Linda menatap nampannya dengan bingung antara harus masuk atau tidak tapi dia sangat penasaran dengan hal yang tadi ia dengar di balik pintu yang sedikit terbuka saat akan mengantar makanan ke kamar Syeilla.
Tok
Tok
Linda mengetuk pintu lalu masuk ke dalam kamar Syeilla sembari membawa nampan dan menaruhnya di meja kecil di samping ranjang Syeilla.
"Nona silahkan makan dulu. Kalau perlu apa-apa panggilkan saja saya" ujar Linda sambil tersenyum sopan yang diangguki oleh Syeilla sembari mengucapkan terima kasih.
Setelah kepergian Linda Syeilla menatap makanan tersebut dengan lesu namun ia tetap mengambil dan memakannya makanan untuk mengisi perutnya yang sudah mulai meronta. Lagi pula tidak baik untuknya jika ia tidak makan.
Di usia kandungannya yang sudah menginjak lima bulan gerak Syeilla sudah mulai terbatas di tambah tonjolan pada perutnya juga lebih besar daripada ibu yang mengandung pada umumnya. Yang lebih menyiksa lagi adalah ketika penyakitnya mulai bereaksi apalagi akhir-akhir ini reaksinya sering terjadi.
Syeilla mengambil handphone nya dan mencoba menghubungi seseorang di seberang sana. Ia masih menimbang-nimbang antara harus menelpon atau tidak namun ia takut terjadi sesuatu padanya dan ia tidak ingin pergi dalam kubangan lumpur dosa yang terlampau banyak. Ia kemudian menekan tombol memanggil dan menunggu panggilannya dijawab.
"Halo" jawab sebuah suara.
Syeilla sempat membeku saat mendengar suara yang sudah bertahun tidak ia dengar itu. Mulutnya mulai bergetar saat akan menjawab panggilan tersebut namun terhenti karena ia mendengar ada suara lain disana.
"Sayang dasi biru ku ada di laci bagian mana" terdengar suara teriakan disana.
"Tunggu sebentar mas. Akan aku ambilkan" ujar wanita tersebut kemudian mengakhiri panggilannya.
Syeilla menatap sendu telpon selulernya yang sudah berubah warna hitam tanda panggilan sudah diakhiri.
"Syukurlah, dia tampak bahagia sekarang dan sepertinya penyakitnya juga sudah sembuh" Syeilla menghapus air matanya. Ia bukan menangis karena cemburu akan kebahagiaan Elena namun ia sekarang bahagia karena orang yang ia hancurkan ternyata sudah mencapai kebahagiaannya bersama orang yang tepat.
"Cih apa kerjaan mu tidak ada yang lain selain menangis" tanya sebuah suara dengan sinis. Syeilla melihat sumber suara tersebut berasal dan menghentikan laju air matanya.
"Apa pedulimu"
"Siapa juga yang peduli padamu. Kau dan bayi sialanmu jangan harap akan mendapat kepedulianku"
Perkataan Aiden mampu memancing amarah Syeilla yang sudah lama ia pendam. Ia tidak masalah jika dirinya yang dicaci dan dimaki bahkan dihina sekalipun tapi jangan pernah menghina darah dagingnya. Ia sungguh tidak pernah rela.
"Kau boleh membenci atau pun menghina ku tapi tolong jangan menghina darah dagingmu sendiri Aiden"
"Aku tidak pernah mengakuinya sebagai darah dagingku. Kau dan bayimu cih sama-sama membuatku muak"
"Sekarang kau masih muak pada kami Aiden tapi kedepannya tidak ada yang tau akan seperti apa kau nantinya bila tanpa kami" Ucap Syeilla dengan napas memburu.
"Hahaha kau sangat percaya diri sekali Syeilla. Kau tau? Aku mungkin akan merasa senang kalau nanti kalian tidak ada dihadapanku lagi. Jangan membuatku tertawa geli seperti ini Syeilla. Sangat memalukan" ucap Aiden sambil tertawa remeh.
Syeilla menatap wajah Aiden dengan terluka. Hatinya sangat sakit saat Aiden menghina anaknya sendiri. Tidak kah Aiden ketahui bahwa ia bahkan mempertaruhkan nyawanya untuk mengandung anaknya tapi apa ini. Dia bahkan mencaci makinya.
"Ingat Aiden. Mulutmu harimaumu, kelk itulah yang akan menerkammu dalam penyesalan nantinya. Tuhan itu maha adil Aiden dan kau akan melihat keadilannya nanti"
"Aku sangat menantikan keadilan dari Tuhan seperti yang kau katakan Syeilla. Aku akan menantikannya dengan senang hati, dan kau tau apa? Ketika waktunya tiba seperti yang kau katakan barusan maka aku akan mengadakan pesta untuk merayakan keadilan itu" ucap Aiden angkuh dan percaya diri.
