"Dokter Bram, bagaimana keadaan Nak Natasya?"
Kini Natasya telah berada di salah satu kamar tamu keluarga Sudirman. Dari restoran sampai tiba di kediaman ini, bahkan sudah berada di dalam kamar tamu Natasya masih tertidur karena pengaruh demamnya.
"Demamnya lumayan tinggi. Saya sarankan jika besok belum sembuh sebaiknya dibawa ke rumah sakit saja. Di sana bisa dicek secara lengkap."
"Baik Dokter Bram, terima kasih. Rangga kamu antar Dokter Bram ke depan ya."
"Iya Ma, mari Dokter saya antar ke depan."
"Kalau begitu saya permisi dulu."
"Ma, Papa juga ke ruang kerja dulu ya sama Yongki. Ada masalah perusahaan yang harus di bahas."
"Iya, Mama masih mau di sini dulu."
"Kalau ada apa-apa panggil saja pelayan. Ayo Yongki ikut Papa ke ruang kerja Papa."
"Iya Pa."
Melisa menatap lekat wajah Natasya. Melisa meraih tangan Natasya untuk dielus. Melisa melihat jika baju yang digunakan sama Natasya sudah basah sama keringat.
'Kayaknya aku masih punya deh baju yang dulu iseng aku beli untuk anak remaja. Siapa tahu cocok buat nak Natasya.'
Tanpa berpikir lama Melisa pergi ke kamar sendiri untuk mengambil baju yang sempat dia beli. Sebenarnya dia berharap ada anak perempuan. Tapi Tuhan berkata lain dengan hanya memberinya dua anak laki-laki.
Dengan sabar dan telaten Melisa menggantikan baju Natasya. Dia juga mengelap badan Natasya dengan handuk basah.
'Akhirnya selesai juga. Begini ya rasanya kalau punya anak perempuan. Aduh... senangnya.'
Melisa merasa puas setelah melihat Natasya sudah ganti baju. Baju yang dia beli sangat cocok dipakai sama Natasya.
"Selamat tidur ya sayang. Semoga lekas sembuh," ujar Melisa.
Melisa mengecup sekilas dahi Natasya. Setelah itu dia pergi dari kamar tersebut.
***
Kini sore telah berganti dengan malam hari. Semua keluarga Sudirman berada di ruang keluarga setelah selesai makan malam. Ini adalah rutinitas biasa yang mereka lakukan saat malam untuk menambahkan rasa kekeluargaan.
"Rangga bagaimana kehidupan Natasya di sekolah?" tanya Melisa.
"Maksud Mama gimana sih."
"Maksud Mama itu kepribadiannya. Apa yang sering dia lakukan."
"Kenapa Mama jadi kepo dengan teman Rangga sih."
Bukkk....
Tanpa perikebantalan Melisa melemparkan bantal yang dia pegang ke arah muka Rangga.
"Kalau Mama tanya ya tinggal di jawab aja kenapa sih," ujar Melisa kesal.
Rangga mengambil bantal yang di lempar Melisa.
"Tidak biasanya Mama tanya tentang kawan Rangga. Angel yang pacarnya Rangga aja Mama tidak pernah tanya tuh," protes Rangga.
"Memang pacarmu itu bisa apa selain dandan dan habisin uang. Bisa masak? Tidak kan?"
"Ma, Angel itu walaupun tidak bisa masak anaknya anak baik kok. Padahal orang tua Angel teman Papa dan Mama juga kan."
"Pokoknya Mama tidak mau tau. Kalau si malaikat KW itu belum bisa masak, tidak akan pernah Mama restui. Masak air rebus saja sampai hangus pancinya."
"Tapi Ma...."
"Tidak ada tapi tapian. Sekarang jawab pertanyaan Mama yang tadi."
"Pertanyaan yang mana Ma."
Bukkk....
"Maaa...."
Walaupun bisa menghindar lemparan bantal yang kedua, Rangga tetap kesal sama Mamanya yang suka main lempar bantal.
"Kamu tu ya, Mama tanya malah tanya balik."
"Kan Rangga lupa apa yang Mama tanya tadi."
"Hufff... gini ni kalau tidak ada anak perempuan,. Tidak ada yang sehati sama Mama."
