Bab 2

"Dokter Bram, bagaimana keadaan Nak Natasya?"

Kini Natasya telah berada di salah satu kamar tamu keluarga Sudirman. Dari restoran sampai tiba di kediaman ini, bahkan sudah berada di dalam kamar tamu Natasya masih tertidur karena pengaruh demamnya.

"Demamnya lumayan tinggi. Saya sarankan jika besok belum sembuh sebaiknya dibawa ke rumah sakit saja. Di sana bisa dicek secara lengkap."

"Baik Dokter Bram, terima kasih. Rangga kamu antar Dokter Bram ke depan ya."

"Iya Ma, mari Dokter saya antar ke depan."

"Kalau begitu saya permisi dulu."

"Ma, Papa juga ke ruang kerja dulu ya sama Yongki. Ada masalah perusahaan yang harus di bahas."

"Iya, Mama masih mau di sini dulu."

"Kalau ada apa-apa panggil saja pelayan. Ayo Yongki ikut Papa ke ruang kerja Papa."

"Iya Pa."

Melisa menatap lekat wajah Natasya. Melisa meraih tangan Natasya untuk dielus. Melisa melihat jika baju yang digunakan sama Natasya sudah basah sama keringat.

'Kayaknya aku masih punya deh baju yang dulu iseng aku beli untuk anak remaja. Siapa tahu cocok buat nak Natasya.'

Tanpa berpikir lama Melisa pergi ke kamar sendiri untuk mengambil baju yang sempat dia beli. Sebenarnya dia berharap ada anak perempuan. Tapi Tuhan berkata lain dengan hanya memberinya dua anak laki-laki.

Dengan sabar dan telaten Melisa menggantikan baju Natasya. Dia juga mengelap badan Natasya dengan handuk basah.

'Akhirnya selesai juga. Begini ya rasanya kalau punya anak perempuan. Aduh... senangnya.'

Melisa merasa puas setelah melihat Natasya sudah ganti baju. Baju yang dia beli sangat cocok dipakai sama Natasya.

"Selamat tidur ya sayang. Semoga lekas sembuh," ujar Melisa.

Melisa mengecup sekilas dahi Natasya. Setelah itu dia pergi dari kamar tersebut.

***

Kini sore telah berganti dengan malam hari. Semua keluarga Sudirman berada di ruang keluarga setelah selesai makan malam. Ini adalah rutinitas biasa yang mereka lakukan saat malam untuk menambahkan rasa kekeluargaan.

"Rangga bagaimana kehidupan Natasya di sekolah?" tanya Melisa.

"Maksud Mama gimana sih."

"Maksud Mama itu kepribadiannya. Apa yang sering dia lakukan."

"Kenapa Mama jadi kepo dengan teman Rangga sih."

Bukkk....

Tanpa perikebantalan Melisa melemparkan bantal yang dia pegang ke arah muka Rangga.

"Kalau Mama tanya ya tinggal di jawab aja kenapa sih," ujar Melisa kesal.

Rangga mengambil bantal yang di lempar Melisa.

"Tidak biasanya Mama tanya tentang kawan Rangga. Angel yang pacarnya Rangga aja Mama tidak pernah tanya tuh," protes Rangga.

"Memang pacarmu itu bisa apa selain dandan dan habisin uang. Bisa masak? Tidak kan?"

"Ma, Angel itu walaupun tidak bisa masak anaknya anak baik kok. Padahal orang tua Angel teman Papa dan Mama juga kan."

"Pokoknya Mama tidak mau tau. Kalau si malaikat KW itu belum bisa masak, tidak akan pernah Mama restui. Masak air rebus saja sampai hangus pancinya."

"Tapi Ma...."

"Tidak ada tapi tapian. Sekarang jawab pertanyaan Mama yang tadi."

"Pertanyaan yang mana Ma."

Bukkk....

"Maaa...."

Walaupun bisa menghindar lemparan bantal yang kedua, Rangga tetap kesal sama Mamanya yang suka main lempar bantal.

"Kamu tu ya, Mama tanya malah tanya balik."

"Kan Rangga lupa apa yang Mama tanya tadi."

"Hufff... gini ni kalau tidak ada anak perempuan,. Tidak ada yang sehati sama Mama."

"Mama jangan mulai drama lagi deh. Kalau Mama mau anak perempuan, Mama tinggal cari Mas Yongki seorang istri saja. Nanti istri Mas Yongki kan jadi anak Mama juga."

"Ya kalau Mas mu ini mau menikah. Sudah capek Mama cari calon tapi tidak ada yang diliriknya."

"Ma, nanti kalau Yongki sudah suka sama seorang gadis, nanti akan Yongki kenalkan kok."

