Sesungguhnya aku merindukan di saat hujan bersama Fasha. Di sela rintik hujan yang basah, hangat dari sweater warna merah mudanya itu selalu menemaniku. Ia tahan dingin, sedangkan diriku tidak. Masih kusimpan dalam ingatanku wangi sweaternya yang unik. Wangi yang membawaku terbang tatkala angin memangkunya padaku. Aku tidak perlu melihatnya untuk menyadari kehadiran Fasha, ingatan pada wangi itu cukup untuk memanggilku.
Sayup-sayup wajah seorang wanita terlihat ketika aku berusaha mengumpulkan nyawa. Bergoyang rambutnya yang terjuntai dalam ikatan warna merah. Tidak ada yang dilakukannya, selain memerhatikanku dengan mata sayu. Tangannya seperti ragu-ragu untuk menyentuh, terlihat dari gerakannya yang ingin meraba bagian mataku yang luka.
Luka lebam ini masih terasa begitu nyeri ketika aku berusaha untuk membuka mata. Serangan tadi begitu kuat menghantamku, sehingga tidak ada kesempatan untuk kembali bangkit. Entah apa yang terjadi setelah itu, aku hanya tertidur pulas.
"Ternyata lo udah bangun." Ia menekan luka di bawah mataku. "Makanya kalau enggak bisa berani, jangan pernah dicoba."
Secara utuh, kini aku melihat seorang wanita sipit dengan rambutnya yang terikat oleh ikatan berwarna merah. Duduknya menyamping di tepi ranjang kesayanganku sembari tersenyum di balik sayup-sayup wajahnya yang kabur dalam tatapanku. Ia memakai baju yang sama ketika terakhir kali aku melihatnya berkumal-kumal sehabis menangkap kupu-kupu. Namun, kali ini ia tampil bersih. Tidak berpeluh penat seperti yang kulihat kemarin.
"Lo kok bisa di sini?" tanyaku.
Ia tertawa sembari membantuku untuk duduk. "Di saat kritis pun, lo masih ingat sama Fasha. Lo cinta mati sama dia?"
Ingatan terakhirku tertuju pada gerakan bibirku yang tidak sengaja menyebut nama Fasha.
"Udah, jangan dibahas. Candra mana?" tanyaku kembali.
Ia menunjuk pintu keluar. "Candra pulang duluan."
Aku berusaha untuk duduk ditengah kepalaku yang terasa sedikit pusing. Bagian bawah mataku sedikit bengkak, mungkin saja membiru. Aku tidak sempat berkaca sehingga tidak tahu bagaimana bentuk wajahku saat ini. Pikiranku berpaling kepada Dika dan pegawainya. Rasa khawatirku muncul begitu saja. Rasa penasaran membuatku melangkah dengan cepat menuju bengkel Dika.
Tampak Dika dan pegawai bengkelnya kembali sibuk dengan motor-motor yang dititipkan oleh pelanggan. Tangan Dika mencoba untuk meraih onderdil motor yang digantung di langit-langit. Mulutnya masih terselip sebatang rokok ketika ia mengatakan sesuatu kepada pegawainya. Perhatiannya tertuju kepadaku ketika mendengar suara langkahku.
"Dika, tadi itu kenapa?" tanyaku. Ia menatapku sembari tersenyum.
"Motor mereka memang kami bengkelin, tapi salah satu pegawai gue salah ngasih onderdil." Ia duduk di meja kasir sembari mengeluarkan sebungkus tembakau untuk ditawarkan padaku. "Reira baik banget. Dia rela ngebayarin kesalahan pegawai gue."
"Reira?" tanyaku.
Dika mengangguk. Ekspresinya menaruh curiga padaku. "Itu pacar lo, ya?"
"Gue tambal mulut lo, mau?" Kuambil sebatang tembakaunya, lalu melangkah pergi.
