Bulan pun kian berlalu dengan cepatnya dan genaplah usia kandungan Syeilla tiga bulan. Ia memperhatikan perutnya yang dulu rata kini sudah mulai terbentuk sedikit namun belum terlalu menonjol untuk dilihat orang lain.
Sebagaimana berlalunya bulan banyak juga yang telah terjadi dalam kehidupan Syeilla. Mulai dari mama mertuanya yang penuh perhatian dan penyayang telah dipanggil ke pangkuan yang maha kuasa akibat kecelakaan yang merenggut nyawa mamanya. Seolah belum sirna kesedihan yang ia pendam kini ia kembali menyandang titel pembunuh dan pembawa sial dari mulut pedas suaminya yang semakin hari semakin menggila.
"Aku meminta kopi bukan teh" teriak Aiden sambil menyiram teh panas tersebut ke badan Syeilla yang membuat Syeilla menjerit kesakitan.
"Sakit" rintihnya dengan pelan namun apa peduli Aiden, ia malah senang melihat penderitaan Syeilla.
"Sakit kau bilang. Sakit!! Lebih sakit mana hatiku yang kau hancurkan hingga berkeping-keping. Karena kehadiranmu aku harus kehilangan kekasih dan sosok ibu dalam hidupku. Semua karena kau! Kau sungguh perempuan pembawa sial!! Kenapa Tuhan harus menciptakan makhluk menjijikkan sepertimu" maki Aiden dengan sengit kemudian menjambak rambut Syeilla dengan kuat hingga tidak ada lagi raut kesakitan di wajah Syeilla melainkan mati rasa.
Syeilla memandang Aiden dengan tatapan kosong. Sakitnya bahkan tidak seberapa dibanding sakit yang Syeilla tanggung selama ini. Dengan segenap keberaniannya Syeilla melepaskan tangan Aiden dari rambutnya kemudian tersenyum dengan lembut.
"Maaf karena sudah memberimu segudang luka, maaf juga karena aku bahkan tidak tau bagaimana cara menyembuhkannya. Ketika waktunya telah tiba aku akan membayar semua lukamu. Aku berjanji Aiden" bisik Syeilla dengan perlahan kemudian pergi menjauh dari Aiden yang diam membisu.
Tes
Tes
Darah segar mulai membasahi baju putih yang dikenakan Syeilla saat ia baru saja keluar dari ruang kerja Aiden. Dengan langkah lelah ia perlahan menuju kamar mandi untuk membersihkan hidungnya. Ia memandang dirinya yang sangat pucat di sebuah cermin yang ada disana sembari bergumam dengan lirih.
"Sepertinya bobot tubuhku mulai menurun"
Ia menyadari betapa drastisnya penyakit tersebut menggerogoti tubuhnya. Ini juga salahnya karena tidak pernah memeriksakan penyakitnya sebagaimana yang disarankan oleh Zia karena ia terlalu membendung rasa sedihnya saat kehilangan mertua yang sudah ia sayangi seperti almarhum mamanya. Selesai dengan aktivitasnya ia kembali ke kamar dan membaringkan dirinya disana. Untuk pengetahuan kalian, semenjak Rita meninggal Aiden tidak mengizinkan Syeilla tidur sekamar dengannya sehingga Syeilla pun kini tidur di kamar yang terpisah dengan suaminya.
Kembali pada Aiden yang masih membeku terduduk dengan lesu di tempatnya. Ada kemarahan di setiap sorot matanya.
"Membayar? Membayar katanya? Hahahaha" tawanya memenuhi setiap ruangan.
"Tentu saja kau harus membayarnya dengan hidupmu sialan!" desisnya dengan rendah.
Namun siapa yang tau apa yang akan terjadi beberapa bulan dari sekarang bukan?? Ketika sesuatu yang tidak diinginkan tiba-tiba menghilang akan ada sebuah sesak yang tak mampu dijelaskan dengan logika sekalipun.
***
"Auw" rintihan kesakitan terdengar memilukan di sebuah kamar yang di tempati Syeilla. Syeilla terus memegang kepalanya dengan erat seolah kepala itu akan terlepas jika tidak ia pegang. Air mata kesakitannya kian membanjiri bantalnya.
"Sakit" kembali rintihan tersebut terdengar kian memilukan.
Tok
Tok
Di tengah kesakitannya terdengar suara seseorang mengetuk pintu dengan keras. Syeilla pun berusaha bangkit dari ranjangnya dengan langkah tertatih. Selangkah lagi sampai ia bisa mencapai pintu pandangannya mulai mengabur seiring jatuhnya tubuh lemah nan ringkih mencium dinginnya lantai kamarnya.
