Happy reading
"What!! Cinta terlarang? Maksud lu?"
Nabila meminum jus pesanannya itu dan menatap jesika yang masih menatapnya.
"Itu makan dulu, nanti gue cerita eh curhat deng," ujarnya memotong steak yang ada di depannya.
Jesika mengangguk dan menghabiskan makanan yang pesan. Ras kepo itu mengusik pikirannya. Apa Nabila menjadi simpanan om om atau malah kakek kakek.
Setelah menyelesaikan makannya, Jesika menyanyakan apa yang di maksud dengan cinta terlarang.
"Apa lu jadi simpanan om om?" tanya Jesika.
"Enggak Jes."
"Terus?"
"Lu tahu hubungan gue sama Nathan?" tanya Nabila menatap Jesika yang mengangguk.
"Hufttt sekarang dia pacar gue."
Ungkapnya yang cukup membuat Jesika terkejut. Karena yang ia tahu Nabila dan Nathan adalah sepupu jadi sah sah saja jika menjalin hubungan.
"Bukannya kalian sepupu ya?"
"Ya."
Jesika mengangguk dengan kepahamannya.
"Terus maksud lu cinta terlarang?" tanya Jesika pada Nabila.
"Kita berdua saling mencintai Jes, bukan sebagai saudara tapi laki laki dan perempuan. Lu gak tahu peraturan keluarga gue yang melarang ada rasa sesama saudara walau itu sepupu?" tanyanya dengan wajah tak bisa dijelaskan.
"Bil.."
"Apa gue salah cinta sama sepupu gue sendiri? Gue gak bisa nahan kalau gue juga rasain rasa itu," ujarnya dengan frustasi.
"Gue gak bisa jawab banyak Bil, gue hanya bisa do'ain yang terbaik buat kalian," jawabnya memeluk tubuh Nabila yang sudah pasrah akan apa yang terjadi.
"Tapi cinta gue salah Jes, gimana jika kakek, nenek, kedua orang tua gue dan orang tua nathan tahu gimana?"
"Ya demi cinta kalian, kalian harus sanggup menghadapi apapun yang akan terjadi kedepannya. Ini jalan yang kalian pilih, dan ini pula tantangan yang harus kalian lewati."
"Tapi gue takut kesehatan kakek dan nenek gue terganggu Jes. Lu tahu sendiri mereka sudah tua," ujarnya.
"Ya gue tahu, kalian bisa omongin ini pelan pelan kan? Kasih pengertian dulu dan membuat solusi yang terbaik untuk kalian."
"Kalau gak di restuin?"
"Yaa gue gak tahu kalau itu, kan belum di coba."
Nabila menghela nafasnya pelan, ia tak sanggup membayangkan wajah Mama dan Papa nanti saat tahu yang sebenarnya.
"Dah lah gue bingung mau pulang aja, pizza gue mana?"
Masih sempat-sempatnya Nabila menagih pizza pada sahabatnya disaat seperti ini. Sungguh terlalu.
"Masih ingat aja lu," kekehnya memanggil pelayan untuk membawakan pizza yang tadi sudah dia pesan.
"Thanks sayang, yuk lah kita pulang," ajak Nabila dan dianggukkan oleh Jesika.
Mereka membayar makanan yang di pesan, dan pulang. Ditengah perjalanan ponsel Jesika berbunyi.
Drrttt
"Siapa Jes?"
"Kepo deh lu."
"Dihh."
Jesika mengangkat panggilan itu dan memakai earphonenya agar ia lebih mudah menyetir.
"Ya om."
"Kok lama angkatnya?"
"Masih dijalan om, sekarang lagi ngatar temanku pulang. Habis belanja," jawabnya.
"Uangmu habis Je?" tanya pria dari seberang.
"Masih kok om, lagian siapa yang mampu habisin uang segitu banyak."
"Uang segitu gak ada apa-apanya sayang, jangan lupa nanti malam ya, om udah gak tahan sama kamu."
"Iya om, tunggu Jesika ya. Jesika punya sesuatu yang wah buat om nanti."
"Apa?"
"Nanti lah. Dah ya om, Jesi antar teman dulu. Bye om."
"Bye sayang."
Panggilan itu terputus, Jesika dengan senyum indahnya menatap Nabila yang bergidik ngeri.
"Kenapa lu?"
"Lagi berbunga," jawabnya dengan senyum.
"Siapa yang telepon?" tanya Nabila pada sang sahabat.
"Sugar daddy," jawabnya santai.
"Sumpah ya Bil, dia tuh ganteng banget. Badannya wow banget apalagi kalau lagi gituan wahhh mantep polll," ujar Jesika membayangkan betapa perkasanya sang om.
"Lu koo jadi mesum sih Jes?"
"Hahahaha gue mah emang udah kayak gini sejak mama papa cuekin aku, anak kandung bagai anak buangan tahu gak?"
"Heh gak boleh gitu, mereka tetap mama dan papa kamu Jesika. Mama yang sudah lahirin kamu, mereka yang sudah membesarkan kamu sampai seperti ini. Jadi jangan sesekali lu ngelawan."