Reira terlihat berdiri di depan mobil sedan tua berwarna hitam. Jujur, ia terlihat manis dengan penampilan maskulin yang selalu melekat padanya. Celana jeans dan kemeja kota-kotak lengan panjang dengan dalaman kaos hitam─persis seperti ketika ia berburu kupu-kupu─sangat cocok dengannya yang sedang bersandar di mobil sedan. Tidak sempat aku mengatakan sepatah kata, ia sudah memasukkanku ke dalam mobil secara paksa. Tanganya mendorongku dengan kuat ke dalam mobil.
"Mau ke mana?" tanyaku. Suara mesin mobil terdengar saat ia menyalakan mesinnnya.
"Ikut aja, ntar lo tahu."
Aku menenangkan diri sebentar. Entah apa lagi yang ingin ia tunjukkan padaku. "By the way, terima kasih karena udah bayarin kesalahannya pegawainya Dika,"
"Iya, gue cuma enggak tega aja lihat kakak lo itu dimaki-maki." Ia memutar stir mobil. "Ngomong-ngomong, lo beda banget sama kakak lo. Mungkin, secara fisik lo sedikit tampan. Tapi, secara psikologis Kak Dika dewasa banget. Dia maafin begitu aja kesalahan pegawainya."
"Dika memang begitu. Semenjak kedua orangtua kami enggak ada─" Aku terdiam sejenak. Rasanya sebegitu mudahnya diriku menceritakan ini kepada orang lain. "Gue belum cerita, ya?"
"Belum sama sekali. Maaf sebelumnya. Gue enggak tahu."
Tidak ada pembicaraan yang terjadi semenjak kalimat terakhir Reira di dalam mobil. Aku tidak ingin membahas pembicaraan itu. Mungkin saja Reira terlalu segan untuk menanyakan kembali informasi yang tidak sengaja aku ucapkan padanya.
Kira-kira tiga puluh menit berputar-putar di jalanan, kami tiba di sebuah perkampungan nelayan di daerah pesisir ibu kota. Terlihat olehku rumah-rumah kayu yang saling berdempetan di atas tepian laut. Tiang-tiang penyangga rumah yang kokoh tertancap hingga ke dasar air. Pasang air laut tidak akan bisa membanjiri rumah. Atap seng rumah-rumah kayu mereka telah cokelat karena berkarat, namun masih bisa dijadikan tempat berteduh. Tidak ada sebatang pohon pun di sini, hanya pondok-pondok mengopi untuk tempat berteduh.
Di tengah perkampungan nelayan yang sangat sederhana ini, tersimpan celah senyum di bibir mungil anak-anak laut. Mereka berlari mengejar layangan di atas jalanan yang terbuat dari kayu. Derap langkah mereka bergemuruh tatkala menyusul kami. Gigi-gigi kuning mereka tampak dari gelak tawa yang ditunjukkan, begitu senang mendapatkan seutas tali layangan tak bertuan. Sungguh kumalnya mereka berlari dengan bertelanjang kaki. Kulitnya keling mengkilap akibat terjilat terik mentari.
Reira menghindar sembari mengambil gambar ke arah mereka.
"You know what." Ia mengarahkan kameranya ke arahku. "Kita enggak bakalan cerdas kalau enggak ada ayah-ayah dari mereka. Kita enggak bakalan makan ikan."
"Sorry, gue enggak suka ikan," jawabku singkat. Sebenarnya sedari tadi aku ingin kembali bertanya ke mana kami akan pergi kali ini.
"Pantes lo bego," Sindir Reira.
Aku terdiam. Terkadang apa yang dikatakannya itu benar adanya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 290 Episodes
Comments
ayyona
kan...bukan fasha.
td muji sedikit lbh ganteng, eh skrg bilang bego 😂😂
2020-11-23
0
UCHI °OFFICIAL°
Segini dulu ya kak bolmlike nya hehehe ☺
2020-10-19
1
Nukifaljen
🙊🙊
2020-09-22
1