Danau Cinta

Happy reading

"Kita mau kemana sih Nath? Kita gak pernah dah lewat sini," tanya Nabila menatap luar mobil.

Banyak pepohonan pinus yang cukup indah di penglihatannya. Apalagi bau pohon pinus sangat menyengat diindra penciumannya.

"Nanti kamu juga bakal tahu, aku yakin kamu suka tempatnya," jawab Natal seraya mengelus paha Nabila.

"Ihh tangannya gak boleh usil," ujar Nabila memegang tangan Nathan dan memainkannya.

"Ihh kamu mah pelit," cebiknya dengan nada merajuk.

"Apa pelit, tadi malah kamu udah minum susu ya, jadi gak ada tambahan lagi. Walau aku dalam masa hukuman kamu gak boleh seenaknya sama aku," ujarnya dengan ketus.

"Dia pikir aku gak berani lawan kamu hah? Dasar otak ************," batin Nabila.

Tak terasa mobil mereka sudah keluar dari area hutan pinus dan masuk kedaerah perkampungan dengan rumah berjejer rapi disana.

"Ini namanya desa Rapi Bil, gak heran kenapa rumah disini rapi rapi karena itu memang keharusan," ujar Nathan seakan tahu apa yang akan ditanyakan Nabila.

"Desa ini juga jarang yang tahu, dan mungkin ada beberapa saja. Bahkan untuk mencapai kemakmurannya desa ini memperindah desa ini. Bahkan tidak diperbolehkan membuang sampah sembarangan hingga terlihat sangat bersih," ujarnya dengan tenang.

"Owhh aku mau tinggal disini boleh?" tanya Nabila dengan candanya.

"Boleh, aku kenal dengan kepala desanya. Desa ini adalah tempat yang sering aku gunakan untuk menyendiri jika ada masalah Bil. Disini tenang, tak seperti di kota," ujarnya dengan senyum.

"Oh ya, kok aku gak tahu?"

"Ini aku beri tahu," ujarnya dengan senyum.

Nathan memastikan mobilnya disebuah rumah yang tak lain itu adalah rumah kepala desa setempat.

"Paman," teriak seorang anak kecil menghampiri Nathan. Dengan senang hati Nathan memeluknya.

"Gimana kabarnya? Ayah dan Bunda ada di rumah?" tanya Nathan.

"Ada paman. Oh ya tante ini siapa?" tanya bocah cilik itu.

"Ini namanya tante Nabila, Hafiz boleh panggil dia tante Bila," jawabnya memperkenalkan Nabila.

"Halo tante, namaku Hafiz," ujar bocah itu mencium tangan Nabila.

"Halo juga, nama tante tante Bila."

Tak lama keluarlah seorang wanita dengan hijau panjangnya keluar.

"Hafiz siapa yang datang nak?" tanya wanita itu.

"Ini bun, paman Nathan sama tante Nabila," jawab Hafiz menuntun bundanya.

"Oalah kamu toh, ayo masuk Mas Ilham juga ada di rumah," ajak wanita itu.

"Nanti deh mbak, aku mampir. Aku mau ke danau dulu."

"Ya sudah kalau begitu, nanti mampir ya. Awas loh kalau gak mampir," ujarnya.

Nathan menggandeng Nabila berlalu meninggalkan tempat itu.

"Wanita tadi?"

"Yah, dia Bundanya Hafiz. Dia juga buta," jawabnya.

Nabila yang mendengar itu kaget Bagaimana wanita cantik tadi buta.

"Kenapa bisa buta?" tanya Nabila.

"Kejadiannya 2 tahun yang lalu, dimana mbak Suci dan Hafiz yang masih umur 5 tahun akan nyebrang tapi mereka tak tahu jika ada mobil yang melaju kearah mereka. Saat itu aku masih kelas 3 SMA. Aku yang melihat itu hanya berlari untuk menyelamatkan mereka tapi nahasnya Mbak Suci harus terjatuh ke trotoar hingga tulang ekornya patah yang menyebabkan ia buta. Untungnya Mereka masih selamat sampai sekarang, walau buta tapi hal itu tak membuat mbak Suci bersedih hati. Ia pernah bilang ujian dari Allah itu pasti ada tinggal bagaimana kita menjalaninya."

Nabila yang mendengarkan itu ikut bersedih, tak bisa dibayangkan bagaimana perasaan Mbak Suci saat penglihatannya hilang.

"Suaminya?"

"Mas Ilham tentu sedih akan hal ini, tapi ia juga tak bisa menyalahkan Mbak Suci. Ia malah menyalahkan dirinya sendiri karena tak becus menjaga anak dan istrinya," jawabnya.

