Kurang dari 15 menit, sang pentolan kampus itu kini sudah bertengger manis diatas motornya yang dia parkir tepat di depan gerbang kampus, sengaja dia duduk disana untuk sekedar memastikan apakah rencananya berhasil untuk membuat Meira telat masuk ke kelas pertamanya.
Arga merogoh saku celananya dan mengeluarkan hp dari sana.
"Hallo ji, gimana?"
"Aman sih men, gue udah bawa yang lo minta nih, tapi.. apa gak apa apa nih?"
Suara Manji temannya diseberang sana tiba tiba terdengar cemas.
"Gak apa-apa lah, bawel banget sih lo sekarang kayak emak-emak!!!"
Manji meringis geli mendengar perkataan Bos sekaligus temannya itu, dia sadar, dia baru saja melanggar batas kekuasaan Arga si pentolan kampus.
"Hehe kan gue cuman ngingetin men!"
"Yaudah sesuai rencana ya!" Titah Arga.
"Oke sip, kalau ada apa apa lo yang tanggung ya?" Sekali lagi Manji seperti memberi peringatan kepada Arga bahwa tindakannya kali ini bisa saja berujung fatal.
"Tenang, gue yang tanggung jawab penuh!"
Setelah mengatakan itu, Arga langsung menutup telponnya dan kembali melirik ke arah gerbang kampus. Masih tak terlihat tanda tanda kemunculan gadis itu.
Arga tersenyum tipis saat melihat jam ditangannya sudah menunjukkan pukul 08.30 menit. Sudah telat 15 menit sejak kelas pertama dimulai.
Meira sudah bisa pastikan tidak akan bisa ikut belajar di kelasnya pak Yanto, Dosen matematika itukan terkenal akan kedisiplinannya soal waktu.
Menurutnya menyia-nyiakan waktu sama dengan suatu tindak kejahatan besar. Dan itulah yang Arga inginkan, Pak Yanto akan mencatat Meira sebagai seorang penjahat kali ini, mam pus!
Sambil menunggu Meira, Arga mengeluarkan sebatang rokok dari saku bajunya lalu kemudian menghisapnya dengan santai.
Berpuluh puluh meter dari situ keadaan berbanding terbalik, Meira melangkah dengan setengah berlari menyusuri trotoar menuju kampus.
Sial sekali nasibnya pagi itu, angkot yang ditunggunya tak juga muncul, mau naik taksi tapi uang pegangannya kurang, meskipun sekarang dia sudah punya suami, tapi Arga sama sekali belum memberinya uang bulanan apalagi uang saku untuk kuliah, dan Meira pun memang tidak pernah berniat untuk memintanya.
Tengsin dong! yang ada si tengil itu malah akan merasa dia memang keluarga matre seperti tuduhannya selama ini.
Meira melirik jam ditangannya, langkahnya semakin cepat ketika mengetahui dia sudah telat, teramat telat malah untuk masuk ke dalam kelasnya Pak Yanto.
Tapi dia tetap mencoba berlari sekuat tenaga untuk samai ke kampusnya. Kaos polos miliknya pun mencetak sebuah lingkaran basah dibelakang punggung Meira bekas peluh keringat yang bercucuran, menandakan gadis itu memang seperti habis lari jarak jauh.
Meira merutuk pada satu sosok yang menurutnya harus bertanggung jawab pada keadaannya pagi ini, Arga! si tengil itu sepertinya memang sengaja menurunkannya di tengah jalan tadi. Dia pasti tau kalau tidak ada angkot pagi ini yang melaju di daerah situ. Sialan memang!
Mata meira menyipit tajam ketika melihat sosok yang sedari tadi ingin dimakinya itu kini malah terlihat santai duduk diatas motornya sambil menghisap sebatang rokok disela bibirnya.
Arga tersenyum ke arahnya dengan senyum yang begitu mengerikan, Meira tahu betul itu senyum puas penuh kemenangan. Meira menahan nafasnya untuk tidak meledak dihadapan Arga sementara waktu ini.
Karna ada yang hal lebih penting, dia harus segera berlari ke kelasnya dan memohon belas kasih Pak Yanto untuk mau membiarkannya ikut pelajaran walaupun kemungkinannya adalah 0%.
