Aiden segera berlari dan masuk ke dalam lift yang langsung membawanya ke lantai 4 tempat Syeilla di rawat. Ia membuka pintu dengan perlahan dan melihat Syeilla sedang bercanda dengan Zia dan Ariel.
"Ehem" dehemanya dengan kencang.
Mereka bertiga pun melihat ke arah pintu dengan reaksi yang berbeda-beda. Syeilla yang tampak kaget, Zia yang tampak geram dan Ariel yang tampak bingung.
"Bisakah kalian meninggalkan kami berdua" perintah Aiden pada keduanya. Zia sebenarnya tidak ingin meninggalkan Syeilla bersama lelaki seperti Aiden yang tidak bertanggungjawab sebagai suami namun tatapan Syeilla membuatnya mau tak mau pergi meninggalkan ruang rawat Syeilla diikuti oleh Ariel.
"Apa kabar?" tanya Aiden dengan kaku. Syeilla menatap Aiden dengan heran. Ada apa dengannya, tidak biasanya menanyakan kabarnya seperti ini, pikir Syeilla.
"Em seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja walaupun hampir merengang nyawa tentunya" ucap Syeilla sambil tersenyum. Eit jangan geer dulu kalimat 'hampir meregang nyawa' ia ucapkan di dalam hati pastinya.
"Apa kau sudah makan" tanya Aiden dengan bodoh sedangkan mata tampannya sudah jelas-jelas melihat ada bekas makanan yang tersisa di meja kecil yang ada disana. Ia mengutuk lidah luknutnya dengan kesal.
"Aku sudah selesai makan" jawab Syeilla sembari menatap Aiden dengan heran. Sudah tau malah bertanya, pikir Syeilla. Ia sungguh tidak nyaman dengan tingkah laku Aiden barusan.
Baik Aiden maupun Syeilla tidak tau lagi harus membahas topik apa mengingat hubungan mereka selama ini yang jauh dari kata baik. Syeilla menyibukkan dirinya sendiri tanpa mempedulikan Aiden yang seperti cacing kepanasan.
"Kalau kau tidak nyaman disini pergilah" ucap Syeilla pada akhirnya saat melihat berbagai tingkah risih Aiden.
"Kau mengusirku?" decak Aiden dengan sinis.
"Aku hanya tidak tahan melihatmu dengan segala kerisihanmu Aiden, aku bukan mengusirmu" kesal Syeilla sambil memutar bola matanya.
"Kau! Ehem. Baiklah aku memang tidak nyaman disini karena itu bukan gayaku sama sekali" ucap Aiden pada akhirnya yang membuat Syeilla manggut-manggut.
"Baiklah kau boleh pergi" suruh Syeilla dan mempersilahkan Aiden untuk keluar dari ruangannya dengan senyuman.
"Kau mengusirku lagi" geram Aiden dan menatap Syeilla dengan tajam. Syeilla yang di tatap tajam pun hanya mampu menghela napasnya dengan lelah. Laki-laki seperti Aiden memang susah mengerti maksud dari perkataannya. Benar-berar tipe lelaki luknut.
"Oh atau kau suka aku pergi dari sini dan kau bisa berduaan dengan dokter muda yang tadi disini. Kau bahkan tampak tertawa bersama dengannya" marah Aiden dengan emosi.
Syeilla terkekeh mendengar luapan emosi Aiden. Entahlah antara memang dia berani atau memang cari mati karena menertawakan suami kejamnya. Muka Aiden bahkan sudah semerah kepiting yang berjemur di pinggiran kuali.
"Apa kau mulai cemburu" tanya Syeilla yang mampu membungkam Aiden namun tidak lama karena setelahnya ia langsung tertawa mengejek.
"Aku? Cemburu? Jangan bermimpi. Bahkan dalam mimpi sekalipun aku tidak akan pernah cemburu walau kau bersama pria manapun. Ingat itu!" decih Aiden sambil mengejek Syeilla.
"Bagus kalau begitu. Kau memang tidak cocok kalau menjadi pria pencemburu Aiden. Inilah sifat mu yang aku kenal bukan yang seperti tadi" ucap Syeilla dengan lantang.
"Kau jangan berpikir aku peduli padamu. Tadi hanya sekedar basa basi kalau kau ingin tau!"
"Ya aku tau!
"Baguslah kalau kau sadar diri!"
Syeilla tidak lagi menjawab perkataan Aiden yang ujung-ujungnya hanya akan menyakitinya saja. Kemudian Aiden pergi dari sana dengan emosi yang meluap-luap. Ia sendiri tidak tau mengapa ia sampai semarah ini. Apa tadi, cemburu? Cih Syeilla terlalu berharap padanya.
"Syukurlah kalau dia tidak cemburu setidaknya aku bisa pergi dengan tenang tanpa meninggalkan kesedihan" gumamnya dengan perlahan.
