Siang itu
Hoek
Hoek
Syeilla kembali memuntahkan cairan bening sambil berpegang pada pinggiran kamar mandinya. Tubuhnya sangat lemah karena sudah muntaj sejak tadi. Ia mengelus perutnya berharap akan mengurangi rasa mualnya.
"Jangan buat mama seperti ini nak" ucapnya sambil mengelus perutnya dengan gerakan perlahan.
Ia berjalan dengan tertatih menuju kasurnya. Ia sangat kelelahan dan lemas akibat terlalu banyak memuntahkan cairan bening. Tiba-tiba kepalanya kembali berdenyut dan semakin lama rasanya kian menyakitkan.
Tes
Tes
Darah segar mulai mengalir bebas dari hidungnya. Ia mengambil tisu dan menyumbat hidungnya agar darahnya segera berhenti. Kepalanya juga kian menjadi hingga kegelapan kembali merengkuhnya.
Aiden hendak turun namun entah mengapa langkahnya terhenti di depan kamar Syeilla, seolah ada sesuatu yang mendorongnya agar melihat dan berjalan kesana. Ia terus berjalan hingga sudah berdiri di depan pintu kamar Syeilla tangannya bahkan sudah terangkat he dak membuka handle pintunya namun sebuah panggilan membatalkan niatnya. Ia segera pergi dan mengangkat panggilan tersebut yang ternyata dari kekasihnya.
"Halo, Jeslyn ada apa sayang?" tanya Aiden dengan lembut.
"Iya iya baiklah. Aku segera kesana. I love you too" ia kemudian mematikan panggilannya dan segera berangkat menuju tempat favoritnya bersama sang pujaan hati. Dan tanpa ia sadari ada seseorang yang membutuhkannya di dalam sana.
"Ya Tuhan nona Syeilla" teriak Linda dengan histeris saat melihat keadaan Syeilla yang bersimbah darah. Ia mencoba menepuk pipi Syeilla namun tidak ada jawaban sama sekali. Ia segera menelpon Aiden dengan tangan gemetar namun tidak ada jawaban disana. Kemudian ia teringat sesuatu.
"Ya sepertinya dia orang yang tepat untuk dihubungi"
Linda dengan segera memanggil nomor seseorang yang smpat ia simpan nomornya beberapa minggu yang lalu.
"Halo dokter Zia, saya Linda asiten rumah tangga tuan Aiden. Bisakah anda kemari dok. Nona Syeilla.. Nona Syeilla tidak sadarkan diri dan hidungnya banyak mengeluarkan darah yang sudah mengering. Tolong ya dokter" ucap Linda dengan panik kemudian mengakhiri panggilannya.
Zia di seberang sana juga merasa khawatir terhadap penyakit Syeilla yang sepertinya sudah memasuki fase urgent, dengan segera ia mengendarai mobilnya hingga sampainya ia di depan gerbang kediaman Aiden.
Melihat kedatangan Zia, satpan yang bertugaspun segera membukakan pintu untuk Zia yang memang sudah mereka kenal sebagai dokter pribadi dari tuan mereka.
Linda lari tergopoh-gopoh menghampiri Zia yang baru saja datang dan segera menarik tangan Zia menuju kamar Syeilla.
"Syeilla hei Syeilla" ia menepuk pipi Syeilla dengan perlahan namun nihil. Ia kemudian mengeluarkan peralatan dokternya sambil memeriksa kondisi Syeilla.
"Linda segera siapkan sopir sebelum keadaannya memburuk dan panggilkan satu temanmu untuk membantuku membawanya. Dia harus kita bawa ke rumah sakit sesegera mungkin" perintah Zia dengan tegas yang langsung diangguki oleh Linda. Ia kemudian meminta beberapa pembantu yang kebetulan berada disana.
"Tolong kamu bantu saya memapahnya ke mobil" ucapnya pada Salah satu ART disana. ART itupun segera berlari ke kamar Syeilla dan membantu Zia menuntun Syeilla sampai ke mobil.
"Berangkat pak, kalau bisa kita harus sampai ke rumah sakit terdekat kurang lebih 20 menit" instruksi Zia pada sopir tersebut.
"Baik bu" kemudian ia segera mengemudikan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata mengingat ada nyawa yang membutuhkan pertolongan.
Delapan belas menit kemudian mereka sudah sampai di Rumah Sakit Citra Bunda dan beberapa perawat juga tampak berlari dan membawa tandu beserta brangkar untuk membawa Syeilla ke UGD.
"Suster tolong hati-hati pasien saya sedang mengandung" ujar Zia sebelum tubuh Syeilla di bawa masuk ke ruang UGD.
"Dok denyut nadi pasien melemah" lapor seorang suster pada dokter yang menangani Syeilla.
"Dokter, dokter yang membawa pasien kemari mengatakan bahwa pasien ini sedang mengandung" beritahu suster tersebut yang diangguki oleh dokter dengan name tag Ariel.
"Kalau begitu kita harus berhati-hati" ucap dokter Ariel sembari melakukan tugasnya dengan beberapa perawat disana.
Zia bahkan sudah seperti cacing kepanasan menunggu di depan ruang UGD. Seorang dokter tampak keluar dari sana dan segera menghampiri Zia.