Arga buru buru melompat turun dari motornya dan menghampiri Meira.
"Eiiits mau kemana? buru buru amat!" Cegah Arga saat melihat Meira melongos begitu saja melewatinya.
"Minggir!"
"Santai, nafas dulu, mau gue beliin minum gak di kantin?" Tawar Arga, Meira malah mendelik tajam ke arahnya karna dia tahu tawaran Arga barusan hanyalah basa basi saja.
"Minggir, gue udah telat!"
"Yaudah sih gak usah nyolot!"
"Gak usah nyolot gimana?! lo tau gak sih?!gue ada kuis pagi ini dikelasnya Pak Yanto, lo pasti sengajakan bikin gue telat?"
Arga tampak memutar kedua bola matanya.
"Sengaja engga ya?" Arga belaga mikir membuat Meira semakin jengkel.
Didorongnya tubuh Arga yang sedari tadi menghalangi langkahnya dengan sekuat tenaga.
Si pentolan kampus itu akhirnya membuka jalan dan mempersilahkan gadis itu untuk lewat. Bukan karna dia sudah menyerah untuk berdebat dengan Meira, tapi justru jebakan sesungguhnya untuk Meira sedang menantinya di depan sana.
Dengan kedua tangan berada didalam saku celana, Arga mengikuti langkah Meira dari jarak yang tidak terlalu jauh.
Setelah menelpon Manji dan menyuruh temannya itu untuk bersiap siap karna sang target utama sebentar lagi akan sampai di TKP. Arga segera berlari menyusul Meira lagi.
Sementara Meira berjalan tanpa kewaspadaan dan firasat buruk sedikitpun. Gadis itu malah sibuk memikirkan kalimat apa yang akan dia ucapkan untuk memohon agar Pak Yanto mau mengijinkannya masuk ke dalam kelasnya.
Karna ini juga menyangkut nilai salah satu mata pelajaran penting, alasannya apalagi kalau bukan demi beasiswanya tetap berjalan tanpa hambatan.
Namun langkah Meira seketika terhenti ketika dia sudah sampai tepat didepan pintu, dia melihat dua orang mahasiswa berdiri tidak jauh di depan pintu, dia adalah Manji dan juga Farel, namun Meira tak begitu memperhatikannya karna dia benar benar sedang sibuk mengumpulkan keberaniannya untuk mengetuk pintu kelasnya.
Ya Tuhan, semoga Pak Yanto mau dan sudi memaafkan keterlambatannya kali ini.
Setelah berdoa dengan khusuk layaknya seseorang yang hendak berperang, Meira lalu mulai membuka gagang pintu diikuti tatapan serius Manji dan Farel yang tak lain adalah dua antek antek suruhannya Arga.
Manji dan Farel berpaling tatapannya saat menyadari sang Bos besar datang, Arga telah sampai tak jauh dari tempat mereka berdiri.
Manji melemparkan pandangan cemas pada bosnya itu, namun Arga malah sepertinya tak sabar dan asyik sendiri memperhatikan kejutan yang akan menimpa Meira beberapa detik lagi.
Berbarengan dengan terbukanya pintu sebuah kotak berukuran sedang jatuh dan menghamburkan seluruh isi didalamnya kebawah, tepat diatas tubuh Meira.
Seluruh isi kelas menatapnya dengan syok, Meira langsung mematung, bukan karna pandangan teman temannya itu, melainkan karna benda yang berjatuhan bebas yang berasal dari kotak tadi ternyata isinya adalah salah satu hewan paling dibenci oleh Meira.
Hewan itu berlari lari dipundak dan juga punggungnya dengan kaki kakinya yang ramping, berputar putar disekitar Meira tanpa tahu pemilik tubuh itu sedang ketakutan hebat.
Hewan itu tak lain adalah kecoak, binatang paling mengerikan yang Meira takuti. Meira bahkan tak sanggup menjerit karna binatang itu terlalu dekat dengannya dan kini sedang mengerubuti seluruh badannya.
Arga hampir saja menyemburkan tawanya melihat kejadian paling menyenangkan baginya itu. Gadis itu diam saja saking syoknya.
