Aiden menatap tubuh lemah Syeilla dengan pandangan yang tidak bisa dijelaskan. Ia seperti khawatir namun terlihat datar dan dingin. Entahlah.
Syeilla menggerakkan matanya secara perlahan kemudian terbuka dengan sempurna. Ia melihat sekelilingnya yang terlihat asing di matanya kemudian matanya menatap wajah datar Aiden yang menatapnya dengan dingin.
"Maaf" gumam Syeilla dengan pelan.
"Untuk?"
"Maaf karena sudah merepotkanmu"
"Memangnya apa yang bisa kau lakukan selain merepotkan aku" decih Aiden dengan sinis. Entahlah ia sendiri tidak mengerti mengapa. Tapi setiap melihat wajah Syeilla rasa marah langsung menyeruak memenuhi relung jiwanya.
Syeilla mencoba menghalau agar air matanya tidak jatuh. Ia harus kuat jika ia lemah ia akan terus ditindas oleh semua orang.
"Cepatlah sembuh mama sangat kerepotan mengurus rumah" ucap Aiden dengan sedikit lembut.
Syeilla hanya tersenyum masam mendengarnya. Ia fikir suaminya akan mengkhawatirkannya walau hanya sedikit namun ia terlalu berharap dan beginilah jadinya. Kecewa.
Mereka sama-sama terdiam. Aiden maupun Syeilla tidak ada yang mencoba membuka suara untuk memecahkan kesunyian yang tercipta setidaknya selama 30 menit hingga suara panggilan memecahkan kesunyian. Aiden melihat nama pemanggil dan tersenyum.
"Halo sayang. Ada apa?" tanya nya dengan lembut pada seseorang yang di seberang sana.
"Oh iya iya aku kesana sekarang ya"
Aiden tersenyum mendengar permintaan kekasihnya. Ia kemudian melihat Syeilla yang sedang sibuk sendiri.
"Aku keluar sebentar. Ada urusan penting"
Aiden melangkah keluar dari ruang rawat Syeilla sambil bersenandung ceria. Melihat itu Syeilla merasakan sakit di hatinya yang paling dalam. Ia yang seorang istri tapi orang lain yang mendapat kasih sayang dan cinta suaminya.
"Kuatlah Syeilla. Kamu itu kuat" bisiknya menyemangati jiwanya yang terluka. Di tengah kesedihannya terdwngar suara pintu yang dibuka dengan kasar.
"Enak kamu ya malas-malasan disini sedangkan saya kerepotan mengurus rumah. Kamu sengaja ya, pakek sakit segala dan menghambur-hamburkan uang dengan hal yang tidak berguna. Kalau mau sakit ya langsung mati aja. Dasar mandul" maki Ratu dengan sengit. Tanpa terasa air mata Syeilla mengalir dengan deras namun segera ia hapus.
"Maaf ma"
"Maaf, maaf, itu aja yang bisa kamu katakan. Saya tidak mau tau sekarang juga kamu harus sudah pulang ke rumah kalau tidak? Kamu akan tau sendiri akibatnya" ancam Ratu kemudian melangkah pergi dengan angkuh.
Syeilla menatap sendu langit-langit ruangannya. Ia tersenyum pahit memikirnya segala hal yang menimpanya.
"Beginikah rasanya Elena. Sangat menyesakkan. Aku sangat pengecut untuk meminta secuil maafmu tapi kuharap kamu mau memaafkanku suatu hari nanti" gumamnya dengan pedih.
"Selamat siang mbak Syeilla" sapa seorang suster yang bertugas mengawasi dan merawat Syeilla selama berada di rumah sakit ini.
Syeilla tersenyum lembut membalas sapaan suster yang sangat ramah padanya.
"Selamat siang juga suster"
Seolah teringat dengan segala ancaman mamanya ia pun bertanya apa ia sudah diperbolehkan keluar atau belum.
"Sus apa saya sudah bisa pulang hari ini" tanya Syeilla dengan lemah.
"Mbak baru bisa pulang esok hari karena kondisi mbak masih lemah" terang suster tersebut sambil tersenyum ramah.
"Tidak bisakah hari ini sus. Saya harus keluar hari ini juga tolong saya sus" pinta Syeilla sambil mengatupkan kedua tangannya. Suster yang menangani Syeilla mencoba membantunya.
"Baiklah akan saya sampaikan pada dokternya dulu ya mbak"
Kemudian suster tersebut pergi setelah selesai memeriksa infus Syeilla dan segera menemui dokter yang menangani Syeilla.