"Bagaimana keadaan pasien saya dok" tanya Zia yang langsung memberondong dokter Ariel dengan pertanyaannya.
"Apa pasien memiliki riwayat penyakit? Karena darah yang keluar dari hidungnya bukan seperti darah orang mimisan atau yang lainnya" tanya dokter Ariel dngan serius.
Zia juga menata Ariel dengan serius kemudian berujar.
"Pasien saya menderita tumor otak yang ganas atau lebih spesifiknya di kenal dengan nama glioma cerebri dan dokter pasti tau bukan tingkat keganasannya" ujar Zia dengan lesu sedangkan Ariel sempat kaget mendengarnya.
"Bukankah dokter Zia mengatakan pasien ini tengah mengandung?" tanya dokter tersebut dngan penasaran.
"Benar"
"Lantas kenapa dibiarkan. Apa pasien sudah tau mengenai penyakitnya" tanya Ariel dengan serius. Ia mulai tertarik dengan kasus pasien dari Zia.
"Sudah dokter"
"Lalu kenapa kamu sebagai seorang dokter malah mengijinkannya tetap mengandung?" tanya Ariel yang sedikit kesal namun terdengar jelas di telinga Zia.
"Apa yang selalu membuat dokter kalah dengan pasiennya" tanya Zia dengan serius yang membuat Ariel bungkam. "Perasaan, kita selalu kalah dengan perasaan mereka dan dokter tau banyak hal yang harus ia perjuangkan dan korbankan demi melahirkan bayinya ke dunia. Lantas kita? Apa yang bisa kita lakukan untuk mencegahnya. Tidak ada dok. Andaikan bisa saya juga sangat menyarankan hal tersebut namun kembali saya kalah dengan perasaannya sebai seorang ibu" papar Zia panjang lebar yang nyatanya mampu membuka pandangan Ariel mengenai hal ini.
"Panggil Zia saja" seru Zia.
"Kau juga panggil aku Ariel saja tanpa embel-embel dokter"
Ariel kemudian melanjutkan kalimatnya.
"Iya kau benar Zia saat pasien sudah bermain dengan perasaannya kita tidak bisa lagi melakukan apapun untuk mencegah mereka" ucap Ariel dengan sesal dan meminta maaf pada Zia karena sudah berpikiran yang tidak-tidak melalui sorot matanya.
Zia membalasnya dengan senyuman.
"dokter detak jantung pasien berhenti" teriak salah satu suster yang keluar dari UGD dengan panik. Ariel pun berlari dan segera masuk ke ruang UGD sedangkan Sia sudah pucat pasi di tempatnya. Ia mengambil handphone nya guna menghubungi Aiden namun disambut oleh suara operator.
"Kemana dia" pikir Zia dengan geram. Di saat begini malah menghilang.
Ariel keluar dengan lesu dan menatap Zia dengan dalam.
"Maaf Zia kami tidak bisa menyelamatkan pasienmu. Jantungnya berhenti berdetak pukul 16:09 WIB" ucap Ariel dan tertunduk dengan lesu karena ia harus kehilangan pasien Zia yang merangkap sebagai pasiennya juga.
Luka bagi seorang dokter adalah ketika tidak bisa menyelamatkan nyawa pasiennya.
"Tidak. Ini tidak mungkin Ariel. Dia... Dia tidak mungkin meninggal di saat seperti ini" tangis Zia pun pecah dan menangis sampai sesegukan.
"Maafkan aku Zia karena tidak bisa menyelamatkan pasienmu sampai membuatmu bersedih seperti ini" ucap Ariel dengan sedih saat melihat tangisan Zia yang memilukan.
"Dia bukan hanya seorang pasien tapi ia sangat berarti bagiku karena dia adalah sahabatku Ariel" isaknya. "Apa aku boleh melihatnya? Ariel pun membawa Zia ke ruang UGD dan mempersilahkan Zia melihat jenazah Syeilla untuk terakhir kalinya.
Zia berjalan pelan menghampiri tubuh kaku Syeilla dengan bibir bergetar hebat.
"Kau, kenapa mengingkari janjimu sendiri? Kau bilang akan melahirkan bayimu ke dunia ini, tapi apa ini Syei kau bahkan meninggalkan bayimu di saat ia masih berupa gumpalan darah. Kau jahat Syei, kau jahat padanya. Kau juga jahat padaku. Bangun lah dan lahirkan bayimu. Aku berjanji akan merawatnya untukmu" tangis Zia kian pecah saat mengingat betapa bahagianya Syeilla saat mengetahui kehamilannya dan untuk pertama kalinya ia di sayangi oleh mertuanya.
Tit
Tit
Tit
Denyut nadi Syeilla kembali berjalan dan semua orang disana mengucap syukur atas keajaiban yang diberikan Tuhan pada tubuh yang tari terbaring dengan kaku.
"Denyut nadi pasien kembali dok" ucap seorang Suster dengan lega.
"Keajaiban baru saja terjadi padanya dan sepertinya dia mendengar keluh kesahmu" kekeh Ariel dengan lega penuh syukur.
❤❤❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
arin
ya ampun author sy mlh ngga snggp baca....😭😭
2021-12-09
0
Nia Tii
😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
2021-06-10
0
Badrik Atul Latifah
bikinn meweekkk...
2021-05-20
0