Malam itu, Meira tidak mau keluar kamar untuk makan malam, setelah mandi dia langsung memilih tidur dibawah ranjang dengan menggelar karpet seperti biasa.
"Kenapa istrimu tidak mau makan Arga?" Tanya nyonya Lusi ketika mereka sedang makan malam bersama.
Tuan Heru dan Andrew pun ikut menoleh ke arah Arga.
"Dia sedang sibuk dengan pelajarannya, biarkan saja, kalau lapar juga nanti turun ke bawah." Jawab Arga berbohong, padahal dia tahu jika Meira sedang ngambek pada dirinya atas kejadian tadi.
"Kamu pasti bohong, kalian pasti lagi ributkan?" Cerca nyonya Lusi lagi, matanya menatap tajam ke arah Arga. Dia tahu anak tirinya itu sedang berkilah.
"Memang kenapa kalau aku berbohong? lagi pula Meira istriku, dan ini rumah tanggaku, berhenti untuk ikut campur soal urusanku!"
"Arga! jaga bicaramu, tidak sopan sekali kau!" Gertak Tuan Heru. Namun bukannya takut, Arga malah tertawa kecut.
"Lihat pap kelakuan anakmu, sudah ku bilang jangan gegabah menikahkan Arga secepat itu, lihat kan sekarang, belum apa apa dia sudah ribut terus sama gadis miskin itu!"
"CUKUP!" Kali ini giliran Arga menggebrak meja, matanya mendelik tajam ke arah ibu tirinya.
"Jangan berani menghina Meira dengan sebutan itu lagi! kalau kau sampai berani mengucapkan sebutan itu lagi, aku tidak akan melepaskan mu!"
"Arga kau..." Andrew hendak berdiri dan menghardik adik tirinya itu namun nyonya Lusi menahannya, Tuan Heru langsung berdiri dan melerai Arga sebelum keributan bertambah parah di meja makan itu.
"Sudah sudah, kalian ini kenapa malah ribut begini! Arga sudah cukup! kembali duduk dan makan makananmu!"
"Aku sudah kehilangan selera makan!" Desis Arga sambil meninggalkan meja makan itu dengan perasaan kesal.
Dia benci pada keluarganya sendiri, semenjak ayahnya menikah lagi, hidupnya seperti di neraka, dia akan selalu beradu argumen terutama dengan ibu tirinya yang memang selalu mencoba mengatur hidupnya dari pertama dia menginjakkan kaki dirumahnya.
Arga bertahan dirumah itu hanya karna kenangan yang tersisa dari almarhum kakaknya. Meskipun segala kemewahan di berikan oleh ayahnya, tapi Arga selalu merasa hidupnya hampa, sepi dan tanpa arti.
Arga membuka pintu kamarnya, dan dia mendapati Meira sedang tidur dilantai dengan beralaskan selimut saja.
Ternyata gadis ini masih menuruti omongannya waktu itu, dia benar benar tidak tidur di kasur sesuai dengan perintahnya.
Arga jadi teringat dengan kata kata jahatnya dulu pada Meira.
"Meira, apa lo pikir gue bakal nyentuh lo? lo terlalu kepedean Meira! ini memang malam pertama kita, tapi asal lo tau, gue gak akan sudi ngelakuin hal itu, bahkan harus seranjang dengan anggota keluarga yang udah bikin kakak gue bunuh diri pun gue gak berminat!"
Arga menghela nafas berat, dia sudah melanggar omongannya sendiri, dia sudah menyentuh Meira bahkan dia sudah merenggut sesuatu yang paling berharga dari Meira.
Dia sedikit menyesal, namun di sisi lain, dia juga tak bisa mundur dan menghentikan permainannya sendiri. Tekadnya sudah bulat, kematian kakaknya Stefan akan sia sisa jika dia tidak bisa membalaskan dendamnya pada keluarga Meira.
Dia sudah berjanji di hari pernikahannya kemarin, kalau dia akan membuat Siska kakaknya Meira menyesal telah mencampakkan kakaknya Stefan.
Arga membaringkan dirinya di kasur dan menatap Meira di bawah dengan perasaan hampa. Gadis ini begitu malang karna harus menanggung dosa dari kakaknya sendiri.
Esoknya jam 08.00 wib
Arga membuka kedua matanya saat sinar matahari menyelinap lewat jendela kamarnya yang terbuka, sinar itu menerpa tepat di atas wajah tampannya.
Arga melirik ke arah jam dan langsung terduduk seketika saat melihat jam telah menunjukkan pukul 08.00 wib.
"Sial! kok gak ada yang bangunin gue!" Arga langsung mencari keberadaan Meira, namun gadis itu sudah tidak ada dikamar. Tempat tidurnya di lantai sudah terlihat kosong.
"Meiraaa!" Arga berteriak setelah tak menemukan Meira di dalam kamarnya.
Tak lama seorang pelayan datang dan mengetuk pintu kamarnya.
Klek
"Dimana Meira?" Tanya Arga saat dia membuka pintu kamarnya.
"Nona sudah berangkat ke kampus dari pagi tuan, saya kira tuan sudah tahu, makanya kami tidak berani menghentikan Nona."
"Naik apa dia kesana?" Tanya Arga lagi.
"Nona naik angkot sepertinya tuan, karna Nona ngotot tidak ingin diantarkan oleh supir tadi." Jawab pelayan itu sambil membungkuk tak berani menatap wajah Arga karna dia tahu tuan mudanya itu sedang dalam emosi saat ini.
