"Siapa itu Mei? kayaknya gue kenal tuh dari postur tubuhnya!" Tanya Manji sambil tak mengalihkan pandangannya dari tubuh laki laki yang baru saja meninggalkan Meira.
Laki laki itu tampak berperawakan seperti pentolan Brawijaya. Dia hafal betul karna saking seringnya berhadapan saat tawuran.
Meira menggigit bibir bawahnya, dia merasa sangat syok melihat kedua sahabat Arga itu, apa yang harus dia katakan? jangan sampai mereka tahu jika yang barusan bicara dengannya adalah Reihand. Karna jika sampai mereka mengadu pada Arga, tamatlah riwayatnya.
"I-itu, tadi orang yang nanyain jalan, kebetulan aja gue yang ditanya." Kilah Meira tanpa berani menatap Manji.
Manji tak yakin dengan jawaban Meira dan masih terus menatap ke ujung jalan sampai motor moge yang dikendarai cowok tadi menghilang di persimpangan.
Meira hendak berlari dari tempatnya, namun Manji dan Farel menghalanginya.
"Mei, sorry, lo gak bisa balik sendiri, kata Arga, kita disuruh nganterin lo balik sampai kerumah dengan selamet." Farel tersenyum hingga giginya yang putih dapat terlihat jelas.
"Gak ah! gue bisa balik sendiri!" Tolak Meira seraya mencoba menerobos dua laki laki jangkung yang ada dihadapannya.
"Gak bisa Mei, lo gak bisa nolak, kalau lo nolak, gue bisa bonyok Mei." Manji memasang wajah memelasnya.
Arga memang sudah memberikan titah kepada mereka berdua agar mengantar Meira pulang sampai kerumah.
Karna dia tidak ingin Meira sampai bertemu dengan Reihand jika dibiarkan pulang sendiri.
"Iya, Mei, please. Jangan nolak dong, gue masih pengen idup nih!" Kali ini giliran Farel yang mengiba. Wajahnya yang brewokan terlihat lucu saat sedang memelas.
Meira menarik nafas panjang. Sungguh menjengkelkan si Arga, meskipun cowok itu sedang tidak ada di sampingnya, namun antek anteknya masih saja disuruh untuk mengawasinya.
"Gini aja deh, gue bakal tetep balik naik angkot, tapi kalian tenang aja, gue bakal ngaku ke Arga kalau kalian yang udah nganterin gue balik, gimana?" Bujuk Meira.
"No no no Mei, kita emang bandel, tapi kita gak suka bohong Mei, kata enyak gue, bohong itu dosa!" Sahut Farel dengan memasang tampang sok polos. Manji yang melihatnya menahan senyum geli.
"Yaelah sok bawa bawa dosa lagi lu. Kalau ngomongin soal dosa nih ya, gue mau nanya, tawuran itu emang gak dosa?" Meira rasanya ingin sekali menjitak kepala kedua laki laki dihadapannya. Pake ngomongin dosa lagi!
"Tergantung sih, situasinya tawurannya gimana dulu?" Manji menjawab dengan mimik serius.
"Maksud lo?" Tanya Meira bingung.
"Iya, kalau emang tawurannya buat mempertahankan harga diri kampus, ya gak dosa lah! beda lagi kalau tawurannya emang buat gegayaan aja, nah itu yang dosa Mei!" Ucap Manji lagi
"Lagian selama dua tahun ini, yang nyerang duluan kan emang dari kampus Jayakarta. Kita sebagai yang diserang ya harus mempertahankan dirikan? iya kali kita diserang pasrah aja! apalagi penyerangannya sepertinya ditujukan khusus kepada Arga." Tambah Farel sambil melipat kedua tangannya didepan dada.
Meira tercenung mendengar ucapan mereka.
'Anak Jayakarta yang selalu nyerang duluan?' Masa sih? berarti secara gak langsung, ini memang perintah dari Reihand dong? karna diakan yang memimpin setiap penyerangan kampusnya, sepertinya memang Reihand punya dendam besar kepada Arga..
"Lo yakin penyerangannya ditujukan khusus kepada Arga? Mungkin ajakan ini emang masalah antar kampus?"
"Kalau emang ditujukan untuk kampus, kenapa pas tawuran mereka membabi buta penyerangan hanya kepada Arga? terkhusus untuk Reihand. Dia kaya terobsesi untuk bisa membuat Arga tumbang. Pernah suatu ketika, Arga tertusuk di dadanya dan dengan sengaja Reihand malah menginjak luka itu. kita emang masih diem sampai saat ini, karna Arga gak mau memperpanjang masalah dengan anak anak Jayakarta. Sebenarnya kalau Arga mau, dia bisa aja nyewa orang buat ngabisin anak anak Jayakarta, tapi gak tau kenapa tuh anak masih kasian aja sama Reihand! si Reihand memang sialan!" Manji menarik nafas berat.
Manji dan Farel memang dua orang yang menjadi saksi abadi pertempuran antara Sang pentolan kampus Brawijaya dan Jayakarta itu.
Meira benar benar tercengang mendengarnya. Gila sadis banget Reihand! Meira gak menyangka, dibalik sikap manisnya, Reihand bisa berlaku sangat kejam.