"Mama jangan mulai drama lagi deh. Kalau Mama mau anak perempuan, Mama tinggal cari Mas Yongki seorang istri saja. Nanti istri Mas Yongki kan jadi anak Mama juga."
"Ya kalau Mas mu ini mau menikah. Sudah capek Mama cari calon tapi tidak ada yang diliriknya."
"Ma, nanti kalau Yongki sudah suka sama seorang gadis, nanti akan Yongki kenalkan kok."
"Ya... ntar nya kapan. Capek Mama tunggu tahu. Mama kan kepengen cepat pegang cucu. Semua temen Mama pada banggain cucu sama menantunya. Mama jangankan cucu atau menantu, batang hidung calon menantu saja belum kelihatan."
"Melisa kamu jangan terlalu memaksakan Yongki. Biar Yongki cari calon istri sendiri," nasehat Bambang.
"Ayah bilangnya gitu, tapi Ayah yang paling ingin lihat cicit juga kan."
"Ekhemm...."
Bambang hanya bisa berdehem. sejujurnya dia memang sangat ingin mengendong cicit sebelum ajal menjemputnya. Tapi tidak mungkin juga cucunya dipaksa menikah jika belum ada calon yang sesuai. Takutnya bermasalah di kemudian hari.
"Jadi bagaimana dengan Natasya?"
Melisa kembali ke topik utama pembicaraan. Dia sungguh penasaran dengan Natasya. Natasya sudah beberapa kali ke rumah Sudirman karena belajar kelompok, selain itu tidak pernah berjumpa.
"Natasya orangnya baik kok. Dia anak beasiswa dan jadi juara umum tiap tahun."
"Wah Nak Natasya sangat pintar. Kalau si malaikat KW juara berapa?"
"Kenapa Mama malah tanya Angel."
"Tadi suruh tanya, saat ditanya ngambek. Ya sudah lanjutin tentang Natasya."
"Yang Rangga tahu dia anak yatim piatu. Orang tua dia meninggal karena kecelakaan saat dia masih SD. Dari SD yang merawat dia adalah sang Kakek. Kakeknya meninggal pas dia mau masuk sekolah menengah."
"Malang sekali nasib nak Natasya. Terus terus."
"Sepulang sekolah biasanya dia kerja di cafe dekat restoran kita makan tadi."
"Sebagai apa dia kerja di sana."
"Sebagai koki," jawab Rangga sebel, dia sudah bisa menebak respon Melisa.
"Wahhh calon menantu idaman nih," ujar Melisa senang.
Tuh kan bener tebakan Rangga. Mamanya itu paling senang kalau ada anak perempuan yang bisa memasak.
"Ma, Rangga hanya mau sana Angel aja."
"Siapa yang mau menjodohkan sama kamu."
"Terus sama siapa lagi coba."
"Sama Mas mu lah."
"Uhuk uhuk uhuk...."
Tadi Yongki ingin minum, tapi mendengar perkataan Mamanya dia jadi terbatuk-batuk. Untung cuma air putih doang. Coba kalau lagi makan pedes bisa gawat urusannya.
"Gimana Yongki mau ya sama Nak Natasya. Dia udah pinter di sekolah pintar masak lagi."
"Ma....."
Yongki mau menjawab pertanyaan Melisa, tapi mendengar langkah yang mendekat jadi berhenti.
"Kakek," panggil Natasya.
"Natasya kamu sudah baikan Nak."
Melisa mau menghampiri Natasya tapi diabaikan oleh Natasya. Natasya melewati Melisa. Natasya menuju ke arah Bambang.
"Kakek Cha Cha kangen."
Dengan manjanya Natasya duduk di pangkuan dan memeluk Bambang. Jangan tanyakan reaksi yang lain.
"Kakek kenapa ninggalin Chacha. Padahal Kakek janji nanti mau ajak Chacha ke taman bermain terus nanti Kakek akan belikan Chacha banyak permen gulali."
Krik krik krik....
Semua diam mendengar ucapan Natasya, lebih tepatnya kaget dengan tingkah Natasya.
"Emmm Natasya."
Rangga mencoba memanggil Natasya. Natasya menoleh ke arah Rangga.
"Kalau kamu belum sadar, itu Kakeknya Rangga bukan Kakek Natasya," terang Rangga hati-hati.