"Ya... ntar nya kapan. Capek Mama tunggu tahu. Mama kan kepengen cepat pegang cucu. Semua temen Mama pada banggain cucu sama menantunya. Mama jangankan cucu atau menantu, batang hidung calon menantu saja belum kelihatan."

"Melisa kamu jangan terlalu memaksakan Yongki. Biar Yongki cari calon istri sendiri," nasehat Bambang.

"Ayah bilangnya gitu, tapi Ayah yang paling ingin lihat cicit juga kan."

"Ekhemm...."

Bambang hanya bisa berdehem. sejujurnya dia memang sangat ingin mengendong cicit sebelum ajal menjemputnya. Tapi tidak mungkin juga cucunya dipaksa menikah jika belum ada calon yang sesuai. Takutnya bermasalah di kemudian hari.

"Jadi bagaimana dengan Natasya?"

Melisa kembali ke topik utama pembicaraan. Dia sungguh penasaran dengan Natasya. Natasya sudah beberapa kali ke rumah Sudirman karena belajar kelompok, selain itu tidak pernah berjumpa.

"Natasya orangnya baik kok. Dia anak beasiswa dan jadi juara umum tiap tahun."

"Wah Nak Natasya sangat pintar. Kalau si malaikat KW juara berapa?"

"Kenapa Mama malah tanya Angel."

"Tadi suruh tanya, saat ditanya ngambek. Ya sudah lanjutin tentang Natasya."

"Yang Rangga tahu dia anak yatim piatu. Orang tua dia meninggal karena kecelakaan saat dia masih SD. Dari SD yang merawat dia adalah sang Kakek. Kakeknya meninggal pas dia mau masuk sekolah menengah."

"Malang sekali nasib nak Natasya. Terus terus."

"Sepulang sekolah biasanya dia kerja di cafe dekat restoran kita makan tadi."

"Sebagai apa dia kerja di sana."

"Sebagai koki," jawab Rangga sebel, dia sudah bisa menebak respon Melisa.

"Wahhh calon menantu idaman nih," ujar Melisa senang.

Tuh kan bener tebakan Rangga. Mamanya itu paling senang kalau ada anak perempuan yang bisa memasak.

"Ma, Rangga hanya mau sana Angel aja."

"Siapa yang mau menjodohkan sama kamu."

"Terus sama siapa lagi coba."

"Sama Mas mu lah."

"Uhuk uhuk uhuk...."

Tadi Yongki ingin minum, tapi mendengar perkataan Mamanya dia jadi terbatuk-batuk. Untung cuma air putih doang. Coba kalau lagi makan pedes bisa gawat urusannya.

"Gimana Yongki mau ya sama Nak Natasya. Dia udah pinter di sekolah pintar masak lagi."

"Ma....."

Yongki mau menjawab pertanyaan Melisa, tapi mendengar langkah yang mendekat jadi berhenti.

"Kakek," panggil Natasya.

"Natasya kamu sudah baikan Nak."

Melisa mau menghampiri Natasya tapi diabaikan oleh Natasya. Natasya melewati Melisa. Natasya menuju ke arah Bambang.

"Kakek Cha Cha kangen."

Dengan manjanya Natasya duduk di pangkuan dan memeluk Bambang. Jangan tanyakan reaksi yang lain.

"Kakek kenapa ninggalin Chacha. Padahal Kakek janji nanti mau ajak Chacha ke taman bermain terus nanti Kakek akan belikan Chacha banyak permen gulali."

Krik krik krik....

Semua diam mendengar ucapan Natasya, lebih tepatnya kaget dengan tingkah Natasya.

"Emmm Natasya."

Rangga mencoba memanggil Natasya. Natasya menoleh ke arah Rangga.

"Kalau kamu belum sadar, itu Kakeknya Rangga bukan Kakek Natasya," terang Rangga hati-hati.

Natasya melihat wajah Bambang.

"Ini Kakek Chacha, bukan Kakek Rangga," Natasya meninggikan suaranya pertanda marah.

"Coba Natasya lihat baik-baik itu...."

"Ini Kakek Chacha hiks hiks... Kek, Kakeknya Chaxha kan? Rangga jahat sama Chacha Kek."

Natasya mulai menangis.

Dengan perlahan Bambang mengelus kepala Natasya.

"Iya Kakek Kakeknya Chacha."

"Bukan Kakeknya Rangga kan."

Bambang melihat ke arah Rangga sebentar.

"Bukan, mana ada Kakek punya cucu seperti dia. Tidak ada imut-imutnya."

"Chachha sayang Kakek." Natasya memeluk Bambang lagi.

