Arga sang pentolan kampus

Jangan lupa sebelum baca ceritanya tinggalkan like dan komennya ya 😁..

Kelas pertama telah dimulai. Meira mencoba memusatkan pikirannya pada pelajaran yang ada di depannya. Namun sialnya, fokusnya ambyar seketika saat bayangan Arga muncul begitu saja di benaknya.

Meira mencoba mengetuk ngetuk kepalanya sendiri memakai pulpen ditangannya.

"Ah, bodoh! ngapain mikirin cowok rese itu sih!"

Sedetik kemudian mulutnya ternganga, matanya membulat sempurna saat sosok yang sedari tadi tengah dibayangkannya itu kini terlihat sedang berjalan memasuki kelasnya dengan gaya yang sangat santai, bahkan dia tak peduli sama sekali pada Dosen yang jelas jelas sedang menerangkan didepan kelas.

"Arga!" Ucap Meira lirih.

Seisi ruangan jadi hening, Pak Eko, Dosen Kimia yang sedang menerangkan di depan kelas pun langsung menatap kaget ke arah Arga.

"Arga! Ngapain kamu disini? Ini bukan kelas kamu, keluar kamu!" Pak Eko Dosen yang terkenal galak itu bahkan tak dihiraukannya. Arga tetap terlihat santai berjalan menaiki tangga menuju ke deret bangku mahasiswi paling atas.

"Jangan hiraukan saya pak, lanjutkan saja kelas bapak!" Ucapnya dengan senyum tengil yang diarahkan pada sang dosen.

Pak Eko mengatupkan rahangnya kuat-kuat, dia merasa harga dirinya sebagai seorang dosen sedang dipertaruhkan.

Kalau saja Arga ini bukan anak pemilik kampus tempatnya mengajar, mungkin dia akan segera mendamprat anak nakal itu keluar dari ruangannya sekarang juga!

Tapi sang pentolan kampus itu malah cuek, padahal pandangan semua orang yang ada dikelas itu sekarang tengah terarah kepadanya.

Mata Arga menyapu seluruh isi ruangan dan baru berhenti ketika dia telah menemukan sosok itu, sosok yang menjadi tujuannya masuk ke dalam kelas itu.

Meira! Gadis itu menelan ludah berat saat melihat Arga tersenyum kecut kepadanya. Perlahan pria itu mendekat. Perasaan Meira jadi tidak enak. Meira merasa Arga memang sedang menuju ke arah tempat duduknya.

Meira tiba tiba ingat kejadian saat tawuran tempo hari itu, apa karna insiden itu? Jangan-jangan Arga mau minta ganti rugi soal biaya rumah sakitnya waktu itu, karna Meira memang diberitahu kakaknya Siska kalau biaya rumah sakitnya sudah dilunasi oleh si pria bernama Arga.

Arga mendekat dan berhenti tepat di deretan bangku tempat Meira duduk.

"Minggir!" Perintah Arga pada seorang cewek yang duduk disamping Meira. Refleks cewek itu langsung berdiri dan meninggalkan bangkunya dengan terburu buru.

"Meira Anastasya.." Arga menurunkan wajahnya ke hadapan Meira dan menatap gadis itu dengan sorot mata tajam.

"Denger dan pasang kuping kalian baik baik!!! kalian semua yang ada disini, saya Arga Alexander dan Meira Anastasya akan menikah minggu ini, ini adalah undangan terbuka untuk kalian semua.."

"HAH?" Meira membulatkan kedua matanya bahkan nyaris keluar saking kagetnya mendengar perkataan Arga.

Seluruh isi ruangan berubah menjadi sangat riuh. Semuanya langsung menatap tak percaya ke arah Meira. Mereka juga terkejut dan mengira Arga mungkin sedang melakukan banyolan saja, Arga kan memang terkenal sangat usil dan jahil.

"Ini serius lo ga?" Tanya Dafa salah seorang mahasiswa di ruangan itu.

"Gue gak pernah seserius ini!" Arga menatap Meira. Dia puas melihat wajah Meira yang begitu syok.

"Sinting! Lo jangan mengarang bebas! Kita kenal aja enggak!" Sergah Meira sambil berdiri dan melotot ke arah Arga.

Namun laki laki itu malah tertawa pelan. Flo dan Widya mencoba menenangkan Meira dan menyuruhnya untuk duduk. Meira mungkin tidak tahu dia sedang berhadapan dengan siapa.

Namun Meira tak bisa lagi menahan emosinya. Kalau memang Arga hanya bercanda, sungguh ini becandanya bener bener gak lucu sama sekali!