"Akan kita lihat akan seperti apa kau nantinya Aiden" sinis Syeilla saat melihat keangkuhan suaminya.
"Yang jelas kebahagiaan akan di pihakku, Jeslyn lebih dari mampu memberikanku keturunan dan akan menjadi keluarga bahagia di masa mendatang dan kau! Setelah melahirkan aku akan membuangmu ke tempat yang seharusnya kau berada!!!" selesai mengatakan kalimat menyakitkannya Aiden pergi meninggalkan Syeilla yang hatinya semakin terluka.
Jleb
Mata pisau yang tak kasat mata kembali menusuk ulu hatinya hingga untuk bernapas pun rasanya sangat menyakitkan. Kenapa ada manusia yang sekejam suaminya. Tidak cukupkah baginya menghina Syeilla selama ini lantas mengapa kedua bayinya harus merasakan penghinaan tersebut.
"Tuhan, engkau lah yang akan menjadi saksi di atas segala penderitaanku ini maka engkau pula yang akan menjadi saksi dimana mata ini akan tertutup untuk selamanya" lirih Syeilla dengan perih.
Malam pun telah tiba dan kegiatan makan malam pun juga telah usai. Nampak Syeilla mengambil mukena nya sesaat ia mengambil wudhu. Ia membentangkan sajadah nya dan melakukan kewajibannya sebagai umat muslimah. Selesai salat ia pun mengadahkan kedua tangannya dengan air mata berlinang.
"Tuhan aku sangat mencintainya sebagaimana aku mencintaimu, walau hanya luka, luka dan luka yang ia torehkan untukku namun rasa ini tidak akan pernah luntur untuknya. Maka buat dirinya agar tetap membenciku untuk selamanya namun tumbuhkan lah rasa cinta nya untuk kedua anak ku dan cinta ini akan aku bawa mati bersama ku untuk selamanya. Hanya ini yang aku harapkan padamu Tuhan" doa Syeilla dengan khusuk.
Setelah selesai salat ia pun segera bangkit dengan susah payah. Tiba-tiba rasa sakit kembali menderanya di bagian bawah perutnya.
"Awh.. " ringisnya dengan tertahan yang semakin lama semakin menggila.
"Sakit" lirihnya dengan keringat dingin yang mulai membanjiri wajah pucatnya. Ia berusaha berjalan keluar dari kamarnya namun kakinya tidak kuat menopang tubuhnya ia pun memutuskan untuk mengesot dengan susah payah namun kembali kakinya tidak sanggup ia gerakkan mengingat kondisinya kian melemah. Ia menatap handphone nya yang terletak di atas nakasnya dengan jarak yang lumayan dekat dengannya, dengan susah payah ia mencoba meraihnya dan berhasil. Ia segera mencari nomor suaminya dan memanggilnya namun nihil, hanya suara operator yang terdengar disana. Ia juga mencoba menghubungi Zia namun kembali suara operator yang menjawabnya.
Ia menangis dalam ketidakberdayaannya.
"Tuhan tolong aku" pinta nya lalu terdengar suara langkah kaki di depan kamarnya. Ia mencoba teriak dengan sisa tenaganya namun hanya desisan yang keluar. Ia kembali menangis dan hampir putus asa lalu matanya melihat sebuah gelas ada di atas nakasnya. Ia segera meraihnya dan membantingnya hingga menimbulkan suara keras.
Brak
Aiden masuk dengan napas memburu dan betapa kagetnya ia melihat kondisi Syeilla yang jauh dari kata baik. Syeilla menatapnya dengan senyuman yang mampu membuat hati kecil Aiden terenyuh dan berdetak dengan menggila ia menghampiri Syeilla dan menggendongnya bride style. Syeilla mendekatkan mulutnya ke telinga Aiden dengan susah payah dan mengucapkan sesuatu.
"I love you" dan tubuhnya lunglai dibawa kegelapan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
Ida Geni
waaahhh thoorrr kamu kejam sekali, kamu berhasil buat aku sakit lahir dan batin membayangkan semuanya
2021-06-20
0
✰͜͡v᭄pit_hiats
karungan salaki kitu patutmah.. alungkeun ka walungan garing😠😠😠😠
2021-06-13
0
SriWatini S'Kun
bengkak mataku thor...apakah airmata dr awal sampai akhir😭😭😭
2021-04-16
0