"Kakek juga sayang Chacha kok."

"Kakek janji ya nepatin janji Kakek dulu ajakin Chacha main ke taman bermain," Natasya bertanya dengan suara makin pelan.

"Iya."

Bambang masih mengelus rambut Natasya. Kini Natasya tertidur pulas di pangkuan Bambang.

"Ayah bagaimana keadaan Natasya?" tanya Hartato.

"Demamnya masih tinggi. Kamu kenapa cemberut." Bambang bertanya ke Rangga.

"Kakek ini siapa ya, Rangga kan bukan cucu Kakek yang tidak ada imut-imutnya."

"Jadi kamu cemburu Rangga."

"Siapa yang cemburu Ma."

"Tadi bilang apa coba."

Rangga hanya diam.

"Rangga, kamu harus ngertiin temanmu dong. Dia kan lagi demam, mungkin dia lagi kangen sama kakeknya. Kan kamu sendiri yang bilang kalau dia hanya tinggal berdua sama kakeknya setelah kedua orang tuanya meninggal," jelas Hartato.

"Kenapa kalian semua jadi belain Natasya semua. Jangan bilang kalian serius mau jodohin Natasya sama Mas Yongki."

"Aduhhh duhhh...."

"Kalau ngomong yang benar," kata Yongki setelah mencubit pinggang Rangga.

"Wah ide yang bagus tu," kata Melisa senang.

'Calon menantuku.'

"Iya Kakek juga setuju. Nanti Kakek bisa cepat punya cicit."

"Wah selamat ya Yongki. Akhirnya kamu akan segera menikah," sambung Hartato.

"Pa, Ma, Kakek, Natasya itu masih SMA."

"Jadi kamu tidak menolak menikah dengan nak Natasya? Jika dia tamat sekolah kalian bisa menikah," kata Melisa senang.

"Ma itu...," gugup Yongki.

"Tenang aja, nak Natasya kan beberapa bulan lagi selesai SMA. Nanti tamat SMA langsung nikah saja ya."

"Menikahnya harus diadakan secara mewah dan besar-besaran di hotel kita," ujar Bambang

"Kita juga harus undang seluruh keluarga, teman, kerabat kita juga teman-teman Natasya," Hartato juga antusias berkata.

"Mama, Papa, Kakek, kalian bicara sudah ke pesta saja, memang Natasya mau nikah. Sudahlah Rangga pusing dengar obralan kalian. Rangga mau ke kamar aja. Mas Yongki yang sabar ya."

Rangga menepuk sekilas bahu Masnya kemudian baru pergi ke kamar.

"Rangga itu... ah tak penting si Rangga itu. Jadi Ayah, bagaimana resepsinya nanti...."

Mereka bertiga asyik membahas pernikahan yang akan dilaksanakan nanti bagaimana pada malam itu tanpa memikirkan pihak yang mau dinikahkan. Yongki hanya menatap lurus ke wajah Natasya di pangkuan kakeknya yang masih tertidur pulas tanpa terganggu dengan ributnya pembicaraan keluarga Sudirman menyangkut masa depannya.

"Kakeeek...." ngigo Natasya meneruskan mimpinya.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Maria Jabat

Maria Jabat

hahahahah
lucu banget ngakak terus thor

2021-01-29

0

Sari Mulia

Sari Mulia

lucu juga,lanjut !!!

