Sekarang waktu sudah sore, Rangga baru pulang dari jalan-jalan bersama teman-temannya dan kini telah ganti baju. Dia duduk di ruang keluarga yang sudah ada Yongki dan Hartato.
"Pa, Mas Yongki, Mama sama Natasya mana, kok dari tadi tidak kelihatan?"
"Papa sama Mas Yongki juga belum lihat Mamamu, padahal kan seharusnya mereka sudah di rumah."
"Papa seperti tidak tau Mama saja, Mama sudah bilang ingin belanja, Mama kalau sudah bilang begitu akan lupa waktu Pa. Papa tinggal tunggu aja panggilan dari kartu kredit Papa lagi," ujar Yongki.
"Mama kalian itu benar-benar, heran Papa, suka sekali belanja, ujung-ujungnya tidak di pakai juga."
"Jadi Natasya masih di luar dari tadi, Mama gimana sih. Rangga harus telopon Mama sekarang, kasihan anak orang lagi sakit di bawa keluyuran."
Rangga ingin menelpon Melisa tapi sudah ke buru Mamanya masuk.
"Lho kok Mama pulang sendiri mana teman Rangga?"
"Ah itu, Nak Cha Cha kecapekan karena Mama ajak belanja."
"Cha Cha?" heran Rangga.
"Itu panggilan sayang Mama ke Nak Natasya."
"Sudahlah terserah Mama," balas Rangga.
"Terus Nak Natasya mana Ma."
"Cha Cha ketiduran di mobil, Mas Yongki sana kamu bawa masuk Nak Cha Cha."
"Kenapa harus Yongki Ma?"
"Lah kalau bukan kamu siapa lagi, sana keluar bawa masuk Nak Cha Cha. Dia kan calon istrimu, tidak usah banyak alasan," Melisa langsung menarik dan mendorong Yongki keluar.
Yongki masuk lagi dengan Natasya di dalam gendongannya.
"Wah romantisnya, Mama jadi teringat saat muda dulu."
"Ma ingat umur."
Melisa melempar bantal yang dia pegang tadi ke arah Rangga yang langsung dihindar sama Rangga.
'Mama kebiasaan deh lempar-lempar bantal, apa salahnya bantal coba.'
Rangga mengambil bantal yang di lempar Melisa dan menaruh kembali di sofa.
"Kamu ini tidak bisa lihat Mama senang," sewot Melisa.
"Permisi Nyonya, ada orang yang ingin mengantarkan barang."
"Oh suruh masuk saja dan kamu tolong ambilkan barang belanjaan saya yang lainnya di bagasi mobil ya, bawa semua ke sini."
"Baik Nyonya."
Pelayan itu kembali keluar.
Yongki baru saja sampai di tempat tadi yang dia duduki, dia melihat banyak sekali barang belanjaan yang Melisa beli. Yongki duduk kembali ke tempat tadi melanjutkan minum kopi yang tertunda.
"Ma banyak banget belanjanya, tapi kenapa semua baju ke gini," ujar Rangga heran.
Baju dan barang yang Mamanya beli tidak sesuai dengan umur Mamanya.
"Ini tuh untuk Nak Cha Cha."
"Punya Mama mana?"
"Untuk Mama tidak ada, Mama cuma belanja untuk calon menantu Mama saja, bagaimana baguskan?"
"Mama ini belanja segitu banyaknya, bahkan mereka belum menikah," Rangga sebel kalau untuk Angel Melisa tidak pernah dibeli apapun, ingat pun tidak.
Melisa mengabaikan Rangga, dia masih asyik melihat hasil buruannya kali ini.
"Berapa banyak kali ini uang Papa yang Mama pakai?" tanya Rangga lagi,
Rangga bisa melihat merk baju dan perhiasan yang Melisa beli, pasti tidak sedikit uang Papanya habis, Rangga kasihan sama Papanya.
"Kenapa kamu yang repot, bukan uang kamu juga yang Mama pakai, lagian Mama membeli semua ini bukan pakai uang Papa kok."
"Kalau bukan uang Papa uang siapa lagi, kan Mama tidak pernah pakai uang sendiri kalau belanja."
"Ya terserah Mama dong, uang-uang Mama mau di pakai atau tidak itu urusan Mama. Lagi pula uang Papa kan uang Mama juga, tapi uang Mama bukan uang Papa. Jadi selagi Papa kamu ada uang ngapain Mama pakai uang sendiri, uang Papamu juga banyak."
Yongki dan Rangga kasihan sama Papa yang memiliki mama begini amat.
"Terus Mama belanja pakai uang siapa?" tanya Hartato. Jarang istrinya tidak pakai uangnya.
Lah Pak Hartato, dipakai salah tidak dipakai juga salah.
"Ini uang Yongki lah, kan untuk calon istinya juga."
Uhuk uhuk uhuk
Untuk yang kedua kalinya Yongki kesendak minuman.
"Kenapa kamu, tidak suka Mama pakai uangnya?" tanya Melisa sinis.
"Bukan gitu Ma, tapi kapan Mama ambil kartu kredit Yongki?"
"Kan minggu lalu Mama minjam kartu kredit kamu, Mama belum kembalikan karena lupa. Yongki bagaimana perhiasan ini baguskan" tanya Melisa dengan semangat.
Yongki lebih fokus ke arah bill harga perhiasan yang Melisa beli dari pada ke perhiasannya.
"Iya Ma bagus," Yongki hanya bisa mengelus dada.
"Nah sekarang bantu Mama pindahkan semua belanjaan ini ke kamar kamu Yongki."
"Kok ke kamar Yongki sih Ma?"
