Langit menyaksikan dua insan yang tengah bersanding di bumi yang ia cemburui. Bagaikan langit dan bumi. Itulah pepatah lama yang pernah kudengar. Aku yakin kenapa langit tidak pernah bisa menyatu dengan bumi. Itu karena cinta, cinta hanya bersemi di bumi. Berita-berita hangatnya hanya terdengar oleh langit yang tersampaikan oleh doa harapan insan kepada Tuhan. Ia menangis mendayu dengan hujan yang ia turunkan bersama rindu. Ia tahu, orang-orang bumi bisa rapuh oleh kelabu rindu yang menusuknya.
Setetes air mata langit jatuh di kelopak mataku saat wahana biang lala membawa kami berputar perlahan. Ini pertanda bahwa hujan akan turun malam ini.
"Aku tidak tahu hubungan pastimu dengan Reira," ucap Fasha memecah hening yang ada.
Aku berhenti mengunyah. Kutatap matanya. "Dia cuma teman biasa."
"Oh, teman, ya ..." Fasha mengangguk..
"Kenapa?" balasku.
"Aku masih curiga kalau kalian pacaran. Kalau kamu suka sama seseorang, tolong cerita sama aku. Selama ini, kamu enggak pernah cerita."
Aku tertawa kecil. Andai saja aku bercerita mengenai itu, aku tidak yakin ia akan bisa menerimanya. Penolakan yang kupikirkan selalu membuat ungkapan itu hanya berada di ujung lidah saja.
"Kalau aku cerita, memang kamu mau dengarin?" Kupaksa dirinya untuk menjawabnya.
"Pasti aku dengarin. Kita kan sudah temanan sejak lama."
Aku diam sejenak menatap langit yang gelap. Bintang mengedipkan matanya kali-kali di samping senyuman sang rembulan. Aku terhenyak di hati. Rio selalu mengajakku untuk berpergian di malam hari sembari mengajariku mengenai perbintangan. Aku rasa hanya dia yang sering mengajakku jalan-jalan. Lain dengan Dika yang hanya menjadi teman berkelahiku di rumah. Dika selalu sibuk dengan kegiatannya sendiri.
Hanya satu yang kuingat, bintang scorpio di malam November itu. Bermaniskan hangatnya pangkuan dari saudara kandung, hingga ia menutup mata untuk selamanya.
Kami tengah berada di puncak putaran biang lala. Biang lala sempat berhenti sejenak untuk mengangkut pasangan muda-mudi yang ingin memadu kasih. Sementara itu, keindahan malam tak bisa mengalahkan pemandangan yang ada tepat di hadapanku. Fasha, sang wanita bermata lautan yang pernah aku temukan. Wanita yang pertama kali membuatku jatuh cinta dan sedang berharap untuk dijadikan yang terakhir.
"Happy Birthday, Introvert!!!" Fasha menghidupkan sebuah lilin kecil dari donat yang ia keluargan dari tas selempangnya.
Astaga, aku terlalu sibuk hingga aku lupa jika hari ini aku pernah dilahirkan.
Bibirku tidak mau terbuka. Aku masih tidak tahu akan berkata apa.
"Aku speechless banget. By the way, thanks," kataku saat menatap api lilin yang bergerak-gerak kecil. "Bahkan, Dika aja enggak bilang apa-apa hari ini."
"Semua yang ada sama kamu, aku ingat semuanya. Silahkan buat pengharapan." Ia menyodorkan donat itu padaku.
Semua harapan aku pusatkan dalam hati. Biarkan ia terbang ke langit untuk disampaikan kepada Tuhan. Hembusanku kecilku mematikan api di atas lilin.
Limpahkan semua rahmat-Mu kepada semua orang yang telah membuatku bertahan hingga saat ini.
Aku melempar senyum setelah menyebutkan pengharapanku di dalam hati. Tangannya mengambil alih donat di tanganku, lalu membawanya untuk masuk ke mulutku.
"Dimakan, ya? Kita cuma punya ini buat ngerayain hari ulang tahu kamu."
Jujur, rasanya manis seperti wanita yang ada di hadapanku.
"Kalau aku donat, kamu bakal makan aku?" tanyaku untuk membalas pertanyaannya tadi.
Ia mengernyitkan dahi beberapa saat. Bibirnya maju seakan ikut berpikir. Tidak lama kemudian ia menggeleng.
"Aku enggak bakal makan kamu."
"Kenapa?" tanyaku lagi. Ia mengambil donat itu kembali untuk menggigitnya sebagian.
Ia tertawa sambil mengunyah donat. Aku kira ia hanya mengigit sebagian, ternyata ia menghabisi seluruhnya. "Karena kamu bakal hilang. Aku enggak mau kamu hilang dari hidup aku."
"Maksudnya?"
"Aku enggak mau kehilangan orang-orang yang aku sayang."
Jempolnya menempel di tepi bibirku. Aku tahu ada sebagian coklat donat yang menempel di sana. Sungguh, ia perlakuannya padaku terlalu manis untuk kali ini. Aku bukanlah siapa-siapanya, hanya pertemanan yang kebetulan saja bertahan hingga saat ini. Tiap detik yang kuhabiskan, selalu kuharapkan selalu bersamanya. Orang yang kusukai, orang yang kucintai, orang yang juga membuatku patah hati. Benci dan bahagia menyatu dalam satu sentuhannya yang lembut.
Akalku hilang kendali. Kudekatkan kepalaku padanya perlahan. Ia hanya terdiam dengan tatapan berkaca itu. Jelas sekali bayang-bayang wajahku yang ia simpan dalam bening matanya. Ia tidak berkedip, bahkan membalas mendekatiku. Aku siap menanggung semuanya. Aku siap untuk dicampakkan di tempat yang paling hina sekali pun. Tempat untuk orang-orang yang ingin dilupakan.
Kami hanya sebatas angin. Kutatap matanya yang terpejam pasrah dengan kedekatan ini.
"Maaf, Dave." Ia menyentuh bibirku. Kepalanya berpaling. Aku kembali ke tempat dudukku semula. "Aku udah pacaran sama Bagas, bahkan dari setahun yang lalu."
Tidak tahu apa tepatnya rasa yang sedang aku rasakan. Milyaran saraf diotakku mencari sebuah jawaban yang akan aku jawab. Aku merasa sendiri di tengah ramainya orang di tempat ini. Semua yang aku takutkan terjadi. Kini aku berada di tempat yang paling hina.
Tempat untuk orang yang dilupakan.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 290 Episodes
Comments
t@Rie
patah kepotek-potek lagi hatinya😢
2022-03-11
0
Lina Maryani
ada yg luka tp tak berdarah
2020-11-24
0
ayyona
huffftttt
2020-11-23
0