Jessica hanya menatap datar pada sosok tampan yang sedang menatap padanya. Punggung tegapnya bersandar pada tembok sambil bersidekap dada.
Sudut bibir Nathan tertarik ke atas, membentuk seringai tipis di wajah tampannya. Kemudian dia beranjak dan menghampiri Jessica yang terlihat membuang muka.
Nathan meraih dagu Jessica dan memaksa gadis itu agar menatap padanya, membuat dua pasang mutiara berbeda warna milik mereka saling menatap selama beberapa saat. "Kenapa kau menatapku seperti itu?" sinis Jessica melihat tatapan Nathan yang begitu dalam.
"Tidak ada, aku hanya ingin menikmati kecantikan wajah istriku saja."
Gadis itu menepis kasar tangan Nathan dari wajahnya sambil menatapnya kesal. Kenapa pria tampan satu ini selalu bisa menghancurkan Moodnya.
"Memang siapa istrimu? Bahkan sejak awal aku tidak setuju untuk menjadi istri dari seorang pria dingin dan arogan sepertimu!! Lagi pula mana ada pernikahan yang tidak dihadiri keluarga dan teman dekat sama sekali, bahkan kau memintaku untuk merahasiakan pernikahan ini dari semua orang termasuk, bibiku. Memangnya ada pernikahan seperti itu?" ujar Jessica panjang lebar.
Nathan tersenyum tipis. "Jadi kau kesal padaku karena hal itu?" Nathan menatap Jessica dengan penuh kelembutan. Namun yang di tatap malah membuang muka ke arah lain.
"Dengarkan, Sayang. Aku memiliki alasan kenapa aku melakukan semua ini. Dan ketahuilah jika semua yang aku lakukan ini demi kebaikanmu sendiri, aku pasti akan memperkenalkan mu pada dunia dan menggelar resepsi yang megah jika waktunya telah tiba. Jadi untuk saat ini bersabarlah."
"Cih, kenapa kau begitu percaya diri, Tuan Ku yang terhormat. Kau mau mengakuinya atau tidak, itu tidak ada untungnya juga bagiku." Ujar Jessica ketus.
Alih-alih merasa kesal. Nathan malah tersenyum mendengar ucapan Jessica yang terlewat pedas itu. Karena dimatanya, istri kecilnya itu begitu menggemaskan. Nathan meraih tengkuk Jessica dan langsung mencium bibirnya membuat kedua mata gadis itu membelalak saking kagetnya.
Jessica mencoba untuk berontak dan melepaskan ciuman itu dengan paksa, tapi tangan Nathan segera mencegahnya dengan mencengkram pergelangan tangannya.
Ciuman Nathan semakin lama semakin menuntut membuat Jessica kwalahan dibuatnya. Salah satu tangan Jessica memukul dada Nathan dengan brutal, meminta supaya pria itu segera melepaskannya. Alih-alih menuruti, Nathan malah memperdalam ciuman mereka dengan memasukkan lidahnya ke dalam mulut Jessica.
Mengabsen satu persatu gigi putihnya dan menyesap lidahnya. Jessica benar-benar di buat tak berdaya oleh ciuman Nathan yang semakin menuntut, dan mungkin saja dia sudah terjatuh dari posisinya jika saja posisinya saat ini berdiri.
Dan Nathan baru mengakhiri ciumannya beberapa saat kemudian saat melihat wajah Jessica telah memerah karena kehabisan napas. "Yakk! Apa kau benar-benar ingin membuatku mati kehabisan nafas. Eo!" amuk Jessica sambil mencerutkan bibirnya.
"Kenapa kau masih saja payah, Sayang. Padahal aku sudah sering mengajarimu."
"Cihh, mati saja kau, Nathan Lu!!!" Nathan kembali terkekeh.
Dengan gemas dia menyentil kening Jessica lalu membawa gadis itu ke dalam pelukannya. Dan kali ini Jessica tidak lagi memberontak, mungkin saja dia sudah lelah dengan usahanya untuk melepaskan diri dari Nathan.
"Aku tau kau pasti marah dan kesal karena apa yang telah aku lakukan ini. Tapi mengertilah, Sica. Jika apa yang aku lakukan ini karena aku benar-benar tulus mencintaimu. Kau boleh meragukan apa yang aku katakan, tapi suatu saat nanti kau pasti akan memahaminya." Ujar Nathan panjang lebar.
Kemudian Nathan melepaskan pelukannya pada tubuh Jessica. Sepasang mutiara berlapis lensa abu-abu itu menatap Hazel Jessica dengan lembut seperti tadi.
"Istirahatlah, aku sudah meminta ijin pada pihak kampus jika hari ini kau tidak masuk. Baik-baik di sini, aku akan segera kembali." Nathan menepuk kepala Jessica dan pergi begitu saja.
