontak mata dengan Nathan."Aaahh...," Jessica memekik kaget saat Nathan tiba-tiba saja mengangkat tubuhnya bridal style.
"Yakk! Apa yang kau lakukan? Turunkan aku, Nathan Lu." Teriak Jessica menuntut.
"Sebaiknya kau diam jika tidak ingin menarik perhatian. Sembunyikan wajahmu di dadaku, agar orang-orang tidak bisa melihat wajahmu." Pinta Nathan di tengah langkahnya.
"Huftt, dasar menyebalkan."
.
Nathan menghentikan mobil mewahnya di halaman luas sebuah mansion mewah miliknya. Itu adalah mansion yang sama yang pernah Jessica tinggali bersama Ellie beberapa minggu yang lalu. Nathan membawa Jessica ke kamarnya yang berada di lantai dua.
Kemudian Nathan menurunkan gadis itu di atas tempat tidur. "Aku akan membersihkan tubuhku terlebih dulu. Dan setelah ini giliran mu untuk memanjakan ku." Ucap Nathan seraya menggerlingkan matanya. Alhasil sebuah bantal langsung mendarat di wajahnya.
"Me...mesum." Pipi Jessica merona karena ucapan Nathan. Sudut bibirnya tertarik ke atas , rasanya seperti ada jutaan kupu-kupu bertebaran di dalam perutnya. Nathan Lu, sepertinya kau baru saja mengajari Istrimu arti dari mencintai.
Lima belas menit kemudian Nathan keluar dari sana hanya dengan memakai celana Jeans hitam panjang dan sebuah singlet putih yang melekat pas di tubuh kekarnya, dan itu berhasil membuat pipi Jessica merona. Nathan meletakkan handuknya dan menghampiri Jessica.
"Kenapa wajahmu memerah, Sayang?" tanya Nathan lalu mencium singkat bibir Jessica."Dan lihatlah kedua pipimu sudah seperti kepiting rebus.
Jessica mempoutkan bibirnya. "Itu semua karena dirimu, Nathan Lu, siapa suruh kau hanya memakai kaus singlet saja. Itu membuatku merasa sedikit panas." Jessica menundukkan wajahnya sambil tersipu.
"Oh, jadi kau sudah siap untuk melewatkan malam pertamamu bersamaku?" Nathan menyeringai. Membuat Jessica semakin merona dibuatnya.
"Mesum."
.
.
.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Wulan Selly
Makanya Sica, kalau orangnya ada jangan di abaikan dan sok jual mahal. giliran gak ada aja kangen 😂😂😂 Jessica kesal Nathan gak langsung nemui dia tapi temen2nya
2022-03-18
0