18 tahun yang lalu
Dua anak kecil berlari mengelilingi sebuah taman mini yang sengaja dibuat khusus untuk mereka berdua. Lebih tepatnya untuk Elena. Tawa kebahagiaan terpancar jelas di kedua mata mereka yang terlihat tanpa beban.
"Kakak aku menyerah" rengek Elena sambil mendudukkan diri di atas rumput hijau yang sangat lembut. Rumput yang dibawa kakeknya langsung dari Belanda.
Syeilla pun ikut duduk disana sembari menghapus keringat Elena yang sudah menetes di dahinya. Syeilla mengusapnya dengan lembut sambil tersenyum hangat.
"Sini tiduran di paha kakak" Syeilla merebahkan kepala Elena di pangkuannya dan mengusapnya sampai Elena terlelap dengan nyenyak. Sebenarnya Syeilla juga sangat kelelahan tapi melihat Elena yang kelelahan, ia menjadi tidak tega.
"Sayangnya Oppa" teriak seorang kakek dari kejauhan. Ia memanggil-manggil Elena yang terlihat sedang rebahan di paha Syeilla. Sejujurnya Syeilla juga ingin dekat dengan kakeknya sebagaimana Elena dekat tapi tangan kecilnya terlalu pendek untuk menjangkaunya.
"Elena.. Elena kamu dipanggil sama kakek" ujar Syeilla dengan lembut sembari menepuk-nepuk pipi Elena dengan pelan.
Egh
Erang Elena dengan pelan dan membuka kedua mata indahnya sembari tersenyum menatap Syeilla.
"Ada apa kak" ujarnya dengan lembut. Belum sempat Syeilla menjawabnya suara kakek mereka sudah terdengar.
"Elena sayang. Kemarilah" teriak Damian sembari melambaikan tangannya. Elena kecil pun segera berlari dan memeluk kakenya dengan wajah ceria khas anak kecil.
"Tara... Kakek bawakan oleh-oleh untuk kamu" ujar Damian sembari menyerahkan sebuah kotak mainan barbie yang di taksir bernilai jutaan rupiah. Syeilla menatap dari kejauhan dengan iri. Di rumah ini hanya neneknya yang memperdulikannya bahkan orang tuanya pun tidak pernah peduli padanya yang mereka tahu hanya mengejar uang dan uang.
Elena dan Kakeknya masuk ke dalam rumah tanpa mengajak Syeilla. Syeilla tersenyum getir dari kejauhan. Air matanya jatuh perlahan membasahi pipi mulusnya.
"Syeilla" teriak sebuah suara dari kejauhan. "Sini sayang" ujar neneknya sembari membawa sesuatu di tangan kanannya. Syeilla kecil pun berlari kesana dngan perasaan gembira karena neneknya sudah pulang dari liburan bersama kakeknya.
"Ini buat cucu kesayangan nenek" ujar wanita tua tersebut dengan lembut. Syeilla menatap mata neneknya dngan binar kebahagiaan.
"Terima kasih nenek" ujarnya kemudian langsung memeluk tubuh tersebut. Setidaknya ada satu sosok yang menyayanginya di rumah ini. Ia tidak seperti Elena yang disayangi oleh semua orang. Kehidupan mereka sangat berbeda meskipun hidup di atap yang sama.
"Nenek apa mama dan papa sudah pulang?" tanya Syeilla kecil. Ia sangat berharap kalau mamanya sudah kembali ke rumah sehingga ia bisa minta ditemani nanti malam.
"Sayang mama kamu sedang sibuk. Mungkin nanti malam juga sudah pulang. Kenapa wajahnya sangat muram hm? Tanya Aisyah dengan lembut sembari membelas wajah Syeilla dengan sayang.
"Ya sudah. Syeilla ke kamar dulu ya nek. Terima kasih sudah memberi Syeilla ole-ole nek. Syeilla sayang nenek banyak-banyak..." Syeilla kemudian berlari kecil menuju kamarnya. Setiap ada kejadian seperti hari ini maka pertanyaan yang sama akan selalu menghantuinya.
"Apa aku benar anak kandung mama? Kenapa diantara keluarga besarnya hanya neneknya yang menyayanginya bahkan orang tuanya sekalipun selalu acuh padanya. Sedangkan Elena selalu mendapatkan semua kasih sayang dari semua orang. Perasaan iri kerap kali muncul dalam hatinya saat melihat orang-orang di sekelilingnya lebih menyayangi Elena.