"Aaa lu sahabat terbaik gue Bil. Gue gak pernah ngelawan tapi kalau kesel gue ya langsubg pergi. Gue gak kuat terus terusan diceramahin," ujarnya dengan cemberut.
"Sabar."
Jesika mengangguk dan meletakkan jempolnya dijidat Nabila.
"Eh lu mau tahu betapa perkasanya om gue gak?"
"Apa?"
Jesika membuka dua kancing bajunya dan memperlihatkan tanda merah itu disana, banyak sangat banyak.
"Astaga Jesika, tutup!"
Jesika tertawa dan menutup kembali bajunya. Tak terasa mereka sudah sampai diapartemen Nabila.
"Makasih buat traktirannya, sering serung deh lu ngajak gue ke mall."
"Hee sa aw lu, lu kan juga kaya. Bahkan lebih dari gue."
"Tapi gue belum bisa cari uang sendiri," ucapnya membuka sabuk pengamannya.
"Iya juga sih."
Setelah mengucapkan terima kasih, Nabila keluar membawa pizza yang tadi dibelikan Jesika.
Nabila masuk kedalam unit apartemen Nathan, melewati apartemennya. Ia tak tahu jika Nathan sudah pulang dari kampusnya.
Ku merindukanmu, sungguh merindukanmu meski kini kau jauh hatiku tetap untukmu.....
Sepenggal lagu itu dinyanyikan Nabila sebelum membuka pintu apartemen itu.
Ceklek
"Pacar udah pulang. Saking asiknya belanja sampai gue telepon berkali-kali gak juga diangkat," dengan ketus Nathan berbicara.
Laki laki ini sudah pulang dari jam 2 tadi tapi saat ia menelepon Nabila tak kunjung mendapat balasan.
"Masa sih lu telepon gue?" tanya Nabila meletakkan pizza itu dimeja dan mengambil ponselnya yang ada di tas.
"Pantesan, ponsel gue silent. Sorry ya Nath," ujar Nabila ikut duduk disamping Nathan.
"Hmm. Lain kali jangan gitu ya," ujarnya.
Walau kata kata itu simple tapi terdengar jika laki-laki itu khawatir akan dirinya.
"Heem. Lu pasti belum makan kan? Nih gue bawa pizza, kita makan bareng dan sebagai tanda minta maaf gue, gue bakal suapin lu sampai lu kenyang," ujarnya membuka box pizza itu.
"Dari siapa nih tadi?"
"Malak Jesi di mall tadi, yuk makan mumpung masih anget."
Nabila mulai menyuapkan pizza itu ke mulut Nathan, begitu juga dirinya.
"Bentar aku ambil minum dulu," ujar Nabila bangkit dari duduknya berlalu menuju dapur.
Nabila mengambil minuman kaleng yang ada di kulkas lalu membawanya ke ruang tamu.
"Lu ke mall gak beli apa-apa?" tanya Nathan dan dijawab gelengan oleh Nabila.
"Ogah banget, gue cuma nganter Jesika belanja dan lu tahu apa yang dia belu."
"Apa?"
"Baju kurang bahan sama lingerie, gila emang tu bocah."
"Lingerie, baju yang kayak jaring itu?"
"Iya."
"Kenapa lu gak belu juga, gue juga mau lihat lu pakai itu. Apalagi kalau tidur pasti sangat seksih," ujarnya membayangkan jika Nabila mrmakai lingerie.
"Huss. Otak lu emang belum dicuci ya, apa perlu gue beliin Rinso buat hilangin noda membandel dalam otak lu hah?"
"Mati dong gue."
"Resiko lu lah."
Mereka kembali memakan Pizza itu sampai habis, Nabila yang sudah kenyang itu menyadarkan kepalanya di pundak Nathan
"Kenyang bat sumpah."
Dengan jahilnya Nathan mengelus perut Nabila yang sedikit membuncit itu.
"Sayang yang tenang ya didalam, jangan sampai bentrok sama usus mama kamu," dengan menahan tawa Nathan berucap.
"Gue bukan hamil ya, sembarangan!"
Nabila memukul pelan kepala Nathan, tapi tak ia pungkiri jika ia senang akan perlakuan Nathan.
"Gue lagi bayangin kalau anak kita di dalem, pasti lucu."
Deg
"Nath,.."
"Paan?"
"Lu tahu gak kalau gue hamil anak lu, kemungkinan dia ada cacat karena gen kita sampir sama," ujarnya.
"Aku gak peduli, yang penting dia anak kita."
Nathan tahu akan hal ini, tapi ia akan berbuat apapun untuk sepupunya ini.
"Karena gue mencintai lu," batinnya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Hades Riyadi
Lanjuuuuutt 😛😀🤣💪👍👍👍🙏
2023-03-30
0
Hades Riyadi
namanya dah cintrong, nata hati pun menjadi tertutup rapat-rapat, sulit menerima masukan dari luar...🤔🙄😩😠😛😀
2023-03-30
0
Asmidar
lanjut
2022-04-29
1