Cinta Terlarang
Happy reading
Bilbil
Temenin gue dong Nath. Gue butuh sandaran nih.
^^^Anda^^^
^^^Ganggu orang lagi enak-enak aja sih lu.^^^
Bilbil
Kesini gak atau gue mutilasi lu.
^^^Anda^^^
^^^Bentar gue kesana.^^^
Bilbil
Gue tunggu. Eh awas cewek lu ngamuk lu tinggal!
"Lu gak tahu aja Bil gue lagi bayangin wajah lu saat ini," gumamnya kembali melakukan ritualnya di kamar mandi.
Tak sampai 10 menit Nathan sudah keluar dari kamar mandi dengan keadaan segar tak lupa rambut basahnya membuat ketampanan Nathan bertambah.
Untung unit apartemen Nathan dan Nabila tak jauh. Karena Bila ada dilantai 7 sedangkan Nathan di lantai 8.
Tok! Tok! Tok!
Ceklek
"Buset dah udah malem masih gelap aja ni apartemen kek gak ada penghuninya," gumam Nathan menghidupkan lampu ruangan itu.
Kosong! Tak ada siapun disana, biasanya Nabila setiap malam nangkring diatas karpet sambil makan snack, tapi ini tak ada.
"Wah ada yang gak bener nih," ucapnya berlari menuju kamar sepupunya.
"Bil lu di dalem kan?" tanya Nathan mengetok pintu kamar itu. Tak ada jawaban dari dalam, hingga membuat Nathan membuka paksa pintu itu.
"Bila lu disini kan?" tanya Nathan menghidupkan lampu kamar Bila.
"Huaaaaa Nathannn."
Tangis Nabila memeluk Nathan dengan kencang, mata Nabila bengkak karena terlalu banyak menangis tak lupa juga ingus yang membasahi baju Nathan.
"Untung sepupu gue lu," batinnya memeluk Nathan.
Nathan membawa Nabila untuk duduk dikasur itu dan masih memeluknya. Nabila masih saja menangis, rasa sakitnya belum juga hilang ditambah malu yang ia terima dari perlakuan Arthur tadi sore.
"Sekarang cerita sama gue, lu kenapa?" tanya Nathan menghapus air mata Nabila.
Sreeeettt
"Jorok Bila, astaga lu tuh ya," kesal Nathan saat bajunya dibuat usap ingus Nabila.
Nathan melepas bajunya karena rasa tak nyaman akibat ingus Nabila, tonjolan roti sobek itu terpampang jelas di mata Nabila.
"Dah sekarang lu cerita! Kenapa lu bisa nangis kek gini?" tanya Nathan merapikan rambut Nabila yang acak acakan.
"Tadi sore gue nembak Arthur," ucapnya dengan isakan kecil keluar dari sepupunya untuk tak menangis.
Deg
Nathan terkejut akan hal ini, karena Nabila tak memberitahukan jika gadis ini akan menembak sahabatnya.
"Terus?" tanyanya menyembunyikan rasanya.
"Dia tolak gue Nat huaaa dia dorong gue sa-saat gue cium dia hiks hiks huaaaa," jawabnya dengan tangis. Nathan yang mendengar itu langsung memeluk Nabila.
"Mungkin Arthur bukan jodoh lu, masih banyak laki-laki yang cinta lu dengan tulus. Udah ya jangan nangis oke, aku ada disini kok."
"Huaaaa sakit tahu Nat, lu mah gak pernah sakit hati. Cewek lu kan banyak gak kayak gue. Cinta sama Arthur sekalinya nembak langsung ditolak," ujarnya.
"Tenang napa? Nangis mulu perasaan!"
Nathan mengelus punggung Nabila yang masih bergetar itu, sesekali mengecup pucuk kepala gadis itu. Akhirnya Nabila tenang dalam pelukan Nathan.
"Udah makan?" tanya Nathan melonggarkan pelukannya. Ditatapnya wajah cantik Nabila yang masih menahan isakannya itu.
"Belum," jawabnya.
"Bandel deh ya, gara-gara nangis kamu lupa makan. Sekarang kamu mandi ganti baju dan makan. Biar aku yang masak buat kamu," ujarnya pada Nabila.
"Nanti kasinan lagi kamu masaknya hiikss," ledeknya.
"Hei Nona Nabila Axelio walau asin tapi kamu tetap memakannya nanti," ujarnya dan dianggukkan oleh Nabila.
Dengan langkah pelan Nabila berjalan menuju kamar mandi sedangkan Nathan kearah dapur untuk membuatkan makanan untuk Nabila dan juga dirinya karena tadi belum sempat makan.