"Mama apa aku ini anak buangan. Kenapa kalian tidak pernah menyayangiku seperti tante Lita dan om Johan yang sangat menyayangi Elena. Sebenarnya aku ini siapa ma, pa" isakan yang berhasil keluar saat memorinya membuka lembaran demi lembaran yang sudah ia lewati dengan suram.
"Kakak" teriak sebuah suara dari balik pintunya. Syeilla pun bangkit setelah mendngar teriakan adiknya dan berjalan menuju pintu lalu membukanya. Tampaklah disana wajah sumringah Elena yang siap memamerkan oleh-oleh dari kakek mereka.
"Kakak lihatlah kakek memberiku hadiah ini. Ayo kita bermain bersama" ujar Elena dengan ceria tanpa menyadari raut kesedihan terpancar jelas di wajah murung Syeilla.
"Sayang, kakak sedang tidak enak badan. Kita bermainnya besok saja ya" ujar Syeilla dengan lemah. Ia memang benar kalau kepalanya sering sakit. Kata dokternya itu biasa terjadi karena ia kurang tidur dan sesikit stress yang tidak seorang pun yang tau selain dari neneknya.
"Tapi Elena maunya sekarang kak" rengek Elena dengan manja. Syeilla menutup matanya dengan lemah kemudian membuka kembali matanya. Ia tau sangat sulit membujuk Elena kalau sudah merengek seperti ini.
"Sayang kakak janji besok kita akan main bersama sepuasnya ya, kakak juga akan membelikanmu es krim. Mau ya karena hari ini kakak sangat lelah" ia berharap Elena mau mendengarnya.
"Tidak mau! Kakak jahat!" teriak Elena sambil menangis. Ia berpikir jika Syeilla tidak lagi menyayanginya karena tidak mau bermain dngannya hari ini.
"Loh sayang kenapa menangis hm" tanya Demian dengan lembut kemudian matanya menatap wajah pucat Syeilla dengan marah.
"Kamu apakan Elena Syeilla" tanya Demian dngan tegas. Syeilla yang mendengar itupun tiba-tiba ketakutan. Ia bahkan tidak berani menjawabnya sedangkan Elena sudah menangis dengan segukan.
"Jawab" bentak Demian dengan keras sehingga membuat Syeilla kaget. Bertepatan dengan itu muncullah kedua orang tua Syeilla dari bawah, mereka tampak baru sampai di rumah ini.
"Ada apa ini pa?" tanya Wira papa dari Syeilla sambil menatap wajah putrinya yang tampak pucat. Sedangkan Monika terlwbih dahulu berlalu ke kamarnya tanpa menyapa putrinya padahal mereka sudah seminggu tidak bertemu. Syeilla menatap mamanya dengan sendu berharap mamanya akan berbalik dan memeluknya namun ia hanya berangan.
"Syeilla mengganggu Elena lagi Wira. Lihatlah Elena sampai menangis begini" tunjuk Demian pada wajah Elena yang sudah membengkak. Wira menatap Syeilla dengan garang.
"Kenapa kamu menganggu Elena Syeilla, kamu sebagai kakak harusnya tidak seperti ini" ujar Wira dengan tegas. Syeilla pun menunduk dengan sedih dan takut. Ia sangat takut dimarahi oleh papa dan mamanya.
"Minta maaf sekarang juga. Kamu ini selalu buat masalah makanya papa malas pulang ke rumah" selesai mengucapkan itu Wira segera pergi menuju kamarnya tanpa menghiraukan perasaan Syeilla yang sedang terluka.
"maafkan kakak Elena, kakak tidak akan mengulanginya lagi" ujarnya dengan lemah.
Demian kemudian membawa Elena ke dalam gedongannya dan berlalu dari sana tanpa menanggapi permohonan maaf dari Syeilla. Syeilla menatap iri Elwna yang nerada dalam gendongan kakeknya.
"Kamu sangat beruntung Elena" lirihnya kemudian masuk ke kamar dan menguncinya. Ia menangis dalam diamnya. Ia bertanya mengapa semua orang memperlakuakn dirinya dan Elena berbeda bahkan orang tuanya sekalipun.
"Kau tidak adil padaku Tuhan" isak Syeilla kecil dengan lemah kemudian berbaring di lantai yang dingin dan terlelap dalam kesedihannya.
❤❤❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
✰͜͡v᭄pit_hiats
kang bawang payu euy..😵😵😵😵
2021-06-13
0
Fryy Sweet
Malang sekali nasibmu Syilla
2021-05-08
0
Tanti Yunita
kenapa dari kecil nasib syeilla tidak bahagia..
2021-04-11
0