"Selamat siang mbak Syeilla apa ada keluhan?" tanya dokter wanita itu dengan lembut.
"Tidak ada dokter hanya saja saya ingin pulang hari ini. Saya mohon ijinkan saya pulang" pinta Syeilla dengan lemah.
Dokter tersebut masih ragu untuk melepaskan Syeilla dari pengawasannya namun ia juga tidak bisa mengabaikan permintaan pasiennya jika mereka merasa tidak nyaman. Setelah menimbang ia pun memperbolehkan Syeilla untuk pulang dengan syarat harus beristirahat di rumah. Syeilla pun menganggukan kepala sembari mengucapkan terima kasih.
Syeilla segera mengemasi barang-barangnya dibantu oleh suster. Sejujurnya suster tersebut masih penasaran dengan kepulangan Seyilla yang menurutnya sangat mendadak tapi ia tidak ingin terlalu banyak bertanya.
"Terima kasih jika kita bertemu dikemudian hari aku akan membalas sgala kebaikanmu padaku" ucap Syeilla dengan tulus.
Suster tersebut tersenyum mendengar perkataan tulus dari pasien yang ia rawat. Ia sangat kagum dengan sosok Syeilla yang selalu tersenyum meski sedang dalam kesakitannya.
Syeilla kini sudah berada di rumah suaminya dan dengan langkah lemahnya ia segera membuka pintu depan dan masuk dan berjalan dengan pelan. Dari arah ruang tamu terdengar suara orang yang tengah bersenda gurau dan sesekali wanitanya terlihat bermanja dengan lelaki yang tak lain suaminya Syeilla.
"Tau juga kamu jalan pulang" seru suara sinis mertuanya dari arah tangga dan otomatis kedua makhluk yang sedang bercanda itupun menoleh dengan tatapan yang berbeda padanya.
"Siapa dia sayang" tanya wanita yang diketahui bernama Laura Jasmin Emanuel pada kekasihnya.
"Ah dia hanya pembantu sayang" sela mertuanya sambil berjalan mendekati Syeilla dengan tatapan tajamnya.
"Apa benar? Tapi dia terlalu cantik untuk ukuran seorang pembantu" selidik Laura dengan curiga.
"Sayang apa yang dikatakan mama itu benar. Dia hanya seorang pembantu. Ngapain lagi kamu disana" bentak Aiden dengan marah.
Syeilla tersenyum menatap mata indah Laura yang menatapnya dengan senyuman ramah. Kemudian segera berlalu dari hadapan kedua sejoli yang sedang dimabuk asmara tersebut.
"Kenapa harus membentaknya kalau bisa secara baik-baik. Kau tidak lihat wajahnya sangat pucat" kesal Laura memperingati kekasihnya.
Aiden hanya memutar matanya dengan jengah. Apa Laura akan bereaksi sama kalau mengetahui wanita yang ia bela tadi merupakan istri dari kekasih tampannya ini.
"Ya ya aku mengaku salah tapi kau tidak tau betapa menyebalkannya dia" bisik Aiden dengan manja.
"Kau ini" pukul Laura dengan pelan dalam menyikapi sifat manja kekasihnya yang sangat tampan ini.
Jika kalian bertanya apa profesi seorang Laura hingga Aiden sangat tergila-gila dengannya. Laura adalah top model dalam majalah terkenal di Amerika. Kalian tau majalah Vogue nah disitulah Laura bekerja sebagai model.
"Huh air mata ini bahkan tidak mau berhenti mengalir barang sedetikpun" gumam Syeilla dengan lirih. Ia menatap cemburu kekasih yang menjadi wanita yang sangat dicintai oleh suami yang ia cintai dengan segenap hidupnya.
"Kenapa kamu tidak bisa melirikku walau hanya sedetik. Tidak pantaskah aku untuk mendapatkan sebuah cinta dari lelaki yang aku cintai. Mengapa cintaku selalu menyedihkan seperti ini" isaknya dengan pilu.
"Tuhan andaikan engkau adil padaku maka tunjukkanlah"
Syeilla kemudian tidur dalam kelelahan.
❤❤❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
May Keisya
mending pergi..
2025-02-07
0
Daffin Radhika
ap urusan rumah bisa semerepotkan itu!?😁
2023-09-10
0
Rena Agustina
salah kamu ngejebak orang atuh
2021-10-01
0