"Kan dia calon istrimu, jadi kalau kalian menikah dia akan satu kamar sama kamu. Sudah jangan banyak protes bawa barangnya ke kamarmu, Pa, Rangga ayo juga bantuin."
Melisa melangkah ke kamar Yongki yang di ikuti sama yang lain.
"Yongki bajumu Mama pindah ke lemari belakang ya, lemari belakang kan kosong dan tidak ada kaca, biar baju Nak Cha Cha Mama taruh di depan. Kan lemari yang di depan yang ada kacanya, perempuan harus berkaca dulu setelah berpakaian."
"Terserah Mama aja lah."
"Yang sabar ya," ucap Hartato dan Rangga.
***
Natasya selama di rumah Sudirman diperlakukan seperti raja. Melisa sangat memanjakannya begitu pula dengan Bambang. Jika Natasya salah maka yang akan Melisa salahkan adalah Rangga. Rangga seperti di anak tirikan sama Melisa. Seperti kejadian di sore itu.
Rangga yang baru pulang dari sekolah langsung menuju dapur mau mengambil minuman karena cuaca sangat panas. Saat berjalan pas di depan pintu masuk dia bertabrakan dengan Natasya, sehingga puding coklat yang ada di tangan Natasya jatuh berhamburan. Seketika itu Natasya langsung menangis melihat nasib puding coklatnya yang hanya tersisa itu aja di kulkas.
"Sayang kenapa kamu nangis?"
Mendengar tangisan Natasya, Melisa langsung menghampiri Natasya. Melisa mengelus rambut Natasya.
"Ma Rangga jahat, dia nabrak Cha Cha dan puding Cha Cha...."
Natasya tidak meneruskan ceritanya. Melisa melihat piring yang pecah serta puding yang berhamburan.
"Dasar kamu ya anak nakal, pulang sekolah malah ganggu anak Mama," Melisa mencubit pinggang Rangga tidak tanggung tanggung.
"Ma, ampun Ma sakit," ujar Rangga kesakitan.
Rangga melepaskan dan menghindar dari cubitan Melisa. Rangga dapat memastikan jika kulitnya akan memerah.
"Ma yang anak Mama itu Rangga bukan Natasya."
"Cha Cha tu anak Mama, Kamu tu yang anak pungut," kata Melisa sadis.
"Sudah ya sayang jangan nangis lagi. Rangga tanggung jawab kamu, kalau tidak Mama stop uang jajan kamu," ancam Melisa.
"Ma kok gitu sih, ya udahlah, Natasya jangan nangis lagi ya, nanti Rangga ganti sama choco larva gimana?"
Mendengar choco larva tangisan Natasya langsung berhenti. Sejak dibelikan choco larva sama sang Kakek, Natasya jadi ke tagihan.
"Beneran?" tanya Natasya antusias.
"Iya, jadi jangan nangis lagi ya."
"Beli tiga ya?"
"What!" teriak Rangga.
Dengan geram Melisa mencubit pinggang Rangga lagi.
"Ma sakit."
"Sana pergi beli tiga, tidak ada tawar menawar."
"Baiklah Ma, Ma mana duitnya."
"Kamu tu jadi orang harus bertanggung jawab, kamu yang bikin ulah, jadi kamu harus pakai uang mu sendiri."
"Ma harga tiga choco larva sama dengan uang jajan Rangga lima hari, apa Mama tega sama Rangga tidak ada uang jajan besok-besoknya."
"Bodoh."
Setelah berkata gitu Melisa langsung menarik Natasya pergi.
"Gini amat jadi anak tapi kek bukan anak. Ya sudahlah, aku harus pergi sekarang daripada Mama malah ngamuk lagi bisa brabe. Pokoknya nani Mas Yongki harus kasih aku uang jajan lagi, bisa tekor aku."
Walaupun sering kejadian begitu Rangga tidak pernah marah apalagi dendam, dia hanya kesal saja. Rangga memaklumi jika Mamanya itu sejak dia kecil kepengen sekali punya anak perempuan. Tapi takdir berkata lain, Mamanya tidak bisa hamil lagi setelah melahirkan Rangga, karena rahimnya harus diangkat kalau tidak bisa mengancam nyawa.
Dulu waktu kecil aja hampir saja Melisa memaksa Rangga memakai gaun, jika saja saat itu dia tidak menangis dengan keras karena menolak memakaikan gaun, pasti Melisa akan memaksa dia memakai gaun tersebut.
Rangga memikirkannya aja jadi merinding. Rangga bisa melihat jika Melisa begitu senang memanjakan Natasya. Bahkan sekarang di kamar Mas Yongki sudah penuh dengan pernak pernik khas punya perempuan, mulai dari baju, sepatu, perhiasan, tas dan segala **** bengeknya.
Jika Rangga dulu kasihan sama Hartato yang di porotin sama Melisa,sekarang Rangga lebih kasihan sama mas Yongki. Baru juga Natasya tiga hari di sini sudah tidak terhitung lagi uang Mas Yongki yang sudah dipakai. Setiap melihat barang bagus yang ada di majalah langganan atau di manapun, Melisa pasti akan beli tanpa pikir dua kali, setiap ditanya Melisa selalu jawab gini.
"Ini kan untuk calon istrimu juga, sana cara duit lagi."
Melisa sudah over sekali sama Natasya. Untung aja Mas Yongki punya banyak uang dari hasil kerja kerasnya kalau tidak bisa bangkrut Mas Yongki.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Maria Jabat
huaaaaaayyyyyyaaaauauau...
aq jua nangis ma beliin as berlian dunk...
2021-01-29
0
cahya
sabar" ini ujian😂
2021-01-15
0
Ini Elsa Srilya
kasian juga sama Rangga yang gak dianggap🤣
2021-01-06
0