Transo mengabaikan perkataan Lisa. Dia menuju salah satu kamar tanpa memperdulikan Lisa yang sudah kesusahan untuk bergerak. Tubuhnya sedang di fase teramat kelelahan, wanita yang sedang mengandung itu merasakan sakit di sekujur badan. Terlebih lagi kakinya begitu keram, perlahan Lisa menyusul Transo ke dalam kamar lalu berbaring di atas kasur yang masih berdebu.
"Uhuk, uhuk.." batuk kecil Lisa bangkit kembali mengusap-usap punggung sambil mengatur nafas.
"Mas, tolong bersihkan debu yang berada di atas kasur ini. Kita baru saja masuk ke dalam rumah yang sudah lama tidak berpenghuni" ucap Lisa pelan.
Suara dengkuran Transo menggambarkan dirinya sudah berada di dalam pulau mimpi. Lisa tidak tega melihat wajah lelah sang suami mengambil pekerjaan sendiri untuk membersihkan dan merapikan rumah.
Dia memaksa kan tubuhnya bergerak terkadang tangan menopang sesuatu lalu bertolak pinggang melanjutkan pekerjaan.
"Hihihi.. hihihi.." tawa kuntilanak menggema di atas langit-langit kamar.
Posisi tepat dia berada di kamar belakang tanpa penerangan. Lisa memanjatkan doa dan istighfar di dalam hati kemudian menyalakan lilin di dalam kamar.
...----------------...
Kring ... kring (Bunyi telpon rumah berdering).
"Halo, Selamat siang."
"Siang mbak, biasa kah saya berbicara dengan pak Transo? dari perusahaan Karta Kaya"
"Baik, tunggu sebentar" ucap Lisa meletakkan gagang telpon di atas meja.
Dengan mempercepat langkah, Lisa membangunkan Transo yang masih tertidur pulas. Lelaki itu seolah enggan mengurus keluarga dan mencari nafkah. Di hari libur dia habiskan untuk tidur hingga siang hari. Perpindahan rumah seakan hanya milik Lisa seorang tanpa ingin di Bebani oleh Transo. Jangankan memikirkan kebutuhan dan keperluan keluarga, bahkan seolah Transo hilang ingatan telah mempunyai seorang istri yang terhitung bulan akan melahirkan anaknya.
"Mas, ada yang mencari mu di telpon" ucap Lisa menarik selimut yang masih melingkar di tubuh lelaki pemalas tersebut.
"Berisik sekali, aku masih mengantuk" ucap Transo menarik kembali selimutnya.
"Bangun mas, seseorang dari perusahaan Karta Kaya mencari mu"
"Apa? kenapa adik tidak membangunkan ku dari tadi?" ketus Transo loncat dari tempat lalu berlari menjawab telepon.
Lisa memperhatikan tingkah laku sang suami. Lelaki yang dahulu sangat baik dan perhatian kini sedikit berbeda. Tapi, semua kesalahan Transo telah di tutupi selubung pelet dari pria itu untuk terus menunduk Lisa agar tetap patuh dan berada di sisinya. Mantra hitam menutupi pandangan Lisa melihat sifat asli Transo, dia hanya bisa menghela nafas menuju ke dapur.
"Pergilah kalian!" bisikan halus di arah daun telinga Lisa bagian kiri.
Sekujur tubuh sangat merinding mendengar suara wanita tua. Lisa melotot menoleh memutar tubuhnya. Dia meletakkan gelas berjalan keluar rumah ke arah halaman belakang. Meskipun matahari sudah berada tepat di atas kepala, Lisa tidak menemukan satu orang tetangga pun di luar.
Jendela-jendela di setiap rumah tertutup rapat. Keanehan sorot mata berpusat pada ujung jalan terdapat bak pemandian umum bertembok dinding raksasa. Lisa membuka pintu pagar masuk ke dalam tempat pemandian umum yang terbuka itu.
Di dalam terdengar suara orang ramai dengan percikan air bercampur ramai orang mencuci baju. Akan tetapi saat Lisa memeriksa di setiap bilik tembok pembatas, dia tidak menemukan siapapun disana. Lisa menoleh ke melihat isi bak raksasa penuh lumut berwana hijau mengambang dengan bebatuan kerikil kecil di dalamnya.
"Nak, apa yang sedang kau lakukan disini?" kata seorang wanita tua memiringkan kepala melihat Lisa.