"Sampai ketemu hari minggu di pelaminan.." Ucap Arga santai sambil pergi menuruni tangga menuju pintu keluar.

Meira langsung mengumpatnya dengan berbagai macam sumpah serapah. Namun bukannya mencoba menjelaskan situasi yang dibuatnya kacau, Meira malah melihat Arga berbalik dan mengedipkan satu matanya ke arah Meira.

"Dasar gila!"

Seluruh ruangan kembali terdiam dan kini mata mereka langsung terfokus pada Meira.

Pak Eko hanya geleng geleng kepala melihat kejadian itu. Arga bukan pertama kali berulah di kelasnya. Sudah sering dan kali ini yang paling parah menurutnya.

"Sudah sudah! semuanya diam! kita lanjutkan pelajaran! sudah Meira, kamu duduk, tidak usah dipikirkan omongan Arga, dia itu emang biang onar."

Pak Eko mengira Arga hanya sedang usil saja. Padahal ucapannya tadi serius. Beberapa hari sebelum hari minggu Arga membuktikan omongannya.

Seluruh mahasiswa dan para dosen beserta staf di Mandala menerima undangan pernikahannya dengan Meira.

Buku undangan dengan sampul bergambar bunga mawar itu langsung Meira lempar ke arah ayah Tirinya saat dia baru pulang dari kampusnya.

"Pasti ini ulah ayah kan? Jangan bilang ayah sudah menjual aku kepada keluarga Arga!" Teriak Meira dengan wajah geram, seluruh keluarganya pun langsung menghampiri ke ruang tamu karna kaget mendengat kegaduhan yang tiba tiba.

Ayah Meira yang sedang merokok sambil meminum kopi langsung terperanjat menatap Meira dengan emosi.

"Tidak sopan sekali kau Meira! beraninya melempar kertas ke wajahku!" Dengus ayah Meira sambil mendorong tubuh Meira hingga gadis itu terjatuh ke sisi tembok ruangan.

Ibu dan Kakak Meira yang bernama Siska mencoba melerai pertengkaran itu.

"Sudah ayah, hentikan! Ada apa ini sebenarnya? Kenapa kalian tiba-tiba bertengkar?" Ibu Meira yang bernama Lia mencoba membantu Meira berdiri namun Meira malah menepisnya.

Meira menatap tajam pada ibunya.

"Jangan berlagak bu, aku tahu ibu juga udah tahu semuanya kan? Sejak kapan kalian menerima pernikahan ini? Kenapa kalian seenaknya sama aku? Aku bukan barang bu! Aku bukan kak Siska yang diam saja saat ayah menjualnya kepada anak temannya ayah!"

Ibu Meira hanya tertunduk mendengar perkataan anaknya itu, memang benar semua yang di ucapkan Meira.

Dua hari yang lalu saat Meira sedang kuliah, keluarga Arga datang kerumah ini dan tiba-tiba saja melamar Meira secara diam-diam kepada ayah tirinya.

Keluarga Arga mengetahui jika ayah dan ibu Meira mempunya hutang yang sangat besar jumlahnya pada bank dan akhir minggu ini jika sampai mereka tidak dapat melunasinya maka rumah mereka akan segera disita.

Keluarga Arga langsung memanfaatkan peluang itu untuk mengajukan sebuah tawaran kepada ayah Meira yang gila harta. Mereka menyodorkan cek sebesar 1 Milyar rupiah jika ayah Meira mau menandatangi surat persetujuan kalau dia akan menikahkan Meira dengan Arga.

Ayah Meira jelas dengan senang hati mengabulkannya, dia bahkan mengancam ibu Meira untuk ikut menyetujui pernikahan dadakan Meira ini.

"Keputusan sudah di ambil Meira. Kau harus menikah dengan tuan besar Arga!" Ayah Meira mencengkram dagunya dengan kasar.

Siska mencoba melerai pertengkaran yang sudah melibatkan fisik itu.

"Cukup ayah, Meira benar! Apa tak cukup ayah menjual aku kepada teman ayah?" Siska menangis sambil memeluk adiknya Meira.

"Diam! Kalian ini dasar anak gak tau di untung! Ayah menjodohkan kalian agar hidup kalian ini makmur, bukannya berterima kasih kalian malah berulah, cih!"

Ibu Meira tak kuasa berbuat apa apa, dia terlalu takut pada perangai suaminya itu.

"Aku tidak akan pernah menikah dengan Arga! Tidak akan!" Meira berdiri dan hendak pergi namun ayahnya mencegat tangannya.