"Brengsek!" teriak Aiden sesampainya ia di kamarnya. Nyatanya kata-kata Syeilla masih tergiang di telinganya.
"Cemburu cih cemburu? Haha aku tidak akan pernah cemburu Syeilla. Tidak akan pernah" teriaknya sambil tertawa. Tawa yang syarat akan ejekan.
*******
Keesokan harinya Syeilla sudah di perbolehkan untuk pulang. Lagi-lagi Aiden alpa dalam tugasnya sebagai seorang suami. Zia dan Linda dengan setia menyemput Syeilla hingga mengemasi beberapa barangnya dan mereka pun segera keluar dari rumah sakit. Syeilla bahkan tidak berniat menanyakan kenapa Aiden tidak menjemputnya toh dia hanya istri di atas kertas.
Sesampainya di kediamannya Syeilla langsung turun dan dibantu oleh Linda dan Zia mengingat kondisi Syeilla belum terlalu sehat secara fisik.
"Hahaha iya sayang aku ingat waktu itu kamu sampai merajuk karena aku tidak memberimu ciuman selamat malam" suara canda tawa wanita terdengar dari ruang tamu yang menyambut kedatangan Syeilla. Syeilla menghela napasnya dengan lelah.
"Sangat memuakkan" gumamnya dengan kecil.
Sedangkan Zia sudah mengepalkan kedua tangganya dengan geram. Ia ingin sekali menonjok dan menghancurkan wajah menyebalkan milik Aiden kemudian memberikannya untuk makanan buaya.
Tawa Jeslyn berhenti sesaat ia menyadari kehadiran Syeilla disana. Ia dengan senyuman hangatnya menghampiri Syeilla.
"Hai maaf karena kami tidak menjemputmu" ucapnya tidak enak hati. Yang Jeslyn ketahui selama ini bahwa Syeilla adalah pembantu dari Aiden namun meskipun begitu ia tetap baik padanya.
"Tidak apa-apa mbak Jeslyn lagi pula sudah ada dokter Zia dan Linda yang menjemput saya" ujar Syeilla dengan senyuman kecilnya.
"Sayang kemarilah" teriak Aiden dari ruang tamu. Jeslyn pun mengundurkan diri sembari meminta maaf karena harus ke tempat Aiden kini berada. Syeilla hanya menganggukkan kepalanya dengan pelan dan segera menaiki tangga demi tangga menuju kamarnya.
"Kenapa kau membiarkan Aiden berduaan dengan wanita itu" cerocos Zia dengan geram. Ia sangat kesal saat mendengar Aiden memanggil Jeslyn dengan sebutan sayang di depan istrinya sendiri. Benar-benar lelaki brengsek, makinya dalam hati.
"Zia, semua hal yang menyangkut antara aku dan Aiden.. percayalah bahwa rumah tangga kami tidak seperti hubungan suami istri pada umumnya. Kami berbeda Zia bahkan hubungan kami seperti langit dan bumi, selamanya tidak akan bisa bersatu" terang Syeilla dengan penuh ketabahan. Biarlah ia sendiri yang mencinta tanpa harus mendapatkan balasannya toh sebentar lagi juga ia akan pergi jauh. Bukankah bagus jika Aiden sudah memiliki Jeslyn, jadi ia tidak perlu merasa sedih jika kelak akan kehilangan dirinya. Ah itupun kalau Aiden bersedih.
"Tapi tetap saja Syei kamu tidak boleh diperlakukan seperti ini" ucap Zia masih tidak terima dengan perbuatan Aiden yang menurutnya sangat kurang ajar.
"Sudahlah Zia, aku lelah" ucap Syeilla pada akhirnya. Ia tidak bermaksud mengusir Zia hanya saja keadaan hatinya sedang tidak baik-baik saja seperti yang ia katakan. Zia pun sadar akan hal itu dan segera pamit undur diri.
"Nyatanya walau mulut berkata ikhlas nyata nya hati masih terlilit perih" bisik Syeilla dengan sedih.
Zia turun dan melihat kedua makhluk yang sangat ia benci masih bercanda dengan raut bahagianya sedangkan hati seseorang sedang dipertaruhkan.
"Sesal itu datang kalau sudah kehilangan" ucap Zia dengan ambigu. Ia sengaja mengeraskan volume suaranya agar kalimatnya bisa di dengar oleh Aiden si luknut lalu melenggang pergi secepat yang ia bisa.
"Aneh" sinis Aiden saat melihat kepergian Zia.
❤❤❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
Dwi Puspa Rini
penyesalan pasti di belakang kalau di awal namanya lamaran Aiden
2022-04-19
0
Anonymous
😢😢
2021-05-14
0
Fryy Sweet
Author, yg biayai RS Syilla siapa ?? kan Aiden cm datang jenguk dan menurutku gak bakal oernah di kasih uang ni si Syilla
2021-05-08
0