"Apa mereka merencanakan ini semua?" gumamnya.
"Serly dan Adam?"
Agnia masih bersembunyi, hingga ponselnya berdering, dia lantas merogoh ponsel miliknya di dalam tas.
"Serly...!"
Dia pun memilih mengangkatnya, 'Hai Serly?'
'Lo dimana Nia? Apa lo sudah sampai?'
Agnia berbicara dengan menatap Serly yang menelepon sambil berpegangan tangan dengan Adam.
'Ya gue akan sampai sebentar lagi! Mungkin 20 menit gue sampai, lo ada dimana Serl?'
'Gue juga masih di jalan, satu blok lagi gue sampai!'
'Oke Serl....!'
'Lo hati-hati Nia! Gue pasti nungguin lo sampai lo dateng!'
'Oke bye Serl....'
Sambungan telepon berakhir, dia memasukan ponselnya lagi ke dalam tas, masih dengan melihat ke arah Serly yang saat ini mendorong bahu Adam, dan sepertinya menyuruhnya pergi.
"Mereka sedekat itu ternyata, dan gue gak tahu apa-apa! Sely, gue kira lo menganggap gue sahabat lo! Tapi sepertinya enggak!" gumamnya.
Agnia menghampiri Serly, setelah sebelumnya melihat Adam berlalu dari sana, Serly tampak kaget, dia segera menghambur memeluk Agnia.
"Syukurlah lo pulang dengan selamat! Lo gak apa-apa kan?"
Agnia menggelengkan kepalanya, dia tidak lagi mengenal sahabat yang dia kenal dari semenjak masuk ke SMA Harapan bangsa, sahabat yang dia kira paling memahaminya itu, sahabat yang dia kira paling mengerti, namun hari ini, hatinya sendiri yang menolak.
"Udah yuk, kita pulang, gue anterin lo balik ke rumah!"
"Thanks Serl...!" ujarnya dengan lesu.
"Lo gak apa-apa kan?" tanya Serly dengan menggandeng tangannya masuk ke dalam mobil.
"Gue gak apa-apa! Lo tenang saja, gue baik-baik saja," jawab Agnia.
"Gimana caranya lo bisa sampe di kota B? Lo ikut sama pria yang di hotel itu?" tanyanya lagi.
Namun Agnia enggan menjawabnya, dia memilih diam memandang ke arah luar,
"Its ok ... lo mungkin cape, next time lo cerita ma gue ya!"
Hening, tidak ada jawaban dari mulut Agnia, hingga mobil melaju dengan lancar, bayangan Serly berpegangan tangan dengan Adam masih sangat jelas dipelupuk matanya.
Adam yang mengatakan tidak tertarik padanya, dan menolak itu ternyata selama ini bersama Serly, dan sahabatnya itu tidak mengatakan apa-apa, sementara dia ... mempermalukan dan merendahkan dirinya sendiri dihadapan Adam.
Dasar munafik, kenapa lo bisa berpura-pura baik didepanku? Sementara lo tahu, gue mengikuti permainan ini hanya untuk membela temen gue sendiri, kenapa bukan lo aja yang maju, dengan begitu, gue gak akan pernah pergi sejauh ini, bertemu dengan pria tua ge nit dan juga om- om me sum. batin Agnia.
Serly melirik Agnia, dia merasa ada yang berbeda dari sahabatnya itu, namun juga Serly tidak mungkin bertanya terus-menerus.
Sahabat yang biasanya ceria itu hanya menatap ke liar jendela, mengabaikan dirinya.
"Nia ... lo mau ke rumah gu--?"
"Gue mau pulang!"
Serly menghela nafas, dia juga belum selesai dengan ucapannya, namun Agnia sudah menjawabnya terlebih dahulu.
Tak lama kemudian mereka telah sampai di depan rumah Agnia, dia turun begitu saja, "Thanks Serly...."ujarnya lalu masuk kedalam rumah.
Serly mendengus kasar, "Dasar tidak tahu malu!"
Agnia menyibakkan gorden jendela, dan menatap mobil yang dikemudikan oleh supir Serly itu sampai menghilang, setelahnya dia berlari ke kamar dan menenggelamkan dirinya diatas bantal.
Agnia menangis tersedu-sedu, semua orang-orang terdekat yang disayanginya satu persatu meninggalkannya, Mommy, daddy, dan sekarang Serly. Sementara dia tidak tahu apa kesalahannya yang membuat Serly menyembunyikan hubungannya dengan Adam, dan membiarkan dirinya malu seperti sekarang.
