Happy reading
Tak terasa hari sudah berganti, malam yang pekat kini berganti dengan cahaya yang terang. Suara alarm yang sedari tadi berbunyi tak juga membangunkan dua manusia yang bergulung dengan selimutnya itu.
Sinar matahari yang menembus tirai jendela kamar itu tak mampu membangunkan Nathan dan Nabila yang saling berpelukan itu. Keduanya malah mengeratkan pelukan mereka, Nabila meringkuk bagai anak ayam yang takut kehilangan induknya.
Perlahan Nabila membuka mata dan menggerakkan tubuhnya. Ia merasa berat saat ingin berbalik.
Deg
"Nathan," batinnya.
Nabila tak langsung memutuskan pandangannya pada Nathan yang tampak tampan dengan jakun yang naik turun membuatnya betah memandangi wajah tampan Nathan.
Tangannya terulur untuk memegang rahang tegas Nathan.
Nathan yang sebenarnya sudah bangun itu hanya saja enggan untuk membuka matanya.
"Andai kamu bukan sepupu aku Nath, andai saja," ucapnya mengelus rahang itu hingga tatapan tertuju pada bibir yang semalam menciumnya itu.
"Nakal banget sih bibirnya, eh ya udah gak perjaka lagi kan bibirnya. Dan aku yang mendapatkannya," ucapnya lagi mengelus bibir tebal Nathan.
"Dulu aku juga memiliki rasa yang sama tapi mengingat kamu sepupu aku. Kenapa takdir menyatukan kita sebagai sepupu Nath kenapa bukan sesama orang asing?" tanyanya masih dengan mengusap bibir itu.
Ia tak tahu saja jika Nathan sudah membuka matanya dan membiarkan apapun yang dilakukan Nabila.
"Kalau begitu kita jalani saja hubungan ini," ujar Nathan sengan suara beratnya. Maklumlah baru bangun tidur, suara ngebas gimana gitu.
"Eh udah bangun? Dari kapan?" tanya Nabila pada Nathan.
Nabila menarik tangannya tapi terlebih dahulu dicekal oleh Nathan. Pria itu meletakkan tangan Nabila di dadanya dan kembali merengkuh tubuh ramping itu.
"Sejak kamu bangun, aku udah bangun," jawabnya.
"Kok gak buka mata?" tanya Nabila pada Nathan.
"Sengaja mau rasain belaian tangan sepupuku tercinta ini," ucapnya menggoda Nabila yang notabenya adalah sepupunya sediri.
"Haiss jangan panggil aku sepupu," ujarnya kesal. Ia paling tak suka dipanggil sepupu oleh Nathan, ia lebih suka dipanggil nama.
"Kau juga memanggilku kakak," balasnya dengan senyum.
"Aku lebih muda darimu, jadi sah sah saja aku memanggilmu kakak," jawabnya.
"Jadi aku juga sah sah saja memanggilmu sepupu," ujarnya memeluk Nabila.
"Terserah apa katamu," ujarnya.
"Kamu adalah kekasihku, tak apa aku memanggilmu pacar."
Nabila diam, ia tak bisa mau menjawab apa. Nathan pun demikian, ia masih sibuk dengan aktivitasnya mengelus rambut sepupunya.
"Aku tak memaksa tapi aku harap kau masih memiliki rasa itu padaku," ujarnya dengan lembut.
Nathan tak bisa memaksa Nabila untuk kembali mencintainya tapi semoga Nabila mau mencobanya.
"Aku akan coba, tapi kamu juga harud janji tidak boleh bermain dengan perempuan lain," ujar Nabila yang membuat Nathan senang bukan main.
"Kalau main sama kamu?" tanyanya menatap mata Nabila.
"Entah lihat saja nanti," jawabnya.
Nathan mengangguk setidaknya ia bisa membuat bibinya ini mencintainya.
Setelah berberapa menit Nabila dan Nathan berlaku menuju kamar mandi. Nabila dikamar mandi kamar sedangkan Nathan di kamar mandi dapur.
30 menit kemudian Nabila keluar dari kamar mandi dengan rambut basah. Nathan terlebih dahulu selesai itu hanya terus bermain ponsel.
"Hari ini gak kuliah?" tanya Nabila seraya mengeringkan rambutnya.
"Gak! Mau di apartemen aja sama kamu!"
"Bukannya ada kelas?" tanya Nabila lagi.
"Ada sih tapi aku malas untuk kekampus lagian kamu juga gak ada kelas," ujarnya meletakkan posnelnya dan berlalu menuju tempat Nabila.
"Gak ada sih," jawabnya.