Bahkan beberapa detik kemudian Arga menyadari tubuh Meira hendak jatuh ke bawah, dalam jarak kurang dari tiga meter Arga segera berlari dan menangkap tubuh lemas itu dengan kedua tangannya.
Diikutinya gerak tubuh yang kemudian meluruh jatuh itu, Arga menyangga tubuh Meira, melemahkan gaya gravitasinya hingga kerasnya lantai yang menyambut tidak sampai melukai tubuh gadis itu.
Arga dengan hati hati mendudukkan Meira dan berlutut disampingnya, menyangga tubuh Meira dengan lengan kirinya. Karna Arga bisa merasakan tubuh Meira masih bergetar melihat banyaknya kecoak disekitarnya.
Seisi kelas yang melihat kejadian itu hanya senyam-senyum dan kebanyakan menyimpan kekaguman kepada sang pentolan kampus karena telah menolong istrinya Meira.
Padahal mereka tidak tahu jika sebenarnya Arga lah yang sudah menyuruh teman temannya itu untuk meletakan kecoak diatas pintu untuk mengerjai Meira.
Manji dan Farel ikut berlutut tak jauh dari tempat mereka duduk. Seekor kecak diangkatnya dan lalu dimasukkannya kembali kedalam kotak.
"Becandanya kelewatan lo Ji!"
"Hehehe.." Manji dan Farel terkekeh
"Kan bos yang nyuruh!"
"Ouh iya, gue yang nyuruh ya, wah gue lupa sih!" Arga berlaga baru ngeh, ditangkapnya satu kecoak yang masih menggelayut dipundak Meira.
Meira melotot lalu refleks menyembunyikan wajahnya di dada Arga ketika tangan kanan Arga malah dengan sengaja mendekatkan binatang itu kehadapan wajahnya.
Arga menahan tawa melihat Meira begitu ketakutan, Pak Yanto yang melihat kerusuhan didepan kelasnya itu langsung berjalan menghampiri Arga.
"Arga! apa-apaan ini?"
"Biasa pak, pengantin baru lagi anget-angetnya!" Manji yang menjawab membuat seisi kelas menyoraki mereka.
Meira rasanya ingin hilang saja dari sana detik itu, dia benar benar malu dan marah pada Arga! benar-benar kelewatan!
Arga mendekatkan wajahnya sambil berbisik ditelinga Meira.
"Kecoak nya udah gak ada, mau sampe kapan meluk gue?"
Meira sontak mendongakkan wajahnya dan menatap Arga yang kini wajahnya benar benar dekat dengan dirinya hingga hembusan nafas pria itu menerpa wajahnya dengan bebas.
Kalau diliat liat, Cowok ini benar benar tampan, bahkan nyaris sempurna dengan bola matanya yang berwarna sedikit coklat dan hidung yang sangat mancung membuat siapapun pasti akan dengan mudah jatuh hati. Namun sayang, sifat soknya ini benar benar tak bisa di tolerir.
Meira bergerak ingin bangkit, namun tangan Arga yang sedari tadi menyangga tubuhnya ikut bergerak, dan tangan kanannya yang sedari tadi menganggur kini ikut melingkar dipundak Meira karna menyadari jika gadis itu mulai berontak.
Bukannya melepaskan, Arga malah semakin menguatkan pelukannya. Dia menatap gadis itu lekat lekat, merapatkan badannya dan kini mendekatkan kembali wajahnya ke satu sisi kepala Meira.
"Gue punya firasat, kayaknya besok besok bakal lebih parah dari ini.." Setelah membisikkan itu Arga langsung melepaskan pelukannya dengan tiba tiba hingga Meira hampir saja terjatuh kembali kalau saja dia tidak berpegangan pada tembok dibelakangnya.
Pak Yanto hanya bisa geleng geleng kepala tanpa berani menegur Arga. Dia tidak ingin karirnya sebagai Dosen tamat karna melawan anak pemilik saham terbesar di kampusnya itu.
bersambung..
Note: Jangan lupa vote, like dan komen ya viar thor makin semangat upnya 😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Sumarni
kasih satu cwo dong buat nolong Mera biar Arga menyesal
2022-03-26
3