Dia jadi ngeri sendiri memikirkan bahwa dia pernah sedekat itu dengan Reihand saat mengobrol di kafe beberapa hari yang lalu.
"Malah bengong, dah ayok balik! tungguin disini ya, gue ambil mobil dulu ke dalem." Farel hendak berbalik badan namun tiba tiba langkahnya terhenti ketika melihat sebuah mobil Toyota Fortuner berhenti di depan Mereka.
Farel kenal betul pemilik mobil ini yang tak lain adalah Arga sahabatnya.
Arga turun dari mobilnya dan langsung menghampiri Meira.
"Lo ngapain kesini?" Tanya Meira bingung, dia kaget melihat Arga malah pergi ke kampus bukannya langsung pulang kerumah.
Arga membuka satu kancing kemeja dilehernya, wajahnya yang tampan terlihat sangat lelah.
"Gue kebetulan lewat sini, lo sendiri kenapa belom balik? nolak dianterin mereka berdua?" Arga menunjuk Farel dan Manji dengan dagunya.
Manji dan Farel malah cengengesan sambil menggaruk kepalanya takut kena omel bos besar mereka. Manji langsung menyikut lengan Meira meminta pertolongan supaya dibela agar tidak kena semprot Arga.
Namun Meira malah memeletkan lidahnya dan menjauh dari kedua sahabat Arga itu. Membuat Farel dan Manji melotot bersamaan.
"Sadis banget sih lo Mei!" Rutuk Manji agak kesal. Meira malah tersenyum tipis melihat kedua laki laki itu membungkuk ketakutan dihadapan Arga.
"Sorry men, Meira rada keras kepala. Dia nolak terus gue anter balik!" Akhirnya Farel memberanikan diri sambil menatap Arga.
Arga menarik nafas panjang sambil beralih menatap Meira dengan tajam.
"Lo kenapa sih gak bisa diatur banget jadi orang?" Kini giliran Manji dan Farel yang kegirangan karna ternyata yang kena omel adalah Meira bukan mereka.
"Ya emang kenapa kalau gue nolak? hak gue dong!" Dengan nyali besar, Meira memicingkan matanya menatap balik Arga dengan tajam.
"Lo emang gak bisa ya dibilangin pake mulut!" Arga yang sudah jengkel langsung menggendong paksa Meira menuju mobil.
Meira yang kaget langsung memukul mukul dada Arga. "Turuniin gue!!!"
Arga menoleh kebelakang dan menyuruh Manji untuk membuka pintu mobilnya, karna tangannya sendiri sedang sibuk memegangi Meira yang terus saja berontak.
"Diem! duduk yang bener! atau.."
"Atau apa?"
"Gue bakal nyentuh lo kaya malem itu!" Arga berbisik lirih hingga membuat Meira langsung pasi mendengarnya.
Arga tersenyum tipis. Ternyata Meira sangat takut dengan kejadian malam itu, syukurlah!! Dia bisa menjadikan itu senjata untuk membuat Meira menurut kepadanya sementara waktu ini.
Setelah masuk ke mobilnya. Arga pun langsung melajukan mobilnya membelah kepadatan jalanan ibu kota sore itu.
Sepanjang perjalanan, tak ada yang bersuara diantara mereka. Arga memang tidak pernah banyak bicara, laki laki itu memang terkenal dingin dan tak pernah ramah pada siapapun.
Begitupun dengan Meira, saat ini, dia sedang tidak berselera untuk ribut dengan pria disampingnya itu. Perasaan Meira sedang berkecamuk hebat, penjelasan Farel dan Manji tadi memancing rasa penasarannya lebih tinggi.
Entah mengapa Meira punya firasat jika Semua perseteruan yang terjadi antara Reihand dan Arga pasti berhubungan dengan Viona sepupunya Reihand.
Akhirnya Meira memutuskan untuk mencari tahu keberadaan Viona, gadis yang di isukan dihamili oleh Arga itu.
Esoknya, Meira masuk ke kampusnya seperti biasa. Namun hari ini dia sudah membultkan tekadnya untuk mencaritahu dimana keberadaan Viona. Karna mungkin saja gadis itu bisa jadi jawaban dari segala kerunyaman masalah diantara Arga dan Reihand.
"Lo yakin wid gak ada yang tau info soal dimana rumahnya Viona?" Tanya Meira untuk yang kedua kalinya. Wajahnya terlihat kecewa karna ternyata mendapatkan informasi soal wanita itu begitu sulit.
"Iya Mei, serius. Semenjak isu kehamilan Viona gencar banget dipenjuru sekolah, tiba tiba dia gak pernah masuk lagi, katanya sih dia out karna malu. Nah kita semua tuh gak tahu dia tinggal dimana, soalnya dia anaknya pendiem dan gak banyak temennya.."
Meira menghela nafas panjang. Terpaksa, dengan sangat terpaksa dia harus membuka komunikasi lagi dengan Reihand, si pentolan Jayakarta itu, karna hanya di harapan satu satunya.
Tidak mungkin bukan sebagai sepupunya, Reihand tidak tahu keberadaan Viona? tapi dengan satu catatan, Arga tidak boleh mengetahui rencananya!
bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Reni Anjarwani
semanggat upnya thor critanya seru bgt thor
2022-05-06
3