Keanehan terjadi ketika Miya terbentur dinding namun tidak terlihat memar atau lebam pada kulitnya. Hanya saja tubuh Miya lebih dingin dari pada Rara, Yuno menekan kepala, dia menyalahkan diri sendiri karena mengajak sang istri dan adik ipar untuk ikut. Dia merogoh saku mengeluarkan uang empat lembar berwarna merah kepada Wijaya.
“Tidak udah mas, saya ikhlas membantu” ucap Wijaya.
“Aku tau engkau ikhlas membantu, tapi terimalah pemberian ku ini sebagai tanda terima kasih ku. Aku mohon..” desak Yuno.
Dia melihat raut wajah Wijaya mengerutkan dahi.
“Baiklah, aku akan menerimanya tapi hanya kali ini saja. Anggaplah aku sebagai adikmu mas” ucap Wijaya.
Tawa kecil terdengar dari balik pintu, Fredi membawa bungkusan melanjutkan tawa dan senyum mendengar perkataan pria muda itu.
“Mas Fredi!” seru Wijaya berjabat tangan dengannya.
“Terimakasih engkau selalu menyempatkan waktu juga mau hadir di sela tugas kerja” kata Fredi.
“Lisa! Lisa!” teriak Transo dari luar rumah.
Sayup-sayup suara panggilan suara Transo dengan seretan sandal. Mereka bertiga menyaksikan kekonyolan Transo yang sedang mabuk berat. Lelaki yang tidak berguna itu tidak sadarkan diri di depan pintu masuk.
“Mas Transo! sadar mas!” Lisa mengguncangkan tubuhnya.
Alangkah malunya dia kepada sang mantan kekasih beserta keluarganya. Dia memiliki suami suka mabuk-mabukan, kasar, tidak bertanggung jawab dan tidak membahagiakan.
“Lisa, biarkan saja lelaki gila itu tidur disana. Sudah dua hari satu malam dia tidak pulang bukan? lihatlah keadaannya, engkau sebentar lagi akan melahirkan dan dia tidak memperdulikan kamu dan keponakan ku!” ucap Yuno.
Kakak tertuanya itu hampir gelap mata hingga menendangnya.
“Tidak mas, kita jangan buat pikiran Lisa semakin memburuk. Lihatlah Rara dan Miya belum juga sadar” bisik Fredi.
“Baiklah, kau saja yang memindahkannya. Aku tidak sudi menyentuh pria yang sudah melukai adikku” ucap Wijaya.
Fredi mengangkat Transo di bantu oleh Wijaya. Tubuh lelaki itu beratnya tiga kali lipat seperti pria pada umumnya sehingga kaki Transo menyeret ke lantai.
Beberapa saat berlalu, Miya dan Rara sudah sadar dengan pandangan kosong. Wijaya kembali memeriksa, akan tetapi keanehan muncul ketika dia melihat pergelangan tangan Miya terlihat Membengkak.
“Mbak, apakah ini terasa sakit?” tanya Wijaya.
“Tidak, aku tidak merasakan apapun.”
“Dengan obat ini, semoga memar akan hilang paling lama tiga hari. Baiklah saya pamit” ucapnya membawa kotak peralatan lalu berjabat tangan. Hanya Lisa yang enggan mengulurkan tangan, dia hanya terdiam memperhatikan kepergiannya.
...----------------...
Pagi hari yang berkabut
Miya mendekati Yuno yang sedang mengecat dinding bagian luar rumah. Sebelum menyampaikan perkataan kepada Yuno, dia memperhatikan sekitar lalu mengusap leher dan lengan. Hawa merinding membuat bulu kuduknya berdiri.
“Mas, aku mau bicara. Sebaiknya hari ini juga kita pulang!” ketusnya menarik ujung baju Yuno hingga dia hampir tergelincir dari tangga.
“Sabar, mas akan segera turun” ucap Yuno perlahan menuruni anak tangga.
Wajah cemberut Miya memalingkan wajah berlari ke dalam kamar. Yuno merapikan barang-barang yang masih berantakan kemudian menyusul ke dalam.
”Ada masalah apa? Kenapa tidak ada angin dan tidak ada hujan, engkau tiba-tiba memutuskan minta pulang?” tanya Yuno.
“Mas, aku tidak tahan disini, Rumah ini berhantu!”
Suara Miya begitu keras sehingga seisi rumah mendengar dengan jelas.
Keributan dan adu otot tidak bisa di dalam kamar. Lisa hanya terdiam, dia mendengar kegaduhan mereka. Tidak ada yang bisa dia perbuat, Transo juga tampak acuh. Setelah bangun, dia melahap dua piring nasi lalu pergi lagi tanpa berpamitan dengan para tamu.
“Mas, kamu mau kemana lagi? Bukan kah hari ini adalah hari libur? Mas!” panggil Lisa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Ima Diah
kok gak ada tegas2 nya sih sebagai kakak....Lisa juga ngeyel amat gak mikir keselamatan diri sendiri....emosi sendiri baca nya
2023-02-19
0
pul pul
haduh 😨takut
2022-11-01
1
👑Keluarga author
Wijaya terlalu berkorban
2022-04-16
1