Wijaya melihat Lisa pingsan di dekat pintu dengan keadaan telungkup. Dia mengangkat Lisa ke Sofa dan membaringkan secara perlahan. Wanita yang teramat dia cinta kini menderita, dia tidak bisa menjaganya dengan baik dan berkali-kali menyalahkan diri sendiri.
“Maafkan aku, seharusnya di masa lalu aku lebih memaksa mu untuk bersama ku” ucapnya.
Dia mencari kotak perlengkapan di mobil. Hujan masih deras mengguyur tubuh yang tidak dia memperdulikan. Terdengar suara panggilan dari kaca jendela mobil.
“Wijaya, Wijaya” suara berbisik di telinga.
Bayangan wajah putih mendekati Wijaya, dia mempercepat mengambil kotak dan stetoskop menuju ke dalam rumah. Dia tetap membuka pintu rumah walau air hujan membasahi perabotan di dekatnya. Keberadaan posisi sofa tempat Lisa berada terletak beberapa jarak dekat pintu.
“Maaf pasti kau merasakan hawa dingin. Tapi aku tidak bisa membawa mu ke dalam kamar” ucap Wijaya memeriksa tubuh Lisa.
Dia tidak memperdulikan perut besar Lisa atau apapun status yang di sandang oleh mantan pacarnya itu. Wijaya mengusap wajah Lisa dengan kain dan mengecup dahinya.
Setelah dokter muda itu sudah memeriksa, dia menyiapkan beberapa obat dan vitamin. Perlahan sekujur bulu kuduk merinding tanpa di sadari sudah berdiri wujud tinggi besar bermata merah di hadapan.
“Argghhh!” jerit Wijaya.
Dia memeluk tubuh Lisa sangat erat, Lisa yang sudah sadar langsung merontah-rontah meminta wijaya untuk melepaskan.
“Apa yang sudah kau lakukan mas? Lepaskan aku!” pekik Lisa.
“Maafkan aku.”
“Pergi kau! Anak ku, apakah anak ku sudah tiada? Hiks” tangis Lisa histeris.
Wijaya mengguncang tubuh, memeluk dan mengusap punggungnya. “Lisa sadar lah anak mu masih selamat, lihat dia masih sehat dan kuat” ucap Wijaya.
Lisa melihat perut dan mengusapnya menangis tersedu-sedu.Transo masuk ke dalam rumah menyaksikan pemandangan itu membuat amarah dirinya meluap. Transo mengepal tangan bersiap memukul. Perkelahian itu tidak bisa terelakkan saat Transo menendang lalu menghajar Wijaya. Wajah lelaki itu sudah babak belur mengeluarkan darah di hidung.
“Cukup! Hentikan mas! dia sudah menyelamatkan ku dan anak kita!” ucap Lisa menangis.
“Kau masih berani melawan?” tangan Transo melayang di hentikan Wijaya. Sedikit lagi dia menampar sang istri.
“Maafkan aku mas, dia tidak bersalah. Aku merasa ada yang tidak beres dengan rumah ini!”
“Semua itu hanya halusinasi mu saja! Dan untuk kau tuan Wijaya, biarkan aku menyelesaikan urusan rumah tangga ku dengan istri ku!” bentak Transo mendorong Wijaya keluar.
Transo melempar peralatan Wijaya keluar, dia membanting pintu sangat keras. Wijaya masih mendengar tangisan Lisa di dalam, dia tidak bisa melakukan apapun. Di dalam mobil, Wijaya mengobati luka-lukanya. Sampai malam ini pun dia tidak bisa tenang akan keadaan Lisa sekalipun sudah di usir dan di hajar Transo.
Pertengahan malam hari di daerah wilayah asing. Wijaya bertekad tidur di dalam mobil berharap besok pagi melihat Lisa kembali.
“Non, ini minumnya” suster Sarah membawa segelas air putih.
“Suster dari mana aja sus? Saya panggil-panggil suster dari tadi” tanya Lisa curiga.
“Saya di belakang membersihkan dapur non. Suara hujan dan Guntur menghalangi suara non.” Suara datar suster Sarah melirik Transo kemudian membungkukkan kepala.
“Ternyata di dalam rumah ada suster, aku pikir Lisa berani bermain di belakang ku” gumam Transo.
“Mas, kenalin ini suster Sarah. Suster yang di panggil oleh mas Yuno.”
“Halo, saya Transo.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
👑Gre_rr
kasihan lihat wijaya
2022-07-04
1
👑Ria_rr🍁
bawa kabur saja wanitamu wijaya
2022-06-29
1
Elisabeth Ratna Susanti
suka 😍
2022-04-14
1