"Lo suka mancing, nggak? Kapan-kapan gue ajak ke spot mancing paling mantap selautan," pintanya. Tangannya membentuk gerakan seperti orang memancing.
Seketika aku ingat kepada Rio, saudaraku yang berwasiat untuk dibakarkan ganja di atas nisannya itu. Ia sangat suka sekali memancing. Koleksi pancingnya beragam untuk berbagai medan pancing yang akan ia hadapi. Ayah selalu mengiyakan apabila dirinya meminta dana untuk membeli pancing. Bahkan, ia rela pergi melancong ke berbagai daerah untuk berburu tempat bermancing yang bagus.
"Engak, tapi aku punya banyak set lengkap alat pancing. Saudaraku hobi memancing."
Ada sebuah pemandangan yang menarik perhatianku di sana. Wanita bersenyumkan madu tualang pedalaman Sumatera itu tengah keluar dari mobil seseorang. Tangannya menyentuh lembut genggaman dari seorang pria tinggi yang barus saja keluar dari mobilnya. Itu adalah Fasha. Tebakanku tidak mungkin meleset, ia sedang bersama Bagas.
Aku tidak yakin semua ini salahku. Aku mencintainya tetapi tidak pernah menyampaikannya. Titik rasa yang kupendam selalu tertutupi oleh sikapku yang seolah menganggapnya seperti sahabat. Aku tidak ingin sekedar sahabat, namun lebih dari itu. Keadaan yang membuatku menyembunyikan bunga-bunga hati yang seharusnya kupetikkan untuk disampaikan kepadanya. Di saat aku mencintainya, berarti aku sedang memasuki area perang untuk mendapatkannya. Tidak hanya aku yang menginginkan Fasha dan aku terlalu lemah untuk bersaing mendapatkannya.
"Jadi, itu yang lagi dekat dengan Fasha?" tanya Reira sambil menunjuk mobil Bagas di jalan.
"Iya, dia Bagas. Senior terpopuler di fakultas gue. Anak pejabat, orang kaya, beda sama gue."
"Bentar, gue turun dulu." Ia langsung meloncat ke bawah. Sebenarnya, aku bingung ia manusa atau tidak. "Ada sesuatu yang mau gue bilang ke Fasha.
Perhatian Fasha ditarik oleh Reira yang memanggilnya. Terjadi percakapan singkat yang menurutku cukup hangat. Reira tampak ekspresif ketika berbincang dengan wanita itu. Mereka sama-sama terlihat menarik, jika aku melihatnya melalui kacamata lelaki pada umumnya. Hanya saja, Reira lebih terlihat sedikit maskulin dengan style yang ia bawa.
Percakapan mereka berakhir. Reira tersenyum padaku dari sana. Tangannya melambai untuk memintaku menghampiri. Entah apa yang ia katakan kepada Fasha. Reira selalu punya cara untuk memberiku kejutan.
"Lo bilang apa?" tanyaku saat aku menghampirinya.
"Kabar baik atau kabar buruk?" tawarnya padaku.
"Kabar baik." Suaraku sedikit ditekan.
Reira melipat tangannya. Salah satu jarinya menunjuku. "Fasha suka sama lo. Cuma lo aja yang enggak pernah nyadar."
"Dari mana lo tahu?" Aku ikut melipat tangan tanda ketidakyakinanku padaya. Wanita ini sedang mengada-ngada untuk membuatku tersipu malu. Sudah berapa kali aku mendengar kalimat ini dari sahabatku, Candra.
"Dari kabar buruk yang pingin gue sampaikan ke lo," balasnya.
"Maksudnya?" tanyaku dengan cepat.
"Dia kelihatan cemburu saat gue bilang kalau kita beneran pacaran."
Sudah kubilang, Reira selalu punya cara untuk memberikan kejutan pada setiap orang yang ia temui. Bahkan, pada kejutan yang terburuk sekali pun.
"JANGAN PERNAH KETEMU GUE LAGI!"
Reira berbalik sembari menebar senyum liciknya lagi. Rambut yang terjulur dari ikatan rambut yang ia simpul hanya meninggalkan semerbak wanginya padaku. Ia lebarkan tangannya, lalu mengepal. Dari langkahnya yang lebar itu, tersimpan sebuah rahasia yang ingin sekali aku tebak. Ia bukanlah manusia, dia alien yang tidak sengaja aku temui disebuah pertunjukan musik malam.
"Ayo, kita ke Antartika," ucapnya dengan ringan.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 290 Episodes
Comments
Zuu
Makin seru. 😆
2021-02-16
1
ayyona
hahaha speechless kan jadinya..mau gimana balasnya coba 😂
2020-11-23
0
❣Lily laly^😎Rh's
ku pastikan like dan coment di setiap part novelmu thor
2020-07-08
1