Jessica menatap kepergian Nathan dengan tatapan yang sulit di jelaskan. "Nathan Lu, aku benar-benar tidak mengerti dirimu!!!"
-
Tokk... Tokk... Tokk...
Ketukan pada pintu mengalihkan perhatian Nathan dari ponsel pintar di tangannya. Sosok pria dengan balutan pakaian formal berkacamata terlihat memasuki ruangan itu sambil menenteng sebuah dokumen yang kemudian diberikan pada Nathan.
"Tuan Muda, ini dokumen yang Anda minta kemarin. Semua sesuai dengan keinginan Anda. Anda bisa memeriksanya untuk memastikannya, jika masih ada yang tidak sesuai dengan keinginan Anda. Saya akan memperbaikinya."
"Hn, kau memang tidak pernah mengecewakanku, Leo. Lalu bagaimana dengan penyelidikan yang aku minta?" Nathan mengangkat wajahnya dan menatap Leo dengan serius.
Leo mengangguk. "Saya telah menyelidikinya, dan memastikan jika orang-orang itu telah mendapatkan imbalan yang setimpal dengan apa yang telah mereka lakukan pada makam Tuan Besar dan Nyonya," ujarnya.
"Pastikan mereka mengaku dan memberitahu kita siapa dalang di balik perusakan makam tersebut. Dan jika mereka masih tetap tidak mau mengaku, kau tau bukan apa yang harus dilakukan?"
Lagi-lagi Leo mengangguk. "Saya mengerti, Tuan Muda."
"Lalu bagaimana dengan surat-surat yang aku minta padamu dua hari yang lalu? Apa kau sudah menyiapkannya juga?" tanya Nathan lagi.
Leo mengangguk. "Sudah, Tuan Muda. Tinggal Anda menandatanganinya saja." Jawab Leo.
Mendengar jawaban Leo membuat seringai di bibir Nathan mengembang semakin lebar. Asisten pribadinya ini memang paling bisa diandalkan. Dan hanya Leo satu-satunya orang yang bisa Nathan percayai untuk mengurus segalanya. Tapi, Nathan Lu, apa yang sebenarnya dia rencanakan kali ini?
"Kau boleh pergi."
Leo membungkuk. "Kalau begitu saya permisi dulu, Tuan Muda." Nathan mengangguk.
Dan selepas kepergian Leo, di dalam ruangan itu hanya menyisakan Nathan sendiri. Nathan mengambil satu batang rokok dari kotaknya, menyulutnya satu lalu menghisapnya dengan penuh kenikmatan. Hal yang selalu dia lakukan ketika tidak ada kegiatan.
-
Jam dinding telah menunjuk angka 18.00 sore. Tapi belum ada tanda-tanda jika Jessica akan pulang. Dan hal tersebut membuat Ellie menjadi cemas dan panik, ditambah lagi ponselnya yang tidak bisa dihubungi.
Tidak bisanya Jessica pulang terlambat tanpa memberitahunya. Biasanya dia selalu mengirim pesan singkat jika akan pulang terlambat, tapi hari ini tidak ada pesan sama sekali, bahkan ponselnya juga tidak bisa dihubungi.
"Bibi, bagaimana? Apa sudah ada kabar dari Sica?" Tanya seorang pemuda yang diketahui bernama Sammy.
Ellie menggeleng. "Belum, Sam. Jika hari ini dia tidak datang ke kampus. Lalu sebenarnya dia pergi kemana? Tidak bisanya Jessica seperti ini, atau jangan-jangan dia diculik?!"
Sammy menggeleng. "Aku rasa itu tidaklah mungkin, Bi. Bagaimana mungkin ada orang yang menculik Jessica tanpa alasan, apalagi setahuku dia tidak memiliki musuh sama sekali. Mungkin saja dia pergi ke suatu tempat dan lupa mengabari Bibi."
"Mungkin saja. Tapi jika sampai tengah malam dia masih tetap tidak pulang, sebaiknya kita laporkan saja masalah ini pada polisi."
Sammy menganggu setuju. "Baiklah, Bibi. Aku setuju dengan ide mu itu, tapi untuk saat ini sebaiknya Bibi tetap tenang dan jangan panik. Bibi harus yakin jika Jessica baik-baik saja." Ujar Sammy mencoba menenangkan Ellie.
"Baiklah, Bibi mengerti. Terimakasih untuk perhatianmu ini, Sammy."
"Sama-sama, Bibi."
-
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Aini Chayankx Ahmad N
emang kak author suka menyama nyamakan nama pemaran ya kak
2022-04-03
0
Vina Pembriyani
seruuuuu
2022-03-16
0
Juniel
Sica, aku tunggu kebucinanmu ke Nathan 😝😝😝
2022-03-15
2