"Mau kemana kau anak nakal." Ayah Meira langsung melayangkan satu tamparan keras di wajah Meira, gadis itu sampai tersungkur dan hampir saja kepalanya membentur sisi meja yang lancip kalau saja seseorang tidak langsung menangkap tubuhnya dengan sigap.

Meira dan lainnya menoleh kaget.

"Arga!" Ucap Meira kaget.

Pria itu menatap Meira dengan tatapan datar. Satu tangannya masih menangkap tubuh Meira kedalam pelukannya. Arga bisa melihat rembesan darah di sudut bibir Meira akibat tamparan keras ayahnya.

Arga langsung balik menatap ayah Meira dengan sorot mata yang tak bisa Meira tebak artinya.

"Apa kau perlu memukulnya seperti itu?" Tanya Arga sambil berdiri dan menghampiri ayah Meira.

"Tuan Arga? Sejak kapan tuan disini? Ayo ayo silahkan duduk." Sikap ayah Meira benar benar berubah 180 derajat. Arga tersenyum kecut. Pria tua ini benar benar seorang penjilat!

Meira menatap jijik pada ayahnya.

Meira langsung berdiri dan langsung mendorong bahu Arga.

"Gak usah sok peduli lo sama gue! Denger ya gue gak bakal mau nikah sama lo!"

"Meira jaga ucapan mu!" Ayah Meira hendak menampar Meira lagi namun Arga menahan tangannya.

"Stop! Jangan maen fisik!" Ucap Arga sambil menatap tajam pada ayah Meira.

Meira diam sesaat, sebenarnya apa yang diinginkan pria ini? Dia bahkan baru mengenalnya sekali pas tawuran kemarin, selebihnya Meira benar benar tidak kenal siapa Arga ini.

"Meira, kalau kau tidak mau menikah denganku, maka ayah dan ibumu ini akan aku seret kedalam penjara karna mereka sudah memakai setengah uang dari perjanjian kemarin." Ucapan Arga itu membuat Meira dan lainnya sangat terkejut.

Meira menatap ibunya yang terlihat mulai menangis.

Meskipun dia sangat membenci ibunya yang tidak pernah bisa melindunginya dari ayah tirinya itu namun bagaimanpun Meira tetap menyayanginya sebagai seorang anak.

Tubuh Meira tiba tiba menjadi sangat lemas, Meira meluruhkan tubuhnya ke bawah, Meira langsung menangis sejadi jadinya sambil memeluk kedua lututnya sendiri.

Tak ada pilihan lain, akhirnya Meira pun terpaksa menyetujui pernikahan itu.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Reni Anjarwani