2021-01-11

0

Darknight

Darknight

gk ad imut2 nya tp adanya amit2 nya 🤣🤣🤣🤣🤣

2021-01-06

2

lihat semua
Episodes
1 Bab. Pertemuan dan Asal Mula Kejadian
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31. Hari Kelulusan
32 Bab 32. Jurusan
33 Bab 33. Shopping
34 Bab 34. Memilih
35 Bab 35. Mobil Baru
36 Visual karakter
37 Bab 36. Malam Acara Perpisahan
38 Bab 37. Status
39 Bab 38. Pertunangan
40 Bab 39. Penolakan
41 Bab 40. Keputusan
42 Bab 41. Tidak Ada Perkembangan
43 Bab 42. Gagal Kencan
44 Bab 43. Tertidur
45 Bab 44. Makan bersama
46 Bab 45. Tes Gaun Pengantin Part 1
47 Bab 46. Tes Gaun Pengantin Part 2
48 Bab 47. Kebenaran
49 Bab 48. Flashback Part 1
50 Bab 49. Flashback Part 2
51 Bab 50. Flashback Part 3
52 Bab 51. Pernikahan
53 Bab 52. Berangkat
54 Bab 53. Apes
55 Bab 54. Mantan
56 Bab 55. Makan siang
57 Bab 56. Sang Mantan
58 Bab 57. Karma
59 Bab 58. Pulang
60 Pengumuman Hiatus
61 Bab 59. Mau pindah
62 Bab. 60 Tidak Jadi Pindah
63 Bab. 61 Curhatan Perempuan
64 Bab. 62 Masa Kelam Bimo
65 Bab. 63 Tas
66 Bab. 64 Rangga Juga Mau
67 Bab. 65 Bersikap Tegas
68 Bab. 66 Iri Bilang Bos
69 Bab 67. Kesempatan Emas
70 Bab. 68 Taktik Rangga
71 Bab. 69 Bad Mood
72 Bab. 70 Kepercayaan Kunci Kebahagiaan
73 Bab. 71 Pamer
74 Bab. 72 Kemampuan Angel
75 Bab. 73 Karyawan Baik atau Tidak?
76 Bab. 74 Salah Paham
77 Bab. 75 Terpaksa
78 Bab. 76 Rencana Mereka
79 Bab. 77 Menolong Melati
80 Bab. 78 Hati yang Tersakiti
81 Bab. 79 Kebohongan Safira
82 Bab. 80 Jeritan Hati Melati
83 Bab. 81 Rencana Bimo
84 Bab. 82 Permintaan Bimo
85 Bab. 83 Ada Luka Dibalik Senyuman
86 Bab. 84 Tipuan Safira
87 Bab 85. Manja
88 Bab 86. Rencana Hartato
89 Bab 87. Ide Hartato
90 Bab 88. Keputusan Pindah
91 Bab 89. Menjenguk Herry
92 Bab 90. Kesempatan
93 Bab 91. Dilema Rangga
94 Bab 92. Belajar Memasak
95 Bab 93. Kapal Pecah
Episodes

Updated 95 Episodes

1
Bab. Pertemuan dan Asal Mula Kejadian
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31. Hari Kelulusan
32
Bab 32. Jurusan
33
Bab 33. Shopping
34
Bab 34. Memilih
35
Bab 35. Mobil Baru
36
Visual karakter
37
Bab 36. Malam Acara Perpisahan
38
Bab 37. Status
39
Bab 38. Pertunangan
40
Bab 39. Penolakan
41
Bab 40. Keputusan
42
Bab 41. Tidak Ada Perkembangan
43
Bab 42. Gagal Kencan
44
Bab 43. Tertidur
45
Bab 44. Makan bersama
46
Bab 45. Tes Gaun Pengantin Part 1
47
Bab 46. Tes Gaun Pengantin Part 2
48
Bab 47. Kebenaran
49
Bab 48. Flashback Part 1
50
Bab 49. Flashback Part 2
51
Bab 50. Flashback Part 3
52
Bab 51. Pernikahan
53
Bab 52. Berangkat
54
Bab 53. Apes
55
Bab 54. Mantan
56
Bab 55. Makan siang
57
Bab 56. Sang Mantan
58
Bab 57. Karma
59
Bab 58. Pulang
60
Pengumuman Hiatus
61
Bab 59. Mau pindah
62
Bab. 60 Tidak Jadi Pindah
63
Bab. 61 Curhatan Perempuan
64
Bab. 62 Masa Kelam Bimo
65
Bab. 63 Tas
66
Bab. 64 Rangga Juga Mau
67
Bab. 65 Bersikap Tegas
68
Bab. 66 Iri Bilang Bos
69
Bab 67. Kesempatan Emas
70
Bab. 68 Taktik Rangga
71
Bab. 69 Bad Mood
72
Bab. 70 Kepercayaan Kunci Kebahagiaan
73
Bab. 71 Pamer
74
Bab. 72 Kemampuan Angel
75
Bab. 73 Karyawan Baik atau Tidak?
76
Bab. 74 Salah Paham
77
Bab. 75 Terpaksa
78
Bab. 76 Rencana Mereka
79
Bab. 77 Menolong Melati
80
Bab. 78 Hati yang Tersakiti
81
Bab. 79 Kebohongan Safira
82
Bab. 80 Jeritan Hati Melati
83
Bab. 81 Rencana Bimo
84
Bab. 82 Permintaan Bimo
85
Bab. 83 Ada Luka Dibalik Senyuman
86
Bab. 84 Tipuan Safira
87
Bab 85. Manja
88
Bab 86. Rencana Hartato
89
Bab 87. Ide Hartato
90
Bab 88. Keputusan Pindah
91
Bab 89. Menjenguk Herry
92
Bab 90. Kesempatan
93
Bab 91. Dilema Rangga
94
Bab 92. Belajar Memasak
95
Bab 93. Kapal Pecah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!