Pernikahan Balas Dendam
Jam 08 pas
Meira menyusuri trotoar menuju kampusnya. Pagi itu jalanan tampak lengan, mungkin karna semua orang sudah memulai aktivitasnya lebih pagi sebelum Meira.
Seperti biasa, Meira menunggu bus di halte sambil memeluk buku dan makalah ditangan kananya sementara tangan kirinya sibuk menenteng tas yang berisi laptop.
Sesekali Meira menoleh ke arah bus yang harusnya sudah datang beberapa menit yang lalu namun tumben hari itu bus tujuannya ke kampus telat beberapa menit dari jadwal yang biasanya.
Meira berdecak tak sabar sambil melirik jam tangannya yang kini sudah menunjukkan pukul 8 lewat 10.
Ah mampus! bakal telat, karna pelajaran pertamanya dimulai jam 8.20 wib sedangkan dia butuh waktu sekitar setengah jam dari halte itu untuk bisa sampai tepat waktu ke kampusnya.
Tiba-tiba terdengar suara gemuruh orang orang berlari. Meira menoleh dan seketika mulutnya ternganga saat menyaksikan gerombolan pria dari arah play over melangkah membentuk sebuah formasi manusia.
Mereka terlihat membawa senjata tajam ditangannya masing masing, ada yang membawa celurit, tongkat kayu dan ikat pinggang yang di lilit ditangan.
Belum hilang keterkejutan Meira, tiba-tiba dari arah yang berlawanan muncul lagi gerombolan manusia dengan spesies yang sama persis.
Namun meira seketika menyipitkan matanya saat melihat beberapa orang itu memakai alamamater yang sama persis seperti yang dia pakai saat ini.
Astaga! tidak salah lagi memang para mahasiswa dari kampusnya.
Mereka membawa berbagai peralatan seperti hendak perang. Seketika Meira menelan ludahnya berat.
"Mereka pasti mau tawuran!!!" Meira mematung saat menyadari kondisinya saat ini yang sedang berada di tengah tengah dua kubu yang hendak melakukan kebodohan sepanjang hidupnya itu.
Refleks, Meira langsung bersembunyi di balik pohon peneduh di samping halte bus.
Tatapannya menyapu seluruh isi jalan yang kini sudah di blokade oleh kedua kubu itu sehingga tidak ada lagi satu kendaraan pun yang lewat disana.
Meira tidak bisa lari kemana mana, karna sudah tidak ada lagi jalan kosong yang bisa di lewatinya. Kecuali dia mau dengan suka rela jadi bahan cincangan orang orang yang sedang hilang akal sehatnya di depannya itu.
Namun, seketika meira ingat kenapa dia tidak lari saja ke arah gerombolan teman sekampusnya? Mereka yang melihat almamaternya pasti akan langsung mengenalinya dan tidak akan ada yang bakal menyakitinya.
Tapi sialnya saat Meira berdiri dan hendak berlari ke sisi teman teman sekampusnya, tiba-tiba lawan dari kubu kampusnya mendekat dan membuat Meira mengurungkan niatnya.
Meira kembali jongkok, dia bisa mendengar dengan jelas teriakan dan gemuruh langkah kaki kubu lawan kampusnya sudah berada ditengah tengah jalan persis sejajar dengan tempat dimana dia jongkok dan bersembunyi dibawah pohon.
Tak lama, gantian gerombolan mahasiswa dari kampusnya yang berlari serentak mendekati kubu lawan.
Tawuran pun pecah diantara kedua kubu, Meira bergetar ditempatnya menyaksikan adegan saling baku hantam antar mahasiswa dengan senjata ditangan mereka masing-masing.
Meira berdoa semoga tidak ada yang bisa melihat keberadaannya. Namun memang pada dasarnya itu hari sialnya, seseorang mengenakan kaos hitam polos yang berdiri tidak jauh dari tempatnya memergokinya, seketika pria itu menghentikan aksinya yang sedang membabi buta memukuli lawannya.
Laki-laki itu tertegun, Meira juga tertegun. Keduanya saling pandang, Laki-laki itu menyipitkan kedua matanya saat mengenali almamater yang Meira kenakan.
"Sial!!" Ucapnya sambil berlari ke arah Meira. Meira langsung mengambil ancang ancang dengan menatap penuh kewaspadaan.
Semakin dekat dengan Meira laki-laki itu semakin membungkuk seraya mengulurkan tangannya.
"Lo pergi cep.."
Kalimatnya terputus ketika Meira dengan sigap langsung berdiri dan memukuli pria itu dengan buku dan laptop ditangannya. Laki laki itu spontan melindungi dirinya dengan kedua tangannya.
"Sst! Hei dengerin gue!!!" Perintahnya sambil mencengkram kedua lengan Meira dengan kuat.
Namun Meira yang sedang ketakutan justru membabi buta. Dia makin kalap memukuli laki laki itu.
"Ssst diem bego!!!!" Seru laki laki itu sambil melihat sekitar dengan wajah cemas. Suasana sedang kacau kacaunya. Seluruh mahasiswa sedang kalap dan diluar kendali. Ini malah ada cewek nyempil segala, pake almamater kampusnya pulak!
"Lo mau celaka disini? Cepet pergi sebelum ada yang liat lo!!!" Perintahnya sambil melotot tajam ke arah Meira.
Namun Meira tak juga mau mendengarkan, terus saja di pukulinya pria itu tanpa ampun.
"Ck.. nyusahin aja sih lo!" Ucap pria itu kesal. Akhirnya pria itu menarik paksa Meira untuk berlari ke sisi kubu kampusnya.