Reni Anjarwani

lanjut thor

2022-03-11

1

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan Arga dan Meira
2 Ternyata Meira adiknya Siska
3 Rencana Arga untuk Meira
4 Arga sang pentolan kampus
5 Pernikahan Arga dan Meira
6 Balas dendam dimulai
7 Diturunkan ditengah jalan
8 Keisengan Arga
9 Ancaman Arga
10 Lagi lagi terjebak tawuran
11 Hai, aku Reihand
12 Kekalahan pertama Arga
13 Direnggut paksa
14 Sedikit sesal
15 Aku ingin pergi jauh
16 Kebusukan Lusi
17 Saingan baru
18 Reihand mencari Meira
19 Arga Menjemput Meira
20 Maksud terselubung
21 Waspada
22 Tercium juga kebusukan
23 Terkuak
24 Kemarahan Arga
25 Kemarahan Arga
26 Tawuran lagi
27 Berdebar
28 Mulai tersentuh
29 Menyangkal perasaan.
30 Kecurigaan Reihand
31 Kecurigaan Reihand
32 Cemburu
33 Salah paham
34 Penyesalan
35 Mulai luluh
36 Canggung
37 Maaf..
38 Curiga
39 Rencana Andrew
40 Mencurigakan
41 Seranjang
42 Keinginan Andrew
43 Kedatangan Meta
44 Lamaran Andrew
45 Rencana pernikahan Andrew dan Meta
46 Kemunculan Bima
47 Lengsernya Reihand
48 Penyerangan tiba tiba
49 Niat jahat Bima
50 Rasa yang mulai disadari
51 Fakta yang menyakitkan
52 Mulai terbuka
53 Khawatir
54 Hari pernikahan Meta dan Andrew
55 Pernyataan Cinta Arga
56 Sikap aneh Meta
57 Berani melawan
58 Ketahuan
59 Cemburu
60 Kemunculan Reihand di kampus
61 Cinta yang semakin kuat
62 Percikan Asmara
63 Petaka dimulai
64 Tragedi dijalan
65 Tragedi
66 Arga Kritis
67 Arga sadar dari koma
68 Siapa kau?
69 Kehilangan ingatan
70 Menyangkal
71 Diturunkan ditengah jalan lagi
72 Kembalinya sang pentolan kampus
73 Masih peduli
74 Aku bukan barang
75 Sampai kapan?
76 Mulai ingat
77 Seberapa berharga?
78 Sentuhan lembut
79 Penyatuan
80 Mulai terkuak
81 Nasib Andrew
82 Cinta yang menguat
83 Cinta yang menguat (2)
84 akhirnya tuan Heru tau semuanya
85 Kabar bahagia
86 Kejatuhan Andrew
87 Meta selingkuh
88 pemeriksaan kehamilan
89 Ketahuan
90 Menangkap basah perselingkuhan Meta
91 Meminta ijin kuliah
92 Perasaan Flo untuk Manji
93 Rasa yang tak disadari hadir
94 Meta siuman
95 Keripuhan ibu Hamil
96 peraturan gila
97 munculnya perasaan itu
98 pengumuman peraturan gila
99 Terlacak nya keberadaan Andrew
100 Tragedi di lapangan basket
101 Debaran mulai hadir
102 pulang bareng
103 Penggerebekan Andrew (1)
104 Penggrebekan Andrew (2)
105 Kecemasan Reihand
106 Canggung
107 Memaafkan Lusi
108 Widya cemburu
109 Perhatian Manji
110 Caper
111 diantar pulang Manji
112 Rasa yang tak lagi sama
113 Rencana liburan bersama
114 Masuk kuliah lagi
115 Tidak tega menolak ibu hamil
116 Lihat aku seorang
117 Melihat Arga main basket
118 Menginap dirumah Reihand
119 Hari keberangkatan
120 Tiba di Ora Beach
121 Tragedi di bawah laut
122 Rencana Widya
123 Kesal dan Malu
124 Jangan Menghindar
125 Ungkapan cinta Reihand
126 Jangan berharap lebih
127 Isi Hati Flo Yang Sebenarnya
128 Gitar bersama
129 Cemburu
130 Ternyata Arga tahu semuanya
131 Keegoisan Widya
132 Ancaman Widya
133 Perubahan sikap Reihand
134 Ciuman paksa
135 Tebing Cinta
136 Hati Yang Panas
137 Widya menjauh
138 Kedatangan Stella di Salon
139 Ternyata Ulah Widya
140 Mengerjai Flo Pagi Pagi
141 Berbagi Bekal dengan Reihand
142 Pindah tempat duduk
143 Keusilan Stella
144 Keisengan Stella
145 Datangnya Reihand
146 Diantar pulang Reihand
147 Kecemasan Meira
148 Mengantar Widya Membeli Gaun
149 Pertemuan Flo dan Ibunya Reihand
150 Dijemput Reihand
151 Terpesona Pada Flo
152 Kedatangan Flo dan Reihand
153 Meminta Reihand Menjadi Pacar
154 Menyelamatkan Flo
155 Ternyata Widya
156 Terpaksa Menerima Cinta Widya
157 Menyerah
158 Kemarahan Manji Pada Stella
159 Pura pura Baik
160 Pembalasan Farel
161 Main ke Kedainya Ibu Reihand
162 Bertemu Ibu Reihand Lagi
163 Widya Kumat
164 Marah Karna Flo di Goda
165 Dihukum karna Flo
166 Hukuman untuk Reihand dan Dendi
167 Widya melabrak Stella
168 Melabrak Stella part (2)
169 Pertemuan Tidak Sengaja
Episodes