Dahi Lisa mengerut, dia melihat kaki sang nenek masih menapak di atas tanah menandakan nenek tersebut adalah manusia. "Nenek, aku hanya ingin tau keadaan di sekitar tempat tinggal ku berada. Namun kenapa aku tidak menemukan warga yang berlalu lalang?" tanya Lisa menggigit bibir risau.
Dia menarik tangan Lisa keluar dari bak pemandian umum. Tangan kanan kanan membentang menunjuk ke arah pohon besar yang tumbuh di dalam jurang dekat rumah Lisa berada.
"Mereka mengawasi setiap orang yang tinggal di daerah ini. Jangan nyalakan lampu luar rumah dan tutup pintu serta jendela ketika hari mulai senja" ucap sang wanita tua tersenyum mengangguk melihat perut Lisa.
"Lisa! apa yang sedang kau lakukan di ujung jurang?" jerit Transo dari depan pintu rumah.
"Aku sedang berbicara dengan__" perkataan Lisa terputus ketika tidak mendapati sosok nenek tua yang baru saja berbicara dengannya.
Di ruang tamu Lisa terdiam membisu. Transo sibuk mengemasi pakaian dan tumpukan kertas ke dalam koper.
"Aku akan lembur selama beberapa hari, kau harus jaga diri dan anak yang di dalam kandungan mu. Disini tidak ada yang perlu di khawatir kan. Jika engkau membutuhkan sesuatu, minta lah bantuan para tetangga."
Lelaki itu langsung mengusap perut Lisa dan berjalan meninggalkannya dengan membawa koper. Dia melanjutkan kendaraan sepeda motor lalu meninggalkan suara klakson saat keluar dari halaman rumah.
Lisa memegang kuat dadanya, sedetik air mata perlahan menetes mengalir deras di pelupuk mata.
"Apa yang sedang aku rasakan?"
hatinya bagai tersayat pisau belati dan amarahnya yang ingin meledak seperti tertahan oleh sesuatu batinnya mengusap perutnya yang semakin besar.
Hari sudah mulai senja, dia buru-buru menutup pintu dan jendela mengingat ucapan dari sang nenek tua yang dia temui hari ini. Berbekal ilmu kejawen Jawa puasa mutih benteng diri dari gangguan setan. Lisa berharap bayi yang berada di dalam perutnya itu baik-baik saja. Tapi Iblis dan setan selalu berupaya menyesatkan dan mencari celah kelemahan manusia. Mereka terus menggoda tanpa henti, berusaha bersemayam masuk melalui aliran darah dan rongga tubuh Khalifah di bumi.
Di dalam kamar, Lisa mengucap dzikir berbekal sebuah lilin besar untuk penerang ruangan. Tubuhnya terasa panah mendidih, setelah mengenal Transo terlebih lagi menjadi istrinya. Hati dan jiwa Lisa menjadi tidak menentu. Terkadang Lisa seperti ada yang membuntuti dan mengintai segala kegiatan yang dia lakukan.
Tok, tok, tok. Ketukan pintu mengagetkannya.
Lisa mengintip dari celah pintu melihat Transo berdiri di depan pintu. "Mas Transo? bukankah dia mengatakan akan lembur di kota seberang?" gumam Lisa memegang batang pintu.
Dari arah luar, pintu masih saja di ketuk. Lisa membuka sedikit menolehkan kepala memastikan siapa yang ada di hadapannya. Transo bermata merah, wajah pucat Pasih menatap kosong melihat Lisa. Dia tidak mengatakan sepatah kata pun, kakinya memulai langkah sebelah kiri ingin masuk ke dalam rumah.
"Aku yakin sekali sosok yang di hadapan ku bukanlah suamiku!" gumam Lisa menahan seluruh bulu kuduknya berdiri.
"Pergi, kau bukan suamiku! suami ku Transo belum pulang! jangan ganggu aku! pergi!" teriak Lisa membanting pintu menutup rapat.
"Argghh..." teriakan dari luar melengking memekik telinga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
IG: _anipri
Kek suara lonceng sepeda. wkwkwk
2023-01-06
0
IG: _anipri
ngakak aku
2023-01-06
0
Nunung Nurjanah
iya pamit juga..bahasa ny amburadulll,terburu2....parah....gk enak di baca
2022-09-25
0