Dengan perasaan kesal luar biasa Aiden pun mencoba mendobrak pintu kamar Syeilla yang tak kunjung dibuka. Ia terus mendobraknya sampai percobaan ketiga kakinya pun berhasil membobol pintu tersebut.
"Perempuan si... " kalimatnya menggantung di tenggorokan saat melihat tubuh orang yang ia benci tergeletak tak berdaya di lantai. Dengan langkah lebar ia segera menghampiri Syeilla dan membopongnya ke kamarnya. Setelah membaringkan Syeilla ia segera menelpon dokter pribadinya yang tak lain adalah Zia.
"Apa yang terjadi" tanya Zia sesampainya di kediaman Aiden.
"Aku tidak tau. Saat aku mengetuk pintu ia sudah tergeletak di lantai dan aku segera menelponmu" cerita Aiden tentu saja minus saat ia mendobrak pintu kamar Syeilla. Bukankah aneh jika orang lain mengetahui mereka tidur terpisah.
Zia melangkah menuju tempat Syeilla berbaring dengan lemah. Ia mengeluarkan peralatannya dan segera memeriksa Syeilla. Zia hanya mampu menghela napasnya dengan berat.
"Istri anda kekurangan asupan gizi padahal hal ini tidak boleh terjadi pada ibu yang sedang mengandung" terang Zia sembari menuliskan beberapa resep dan vitamin untuk di konsumsi oleh Syeilla.
"Hamil? Tanya Aiden dengan terbata.
Bahwasanya Syeilla tidak pernah mengatakan apa-apa padanya. Lalu ingatannya berputar ke beberapa bulan yang lalu tentang mamanya yang tiba-tiba berubah dan sangat memperhatikan Syeilla bahkan mamanya yang kononnya sangat membenci Syeilla malah sangat menyayangi Syeilla. Ia juga sempat berpikir apakah terjadi sesuatu namun lebih memilih cuek daripada pusing sendiri dan ternyata inilah sebabnya.
"Wanita ini benar-benar!" geram Aiden dengan pelan. Bahkan sangat pelan sampai hanya ia sendiri yang mendengarnya.
"Apa anda tidak diberitahu sebelumnya?" tanya Zia dengan curiga.
"Ah tentu saja belum, dia sosok istri yang penuh kejutan. kalau begitu terima kasih banyak dokter" seru Aiden sambil mempersilahkan Zia keluar dari kamarnya dan mengantarkan Zia sampai pintu depan. Ia tidak mau ada yang tau tentang rumah tangganya bahkan dokter pribadinya sekalipun.
"Kalau begitu selamat malam" ucap Zia sebelum ia benar-benar pergi dari kediaman Aiden.
"Sepertinya ada yang tidak beres dengan mereka" ucap Zia pada dirinya sendiri lalu ia teringat sesuatu.
"Saat aku dikatakan hamil ada orang yang sangat bahagia atas kehadirannya Zi padahal orang itu dulunya sangat membenciku karena aku dinyatakan mandul saat itu oleh seorang dokter. Namun setelah datangnya bayi ini dia berubah menjadi orang yang penuh kasih sayang. Ia bahkan sangat cerewet tentang apa yang boleh dan tidak boleh aku kerjakan dan itu sangat membuatku bahagia karena merasa diperhatikan dan disayangi"
"Dan kamu tidak ingin membuatnya kecewa. Suami kamu sungguh beruntung memiliki istri dengan hati selembut dan se penyayang kamu Syei" seru Zia semakin kagum akan sosok seorang Syeilla.
"Dia mama mertua ku Zi. Aku tidak bisa membuatnya kecewa dan bersedih karena ia sudah menantikan cucu pertama di keluarganya yaitu 'dia'"
"Inikah yang dimaksud oleh Syeilla saat itu" ujar Zia Kemudian mengemudikan mobilnya pergi membelah pekatnya malam.
❤❤❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
Waty Kusumadewi
mertua nya sudah meninggal?
apa gimana sih ya Thor,, dibaca bulak balik blum paham saya 🙏
semangat Thor 💪🤗
2021-05-17
1
tukang nyimak
aku mulai mengerti kegelisahan syeilla, dan aku merasakan sesak karena sifat aiden
2021-04-11
1
Irnawati
yah mewek deh
2021-04-09
0