Updated 169 Episodes

1
Pertemuan Arga dan Meira
2
Ternyata Meira adiknya Siska
3
Rencana Arga untuk Meira
4
Arga sang pentolan kampus
5
Pernikahan Arga dan Meira
6
Balas dendam dimulai
7
Diturunkan ditengah jalan
8
Keisengan Arga
9
Ancaman Arga
10
Lagi lagi terjebak tawuran
11
Hai, aku Reihand
12
Kekalahan pertama Arga
13
Direnggut paksa
14
Sedikit sesal
15
Aku ingin pergi jauh
16
Kebusukan Lusi
17
Saingan baru
18
Reihand mencari Meira
19
Arga Menjemput Meira
20
Maksud terselubung
21
Waspada
22
Tercium juga kebusukan
23
Terkuak
24
Kemarahan Arga
25
Kemarahan Arga
26
Tawuran lagi
27
Berdebar
28
Mulai tersentuh
29
Menyangkal perasaan.
30
Kecurigaan Reihand
31
Kecurigaan Reihand
32
Cemburu
33
Salah paham
34
Penyesalan
35
Mulai luluh
36
Canggung
37
Maaf..
38
Curiga
39
Rencana Andrew
40
Mencurigakan
41
Seranjang
42
Keinginan Andrew
43
Kedatangan Meta
44
Lamaran Andrew
45
Rencana pernikahan Andrew dan Meta
46
Kemunculan Bima
47
Lengsernya Reihand
48
Penyerangan tiba tiba
49
Niat jahat Bima
50
Rasa yang mulai disadari
51
Fakta yang menyakitkan
52
Mulai terbuka
53
Khawatir
54
Hari pernikahan Meta dan Andrew
55
Pernyataan Cinta Arga
56
Sikap aneh Meta
57
Berani melawan
58
Ketahuan
59
Cemburu
60
Kemunculan Reihand di kampus
61
Cinta yang semakin kuat
62
Percikan Asmara
63
Petaka dimulai
64
Tragedi dijalan
65
Tragedi
66
Arga Kritis
67
Arga sadar dari koma
68
Siapa kau?
69
Kehilangan ingatan
70
Menyangkal
71
Diturunkan ditengah jalan lagi
72
Kembalinya sang pentolan kampus
73
Masih peduli
74
Aku bukan barang
75
Sampai kapan?
76
Mulai ingat
77
Seberapa berharga?
78
Sentuhan lembut
79
Penyatuan
80
Mulai terkuak
81
Nasib Andrew
82
Cinta yang menguat
83
Cinta yang menguat (2)
84
akhirnya tuan Heru tau semuanya
85
Kabar bahagia
86
Kejatuhan Andrew
87
Meta selingkuh
88
pemeriksaan kehamilan
89
Ketahuan
90
Menangkap basah perselingkuhan Meta
91
Meminta ijin kuliah
92
Perasaan Flo untuk Manji
93
Rasa yang tak disadari hadir
94
Meta siuman
95
Keripuhan ibu Hamil
96
peraturan gila
97
munculnya perasaan itu
98
pengumuman peraturan gila
99
Terlacak nya keberadaan Andrew
100
Tragedi di lapangan basket
101
Debaran mulai hadir
102
pulang bareng
103
Penggerebekan Andrew (1)
104
Penggrebekan Andrew (2)
105
Kecemasan Reihand
106
Canggung
107
Memaafkan Lusi
108
Widya cemburu
109
Perhatian Manji
110
Caper
111
diantar pulang Manji
112
Rasa yang tak lagi sama
113
Rencana liburan bersama
114
Masuk kuliah lagi
115
Tidak tega menolak ibu hamil
116
Lihat aku seorang
117
Melihat Arga main basket
118
Menginap dirumah Reihand
119
Hari keberangkatan
120
Tiba di Ora Beach
121
Tragedi di bawah laut
122
Rencana Widya
123
Kesal dan Malu
124
Jangan Menghindar
125
Ungkapan cinta Reihand
126
Jangan berharap lebih
127
Isi Hati Flo Yang Sebenarnya
128
Gitar bersama
129
Cemburu
130
Ternyata Arga tahu semuanya
131
Keegoisan Widya
132
Ancaman Widya
133
Perubahan sikap Reihand
134
Ciuman paksa
135
Tebing Cinta
136
Hati Yang Panas
137
Widya menjauh
138
Kedatangan Stella di Salon
139
Ternyata Ulah Widya
140
Mengerjai Flo Pagi Pagi
141
Berbagi Bekal dengan Reihand
142
Pindah tempat duduk
143
Keusilan Stella
144
Keisengan Stella
145
Datangnya Reihand
146
Diantar pulang Reihand
147
Kecemasan Meira
148
Mengantar Widya Membeli Gaun
149
Pertemuan Flo dan Ibunya Reihand
150
Dijemput Reihand
151
Terpesona Pada Flo
152
Kedatangan Flo dan Reihand
153
Meminta Reihand Menjadi Pacar
154
Menyelamatkan Flo
155
Ternyata Widya
156
Terpaksa Menerima Cinta Widya
157
Menyerah
158
Kemarahan Manji Pada Stella
159
Pura pura Baik
160
Pembalasan Farel
161
Main ke Kedainya Ibu Reihand
162
Bertemu Ibu Reihand Lagi
163
Widya Kumat
164
Marah Karna Flo di Goda
165
Dihukum karna Flo
166
Hukuman untuk Reihand dan Dendi
167
Widya melabrak Stella
168
Melabrak Stella part (2)
169
Pertemuan Tidak Sengaja

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!