"Oh begitu."

"Aku harap saat terjadi apa-apa denganku kamu bisa menerimaku apa adanya," ujar Nathan menatap Nabila yang mengangguk.

"Aku tak tahu apa yang akan terjadi setelahnya tapi aku mencintaimu," batin Nabila.

Sampailah mereka di sebuah danau yang sangat cantik berbentuk love walau tak simetris.

(Anggap ini danaunya)

"Danau ini sangat indah? darimana kau tahu ada tempat seindah ini disini?" tanya Nabila dengan terpesona menatap kearah danau.

"Aku iseng saja pergi dari rumah mas Ilham saat itu bersama Hafiz hingga kita menemukan danau ini."

"Aku menamainya danau cinta, aku berharap cinta kita akan seindah danau ini selamanya," ujar Nathan mengecup punggung tangan Nabila.

"Aku harap juga begitu," gumamnya lirih tapi masih bisa didengar oleh Nathan.

"Jangan berfikir yang tidak tidak dulu. Kita hadapi semua ini bersama," ujar Nathan mengelus pipi merah itu.

"Pipiku merah lagi, padahal disini gak panas loh Bil," ujar Nathan yang membuat wajah Nabila bertambah merah.

"Ini bukan alergi Nathan, ini merah alami," ucapnya memeluk tubuh Nathan dengan erat.

"Hahahaha jadi kamu sedang tersipu hmmm? Aku tak berkata apa-apa loh Bil. Hanya mengatakan yang sejujurnya."

"Aku malu, tapi aku bahagia. Salah gak sih aku semakin mencintaimu?"

"Gak salah Nabila, kita juga memiliki rasa cinta walau harus melawan takdir," ucapnya mengajak Nabila duduk disana.

"Yah, aku hanya takut. Hubungan ini di ketahui orang rumah Nath," ujarnya dengan sendu.

"Semua akan baik-baik saja," ujarnya seraya mengelus rambut pacarnya.

Nabila dan Nathan berbagi cerita di danau itu hingga danau itu memancing Nabila untuk mendekat.

"Main air yok Nath," ajak Nabila menarik tangan Nabila.

"Hei kita gak bawa baju ganti loh," ujarnya Nathan menghentikan langkah Nabila.

"Kalau begitu kita main dipinggirkan aja," jawabnya dengan senyum.

Nabila bahagia berada disini dengan orang yang ia cintai, dalam sejenak ia melupakan siapa dirinya dan Nathan biarlah hari ini ia bahagia betapa embel embel Bibi dan Keponakan. Yang ada hanya wanita dan pria.

Nabila melempar pasir itu kearah Nathan hingga membuat pria itu mengejarnya. Hingga aksi kejar kejaran itu tak terelakkan oleh keduanya.

Hap

"Aku capek, Nath."

"Mau pulang aja?"

Saat ingin menjawab mata Nabila menoleh kearah atas angin melihat kelapa muda disana.

"Mau itu," ujarnya menujuk kelapa muda.

"Ha!!!! Terus kita belah pakai apa Nabila?"

"Kita bawa pulang dan diminum di rumahnya Hafiz bareng bareng," jawabnya santai.

Akhirnya mau tak mau Nathan memanjat pohon kelapa itu dan menjatuhkan 4 buah kelapa muda itu. Nabila yang ada dibawah itu bersorak senang pasalnya ia tak pernah meminum air kelapa langsung.

"Gak nyangka lu bisa manjat?"

"Lu aja yang gak tahu," jawabnya.

Nabila hanya mengangguk karena tak mau memperpanjang ucapannya barusan.

Setelah puas bermain di danau itu mereka berdua memutuskan untuk pulang menuju rumah Hafiz. Dengan sesekali candaan dilayangkan Nabila membuat Nathan terhibur sekaligus kesal.

"Bil udah jangan bikin aku ketawa, nanti jatuh lagi kepalanya," ujar Nathan yang membawa empat buah kelapa itu.

"Sini aku bantu bawa satu," ujarnya dengan senyum.

Akhirnya mereka sampai di rumah kepala desa, dengan Nabila yang membawa satu kepala yang sudah sangat ingin ia buka.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Hades Riyadi

Hades Riyadi

Lanjuutt Thor 😀💪👍👍🙏

2023-03-31

0

Hades Riyadi

Hades Riyadi

wuihh... segarnya air kelapa muda, walopun buat Nathan mah tetep lebih segar minum susu cap nona Nabila... wkwkwk 😛😀

2023-03-31

0

Evan

Evan

lanjut thoor

2022-04-26

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 72 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!