30 menit kemudian, Nabila keluar dari kamar dan berjalan menuju dapur. Aroma nasi goreng itu menyeruak keindra penciumnya.
"Bil ayo ma... kan," ucap Nathan berbalik memanggil Nabila tapi yang dipanggil sudah ada dibelakangnya.
"Gak asin kan Nat?"
"Coba dulu baru komen," ujarnya memberikan sepiring nasi goreng seafood itu ke Nabila.
Nabila dan Nathan menikmati makan malam mereka dengan tenang, tanpa ada yang menyela karena mereka sibuk dengan pikiran masing masing.
"Nat.. Tidur disini yuk temenin gue, gue butuh lu saat ini. Lu tahu sendiri gue gak punya temen selain lu sama Arthur dan berhubung dalam hal ini menyangkut Arthur, gue cuma bisa minta tolong sama lu," ujarnya setelah mereka menghabiskan makan malam mereka.
"Hahh, gue temenin lu disini? Emm boleh sih tapi gue tidur ama lu yak, kamar disini cuma satu masa gue harus tidur disini."
"Iya deh lagian saat kecil kita juga sering tidur bareng," jawab Nabila yang membuat Nathan senang bukan main.
"Gak mau nonton tv dulu?" tanya Nathan dan dijawab gelengan oleh Nabila.
"Lagi gak mood," jawabnya dengan malas.
Nathan menatap sepupunya yang sudah masuk kamar itu.
"Andai lu tahu, rasa sayang gue ke lu bukan hanya sebatas sahabat dan sepupu Bil."
"Kenapa juga lu yang jadi sepupu gue?" tanyanya dalam hati. Ia sedih andai jika Nabila bukan sepupunya mungkin dari dulu sudah ia pacari bahkan nikahi.
Nathan berjalan menuju kamar Nabila yang dominan berwarna putih itu. Nathan menutup pintu kamar itu dan naik ke ranjang Nabila.
Nabila yang melihat Nathan naik kekasur itu langsung membaringkan kepalanya di paha Nathan.
"Kak.."
Deg
Rasanya sudah lama Nabila tak memanggilnya kak, walau jarak usia mereka hanya 2 bulan lebih tua Nathan. Ia menjadi flashback saat mereka kecil dulu. Mereka tidur bersama dan Nabila yang tidur dengan pahanya yang menjadi bantal.
"Kenapa?"
"Nabila gak cantik ya kak? Sampai Arthur menolak Bila?" tanya Nabila persis saat dulu sebelum tidur. Selalu ada yang ditanyakan.
"Kamu cantik Bil, hati kamu juga tulus. Tapi yang namanya cinta itu gak bisa dipaksa, cinta tak harus memiliki kan? Melihat orang yang kita cintai bahagia itu adalah kehabagiaan tersendiri untuk kita," jawabnya dengan mengelus rambut halus Nabila.
"Tapi apa Nabila tak pantas dicintai kak? Nabila udah berusaha tapi gak ada hasilnya?"
"Semua orang pantas mencintai dan dicintai, tapi balik lagi keawal cinta itu gak bisa dipaksa," ujarnya mencubit hidung Nabila.
Nabila terdiam dan menutup matanya, memang benar cinta tak bisa dipaksa tapi apa mungkin nanti ia akan mendapatkan orang yang mencintainya dengan tulus.
Nabila kembali membuka matanya dan menatap Nathan yang sedang mengelus rambutnya itu.
"Andai Kak Nathan bukan sepupu aku mungkin sudah aku tembak dia dari dulu. Gak apa-apa dapat bekas yang penting kissnya ori," batinnya dengan tawa.
Nathan yang melihat Nabila tersenyum sendiri itu heran, apa yang dipikirkan sepupunya ini.
"Apa mungkin Nabila membayangkan cowok lain yang mengungkapkan rasa cinta padanya? Aku gak mau, Nabila cuma milikku walau di sepupuku sendiri," batinnya seraya memejamkan matanya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Hades Riyadi
cuman di novel ini agak rancu saudara sepupu/misan ato antara bibi dan keponakan yang akhirnya berubah jadi kepenakan... wkwkwk
2023-03-26
0
Hades Riyadi
Asalkan bukan hubungan incest/ saudara kandung ato sedarah langsung, rasanya masih bisa di toleransi, banyak deehh kejadian seperti itu kayaknya terjadi dimasyarakat kita....🤔🙄😩😛😀
2023-03-26
0
Kar Genjreng
nyoba mampir boleh Thor..he he 😂😂
2022-11-05
0