Seorang wanita paruh baya mengetuk pintu kamarnya, Agnia dengan cepat menyusut air matanya, "Masuk saja bi...."
"Non ... apa Non Nia baik-baik saja? Bibi khawatir sama Non, baru kali ini Non Nia tidak pulang ke rumah! Non Nia benar, menginap di rumah Non Serly?" tanya pelayan yang sudah lama bekerja semenjak Agnia kecil.
"Nia gak apa-apa bi...." ujarnya dengan memeluk pelayannya.
"Nia hanya sedih, kenapa orang-orang meninggalkan Nia sendiri! Nia salah apa bi?"
Bibi pelayan itu hanya mengelus rambut Nia, dan menyeka bulir bening dari wajah anak majikannya itu.
"Sabar ya Non, ada bibi yang akan selalu nemenin Non Nia."
"Makasih ya Bi Yum...."
Asisten rumah tangga itu mengangguk, " Sekarang Non makan dulu, bibi siapin makanan kesukaan Non yaa!"
"Makasih bi, tapi Nia mau istirahat aja! Makannya nanti saja."
Akhirnya pelayan itu keluar dari kamarnya, sementara Agnia kembali menenggelamkan dirinya di atas bantal hingga tertidur dengan sendirinya.
Keesokan pagi
Rambut panjang nya dia biarkan tergerai, bergerak ke kiri dan ke kanan terombang ambing oleh angin. Tas tersampir di bahunya, dengan semangat dia berangkat ke sekolah.
Setelah 2 hari tidak masuk sekolah, hari ini dia kembali masuk, dengan diantar supirnya, Agnia. tiba di gerbang sekolah.
Namun banyak tatapan aneh yang dia dapatkan dari siswa laki-laki dan perempuan yang juga sama-sama berjalan masuk. Semakin lama semakin banyak orang-orang yang melihat ke arahnya dengan tatapan menyalang, membuat Agnia semakin heran.
Vina berjalan dari arah belakang, namun melewatinya begitu saja, Agnia memanggilnya, namun Vina tidak menggubrisnya.
"Vin ... Vina!!"
"Ada apaan sih? Apa aku terlihat aneh?" Gumamnya dengan melihat wajahnya dari cermin kecil yang selalu dia bawa di tasnya.
Agnia tiba di kelas, hampir semua teman-temannya melihat ke arahnya tapi dengan cepat membuang wajah ke arah lain. Ada juga yang melihat dengan jijik ke arahnya.
Agnia mendudukkan bokongnya di kursi tempatnya biasa duduk, Serly yang sudah lebih dulu tiba pun menatap ke arahnya dengan nanar.
"Ada apa nih Serl? Kok pada ngeliatin gue aneh gitu?"
Serly menghela nafas, "Tentang taruhan itu, Nia. Mereka semua tahu, kalau kamu tidak masuk sekolah selama 2 hari karena menemani sugar daddymu!"
"Dari mana lo tahu!"
"Gue udah tahu dari kemarin, gue mau bilang ke lo, tapi sepertinya lo kecapean, makanya gue gak jadi ngomong kemaren?" jelas Serly.
"Siapa yang nyebarin berita gak jelas itu?" ujarnya marah.
"Yang tahu masalah ini cuma kita berempat!"
Serly menggelengkan kepalanya, " Gue gak tahu Nia!"
Agnia menggebrak meja, dia berhambur keluar dan menuju kelas sebelah, dia sepertinya tahu siapa yang menyebarkan gosip murahan itu disekolah.
"Cecil ... gue mau ngomong sama lo!" serunya dengan menghampiri Cecilia yang tengah duduk.
"Ngomong aja!" ujarnya tanpa melihat ke arah Agnia sedikitpun.
"Gak disini! Lo juga!" tunjuknya pada Nita.
"Ribet banget sih lo, tinggal ngomong doang juga!" timpal Nita acuh.
"Gue bilang gak di sini!" sentak Agnia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 317 Episodes
Comments
Mbah Gindhoez
ada hikmah dari novel ini. jangan pernah percaya sama orang manapun termasuk yang kamu kira sahabatmu sendiri
2023-05-06
1
Aidah Djafar
musuh dalam selimut temen2 mu Nia 🤔🤦
2023-03-27
0
ita🍓
geregitan sama teman"nya Nia😤😤
2023-03-01
0