"Sial! lain kali kalau dia keluar, kalian harus tahan, mengerti?!" Arga mengepalkan tangannya sambil membanting kembali pintu dihadapannya.
Arga kembali ke dalam kamar dan menatap sekilas ke arah sofa tempat dimana selimut yang dipakai untuk alas tidur Meira tergeletak. Selimut itu sudah terlipat dengan rapih.
"Jangan-jangan gadis itu mau kabur!" Desis Arga geram, dia langsung bergegas ke arah kamar mandi untuk membasuh dirinya.
Setelah mengganti bajunya, beberapa menit kemudian Arga langsung turun kebawah dengan langkah cepat.
"Arga, kenapa kau terlihat buru buru begitu? Meira juga tadi pagi pergi tanpa sarapan bersama kami, kalian ribut lagi? apa sih yang bikin kalian ribut terus? pengantin baru kok gak pernah akur!" Nyonya Lusi yang sedang bersantai sambil minum teh berdiri ketika melihat anak tirinya itu turun dari tangga.
"Aku buru-buru, aku sedang tidak punya waktu untuk berdebat denganmu." Seperti biasa Arga berucap tanpa menoleh sedikitipun.
Nyonya Lusi terlihat sangat emosi, dengan mata melotot dia mengikuti langkah kaki Arga sampai anaknya itu menghilang dibalik pintu utama.
"Anak itu, makin hari makin tidak bisa sopan sama aku, gayanya bener bener mirip sama ibunya, awas ya, aku gak bakal tinggal diem, bakal aku kasih pelajaran kamu Arga!" Gumam Nyonya Lusi dalam hati.
Sementara itu disebuah Danau yang terletak dipinggiran kota
Meira sedang melamun diatas jembatan kayu seorang diri.
Dia menatap pantulan dirinya sendiri diatas air danau dengan wajah sendu.
Dada Meira terasa sesak saat dia kembali teringat kejadian sialan itu, kejadian ketika Arga merenggut sesuatu yang paling berharga darinya dengan paksa.
Meira langsung mengusap ngusap badannya sendiri dengan kasar. Dia merasa sangat jijik, teramat jijik pada dirinya sendiri. Tubuh Meira meluruh, lututnya terasa lemas, dia menangis sejadi jadinya.
Sementara itu dikampus Mandala
Arga terlihat kelimpungan mencari cari keberadaan Meira dikampus. Dia bahkan mengerahkan seluruh anak buahnya, namun tetap saja gadis itu tak juga di temukan.
"Meira gak ke kampus kayaknya bos, soalnya gak ada satupun temen deketnya yang liat dia, kita juga udah nyari ke semua sudut kampus tapi Meira gak ada bos." Lapor Manzi dan Farel saat mereka baru kembali dari mencari istri Arga itu.
Arga terdiam sambil berpikir.
"Apa jangan jangan dia lagi sama si Reihand?" Kata Farel tiba tiba membuat Arga langsung menoleh.
"Gak mungkin! Meira gak akan berani ketemu Reihand lagi."
"Kenapa bos? kenapa Meira gak akan berani ketemu Reihand lagi, emang bos udah ngapain Meira?"
Arga tergelak. Dia tak mampu menjawab pertanyaan teman temannya itu. Karna yang sudah dia lakukan pada Meira semalam itu adalah sebuah tindak kejahatan yang mengarah pada pemerkosaan, meskipun konteksnya Meira adalah istri sahnya sendiri.
Manji dan Farel saling bertatapan, mereka sepertinya tau jika kali ini urusannya sangatlah amat genting. Karna baru kali ini mereka melihat sang pentolan kampus itu seperti sangat khawatir sekali.
"Argaaa.."
Arga, manji dan Farel langsung menoleh ke arah Revan teman sekelas Arga. Revan terlihat berlari dengan tergesa-gesa ke arah mereka.
"Ga, gue tau dimana Meira!"
"Hah, serius? dimana?!" Arga langsung melotot.
"Tapi gue mau mastiin dulu nih, tadi si Manji bilang kalau gue ngasih info bakal dikasih ini nih Ga.." Revan memainkan tangannya dengan gaya meminta uang sambil nyengir kuda.
Manji langsung menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dia memang tadi menyebarkan sayembara jika ada yang berhasil memberitahu keberadaan Meira, Arga akan memberikan imbalan yang besar.
"Iya, lo mau berapa? gue transfer sekarang, cepet kasih tau dimana Meira!"
Ucap Arga tak sabar.
"Gue ngeliat dia tadi ke arah danau dipinggiran kota Ga, gue kan dari arah sana, kayaknya sih dia mau ke danau deh, angkotnya berhenti tepat di depan gerbang arah menuju danau soalnya."
"Ngapain Meira ke danau?" Manji dan yang lainnya menatap Arga dengan wajah bingung.
Perasaan Arga tiba tiba jadi tidak enak, tanpa menunggu waktu lagi, Arga langsung berlari ke arah parkiran dengan tergesa gesa.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Rindy Agustin
asli ni novel cakep
2022-05-24
0
Indah Dinda
penasaran thor...
next donk thor.. jngan lama2 up nya ya SEMANGAT
2022-04-27
0
Sumarni
mau apa ya 🤔🤔
2022-04-27
0