Drrtttt drtttt drttt
Nathan yang melihat ponsel Nabila bergetar itu langsung mengambilnya dan tertera nama Mom disana.
"Tante telepon nih," ucapnya memberikan ponselnya.
Nabila yang sudah selesai mengeringkan rambutnya itu mengambil ponselnya dan mengangkat panggil dari sang ibu.
"Halo mah. Ada apa?"
"Halo Bil, kamu kapan pulang nak. Ini sudah 3 bulan kamu gak pulang."
"Bila usahain pulang lusa ya mah, Bila lagi banyak tugas kampus soalnya," ujar Nabila berbohong.
Nathan yang mendengar itu hanya menggeleng kenapa bibinya itu tak mau pulang. Padahal dirumah ada Nenek dan kakeknya juga mereka itu orang yang humble, dan masih muda diusianya yang ke 55 tahun.
"Kamu bohong hmm," bisik Nathan memeluk Nabila dari belakang.
"Oh ya sudah, mama tunggu kamu pulang. Ajak juga Nathan, mama kangen sama dia."
"Nanti Bila ngomong sama Nathan emmh," jawabnya dengan menahan geli dilehernya yang terus diisap oleh Nathan.
"Pokoknya harus pulang ya sayang, awas kalau kamu ingkar. Mama potong burung kesayangan kamu," ancamnya.
"Iya mah, Bila akan pulang kokk ahh," jawabnya tak kuasa untuk melepaskan suaranya.
"Dahh dulu ya Ma, Bila harus ke kampus nih."
"Tungg....
Tuttt
Nabil menarah kepala Nathan agar tak berbuat lebih dengan menatap tajam mata Nathan, Nathan yang mendapat tatapan hanya tersenyum tipis dan memeluk Nabila lagi.
"Sana ih, jangan kelewat batas," ujarnya tapi diabaikan oleh Nathan.
"Kamu mandinya lama sih, aku kan kangen," ujarnya.
"Lebay banget, lagian ini apartemen gue terserah gue mau ngapain aja," ujarnya berbalik dan menatap Nathan yang sangat tampan menurutnya.
"Sekarang apartemen aku apartemen kamu, dan apartemen kamu apartemen aku juga," ujar Nathan dengan santai.
"Mana bisa gitu!!"
"Bisa lah karena aku cinta kamu," jawabnya santai.
Nabila yang mendengar itu hanya menggeleng ada ada saja keponakannya ini. Nathan yang masih memeluk Nabila kini malah menyembunyikan wajahnya dibelahan dada Nabila yang empuk itu.
"Aku mau masak kamu balik ke apartemen kamu aja ya," ujarnya melepaskan pelukan itu dan berlalu menuju dapur.
"Gak mau, aku mau disini aja. Makan sama sepupuku ini. Sekali kali kek, kamu masak buat aku," ujarnya mengikuti Nabila.
"Terserah kamu aja ya, gue mau masak. Jangan kacauin gue," perintahnya dengan tegas.
Nathan mengangguk patuh dan duduk disana, agar bisa melihat Nabila memasak itu.
"Andai Bila itu istri gue, mungkin gue akan seneng banget!" batinnya dengan senyum.
Tak lama masakan sederhana Nabila jadi, Nathan yang sedari tadi membayangkan jika Nabila menjadi istrinya itu tersentak kaget saat Bila sudah ada didepannya.
"Ngelamunin apa sih lu?"
"Bayangin saat lu jadi istri gue, lu masakin gue, lu selalu tidur sama gue, bahkan lu yang suapin gue. Seneng bat deh gue," jawabnya yang membuat wajah Nabila bersemu.
"Jangan bayangin yang tidak bakal terjadi, nanti kalau jatuh sakit," ujarnya mengambilkan nasi untuk Nathan.
"Gue akan berusaha wujudin mimpi itu walau harus menentang keluarga," balasnya dengan yakin.
Entahlah Nabila saat ini senang atau sedih, tapi yang pasti ia takut keluarganya tahu akan ini.
Bersambung
Alurnya aku ganti yes!
Bingung uthor tuh, buat novel gak mikir dulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Hades Riyadi
Lanjutkan Thor, Tetap Semangat 😀💪👍👍🙏
2023-03-27
0
Hades Riyadi
Keponakan kalo ampe bisa dinikmatin akhirnya jadi kepenakan jugalah, sesuatu yang dilarang itu mang nikmat rasanya...kalo ga getoo...Adam gak akan memakan buah terlarang bersama Hawa ( Adam & Eve ) di Surga... wkwkwk 🤔🙄😛😀🤣💪👍👍👍
2023-03-27
0
Tulip
sepupu apa ponaan
2022-07-26
1