Meira yang melihat cengkraman tangan pria itu di lengannya malah tambah histeris.
"Tolong! To.." Meira malah menjerit keras sehingga pria itu terpaksa merengkuhnya dan memeluknya dari belakang. Satu tangannya membekap mulut Meira dan satunya lagi berusaha memegangi tubuh gadis itu agar mau diam.
Mata pria menyapu sekeliling jalan, riuh suara tawuran dan lemparan batu dari dua kubu bertaburan memenuhi langit disekitar merela. Dia menarik nafas lega saat melihat tak seorangpun yang melihat ke arahnya.
Arga nama laki laki itu langsung dengan cepat menyeret tubuh Meira ke sisi teman-temannya. Namun Meira terus memberontak.
Arga merasa kewalahan karna Meira terus memukul tubuhnya dengan kedua tangannya, namun karna pemberontakannya itu tak juga membuahkan hasil akhirnya Meira berinisiatif untuk menggigit tangan Arga.
Sontak Arga terpekik dan refleks melepaskan tubuh Meira.
Meira langsung memanfaatkan kesempatan itu untuk kabur, namun baru melangkah sekitar tiga jengkal Arga dengan mudah bisa kembali menangkap tubuhnya dari belakang.
"Cukup!!!" Teriak Arga keras sampai-sampai membuat Meira seketika membeku ditempat.
"Gue anak kampus Mandala juga bego!!!" Dengusnya kesal, karna sedari tadi Meira yang coba diselamatkannya malah tak bisa diajak diam.
Meira langsung menoleh kaget.
Meira tak tahu kalau pria itu ternyata anak dari kampusnya juga karna pria itu hanya mengenakan kaos polos dengan jaket hitam bukan memakai Almamater seperti yang Meira pakai di badannya.
Arga melirik lagi ke arah jalanan, suasana semakin kacau balau, seluruh ruas jalan kini benar-benar tertutup tanpa bisa dilalui.
Menyadari situasi yang semakin berbahaya ini tanpa sadar genggaman tangannya pada tangan Meira semakin menguat.
Meira ikut menatap tawuran di depannya dengan tubuh yang semakin gemetar. Arga bisa menyadari itu dia langsung menoleh ke Meira.
"Copot alamamater lo cepeet!!!" Perintahnya sambil mencoba membantu membuka paksa almamater itu.
"Gak!! Gue gak mau!!! Gue cuman pake tangtop tau!!!!"
Ck, Arga berdecak kesal.
"Emang kenapa kalau lo cuman pake tangtop? yang penting masih pake bajukan? Atau lo mau abis di gebugin disini sama anak anak jayakerta? Gue sih terserah, cuman gue kasian aja kalo lo sampe mati sia sia disini.."
Ucapan Arga itu malah membuat Meira semakin panik. Mati sia-sia? Meira langsung menggeleng kuat, enak aja sukses aja belum gue, masa udah mati sih!!! Gumam Meira.
Akhirnya dia langsung melepaskan almamater itu tanpa basa basi lagi. Seketika Arga menatap Meira dihadapannya yang kini cuman memakai tangtop berwarna hitam polos, belahan dada Meira kini bisa terekspos dengan jelas di matanya.
" Tinggalin almamater itu disini!!"
"Engga mau! Gue cuman punya satu almamater doang!!!"
Arga semakin gemas pada gadis itu, benar benar susah di atur!
"Masih banyak di koperasi, Ntar gue beliin selusin buat lo!!!"
Arga pun langsung mengambil paksa almamater itu dan meletakannya dibawah pohon. Dia lalu menghampiri meira dan menarik pergelangan tangan kanannya.
"Inget jangan jauh-jauh dari gue!!"
Meira menoleh cemas, perasaannya jadi tiba-tiba tidak enak mendengar kalimat itu.
"Terpaksa kita terobos tawuran kalau mau keluar dari sini!!!"
Hah? Meira langsung membulatkan matanya. Benarkan laki laki ini emang nekat!
"Ayo!!!" Arga menarik paksa Meira yang masih bengong.
Situasi disana benar benar sangat tidak kondusif. Tawuran bukan hal yang baru bagi Arga. Tapi sekarang ada seorang gadis bersamanya. Dan Arga merasa bertanggung jawab menyelamatkan gadis itu.
Makanya dia harus segera membawa gadis itu keluar dari tempat itu secepatnya. Mata elang arga menatap tajam pada setiap pergerakan manusia disekitarnya.
Beberapa kali dia hendak diserang namun Arga langsung dengan sigap menghindar, namun tak ayal, sesekali balas menyerang meski pergerakannya sangat terbatas karna satu tangannya tetap fokus menggenggam lengan Meira agar gadis itu tidak kena pukulan.
Sial memang nasib mereka saat itu. Teman teman Arga tak ada satupun di dekatnya, mereka malah sedang sibuk melawan jauh dari posisi Arga dan Meira, Arga jadi tidak bisa meminta bantuan siapapun.
"Argaaaaa!!!" Seseorang berteriak dari arah belakang, refleks Arga dan Meira menoleh bersamaan.
Matanya terbelalak ketika seseorang itu membawa celurit panjang ditangannya. Dan dengan cepat pria itu melayangkan celuritnya ke arah Arga.
Arga yang tak punya senjata apapun tak bisa melawan selain mencoba menahan celurit itu dengan tangan kosong.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
sweetlemonpie
flyover
2023-04-21
0
Hikayah Rahman
nyimak thor 😊
2022-05-02
1
Sekar Rasi Karimah
Semangat ya author membuat novelnya....novelmu bagus,aku suka 👍👍👍💪💪💪♥️♥️♥️
2022-04-01
0