Natasya melihat wajah Bambang.
"Ini Kakek Chacha, bukan Kakek Rangga," Natasya meninggikan suaranya pertanda marah.
"Coba Natasya lihat baik-baik itu...."
"Ini Kakek Chacha hiks hiks... Kek, Kakeknya Chaxha kan? Rangga jahat sama Chacha Kek."
Natasya mulai menangis.
Dengan perlahan Bambang mengelus kepala Natasya.
"Iya Kakek Kakeknya Chacha."
"Bukan Kakeknya Rangga kan."
Bambang melihat ke arah Rangga sebentar.
"Bukan, mana ada Kakek punya cucu seperti dia. Tidak ada imut-imutnya."
"Chachha sayang Kakek." Natasya memeluk Bambang lagi.
"Kakek juga sayang Chacha kok."
"Kakek janji ya nepatin janji Kakek dulu ajakin Chacha main ke taman bermain," Natasya bertanya dengan suara makin pelan.
"Iya."
Bambang masih mengelus rambut Natasya. Kini Natasya tertidur pulas di pangkuan Bambang.
"Ayah bagaimana keadaan Natasya?" tanya Hartato.
"Demamnya masih tinggi. Kamu kenapa cemberut." Bambang bertanya ke Rangga.
"Kakek ini siapa ya, Rangga kan bukan cucu Kakek yang tidak ada imut-imutnya."
"Jadi kamu cemburu Rangga."
"Siapa yang cemburu Ma."
"Tadi bilang apa coba."
Rangga hanya diam.
"Rangga, kamu harus ngertiin temanmu dong. Dia kan lagi demam, mungkin dia lagi kangen sama kakeknya. Kan kamu sendiri yang bilang kalau dia hanya tinggal berdua sama kakeknya setelah kedua orang tuanya meninggal," jelas Hartato.
"Kenapa kalian semua jadi belain Natasya semua. Jangan bilang kalian serius mau jodohin Natasya sama Mas Yongki."
"Aduhhh duhhh...."
"Kalau ngomong yang benar," kata Yongki setelah mencubit pinggang Rangga.
"Wah ide yang bagus tu," kata Melisa senang.
'Calon menantuku.'
"Iya Kakek juga setuju. Nanti Kakek bisa cepat punya cicit."
"Wah selamat ya Yongki. Akhirnya kamu akan segera menikah," sambung Hartato.
"Pa, Ma, Kakek, Natasya itu masih SMA."
"Jadi kamu tidak menolak menikah dengan nak Natasya? Jika dia tamat sekolah kalian bisa menikah," kata Melisa senang.
"Ma itu...," gugup Yongki.
"Tenang aja, nak Natasya kan beberapa bulan lagi selesai SMA. Nanti tamat SMA langsung nikah saja ya."
"Menikahnya harus diadakan secara mewah dan besar-besaran di hotel kita," ujar Bambang
"Kita juga harus undang seluruh keluarga, teman, kerabat kita juga teman-teman Natasya," Hartato juga antusias berkata.
"Mama, Papa, Kakek, kalian bicara sudah ke pesta saja, memang Natasya mau nikah. Sudahlah Rangga pusing dengar obralan kalian. Rangga mau ke kamar aja. Mas Yongki yang sabar ya."
Rangga menepuk sekilas bahu Masnya kemudian baru pergi ke kamar.
"Rangga itu... ah tak penting si Rangga itu. Jadi Ayah, bagaimana resepsinya nanti...."
Mereka bertiga asyik membahas pernikahan yang akan dilaksanakan nanti bagaimana pada malam itu tanpa memikirkan pihak yang mau dinikahkan. Yongki hanya menatap lurus ke wajah Natasya di pangkuan kakeknya yang masih tertidur pulas tanpa terganggu dengan ributnya pembicaraan keluarga Sudirman menyangkut masa depannya.
"Kakeeek...." ngigo Natasya meneruskan mimpinya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Maria Jabat
hahahahah
lucu banget ngakak terus thor
2021-01-29
0
Sari Mulia
lucu juga,lanjut !!!
2021-01-11
0
Darknight
gk ad imut2 nya tp adanya amit2 nya 🤣🤣🤣🤣🤣
2021-01-06
2