"Hay Kak, aku Nisa."
"Hay, Aku Dimas. Maaf, jika Lim harus merepotkan, dengan meminta mu disini denganku." ucap Dimas.
"Oh, tak apa. Kan Ais temen deket Nisa." jawabnya, dengan nada yang begitu manis.
Pertemuan pertama yang mendebarkan, membawanya duduk di kursi pengantin berdua dengan pria tampan nan gagah. Nisa, bahkan tak dapat berkata apa-apa kali ini. Hanya bisa gemas dan bahagia.
Para tamu mulai habis. Hanya tinggal beberapa orang saja yang tersisa, dan itu pun sahabat dekat Papi Tama dan mendiang papa Ais.
"Nisa, Ais sama Lim mana?" tanya Mama Linda menghampirinya.
"Ais tadi kakinya sakit, jadi dibawa Kak Lim masuk ke kamar. Mungkin sekalian ganti baju."
"Mungkin, sebentar lagi keluar, Om." sambung Dimas.
"Ya, tak apa. Itu wajar, karena mereka pengantin baru." tawa Papi Tama menggelegar.
Nisa dan Dimas hanya memicingkan mata. Dimas faham maksudnya, karena Ia sudah dewasa. Sedangkan Nisa, masih mencerna kata-kata itu meski sulit.
Percakapan berlanjut, sembari mereka menikmati hidangan yang telah teresedia. Papi Tama yang tengah menjalani diet kolesterol, sehingga harus menjaga makanannya agar selalu sehat.
"Ais, udah belum mandinya? Gantian cepet." seru Lim, yang tengah berbaring di ranjangnya.
"Belum, Kak. Ini kenapa, rambutnya susah benget di keramas?" tanya Ais, dari kamar mandi.
"Kamu keluar, biar saya yang beresin rambutnya." pinta Lim.
Ais pun menurut. Ia keluar masih dengan baju tidurnya karena belum jadi mandi. Gaun telah Ia lepas, karena sudah tak tahan dengan sumpek dan panasnya. Semua dengan bantuan Lim, karena tak ada yang bisa mereka panggil ke kemar.
Dengan rambut yang masih berantakan, dan begitu kaku karena hairspray. Ais duduk tepat di depan Lim dengan bersila. Lim mengambil handbody, dan mulai mengoleskannya pada rambut Ais dengan lembut.
"Kok itu? Nanti rusak rambut Ais."
"Ngga akan. Emang kamu masih perduli rambutmu? Mengikat saja asal-asalan begitu." cibir Lim.
Helai demi helai telah basah, dan tinggal Lim kini menyisir rambut Ais. Sakit, hingga beberapa kali Ais berteriak.
"Jangan teriak, nanti orang denger."
"Lah, sakit, Kakak. Kasar banget, sama Ais."
"Ya karena rambut kamu kayak sapu ijuk. Diem, atau saya mandiin kamu nanti." ancam Lim.
Ais pun kembali diam, karena takut dengan ancaman itu. Ia bahkan tak dapat membayangkan, ketika malam ini Ia harus tidur bersama Pria tampan itu.
Ia duduk dengan tenang, sembari menunggu Lim yang menyisiri rambutnya helai demi helai. Hingga karena lelah, Ia tertidur di pangkuan sang suami.
"Hey, kenapa tidur? Bisa-bisanya dalam keadaan seperti ini, tidur di sembarang tempat." ujar Lim.
Ia berusaha berdiri, lalu menggendong Ais untuk tidur di ranjangnya. Berat, meski tubuh Ais kecil, tapi lumayan tinggi untuk gadis seusianya. Apalagi, Ia yang sering olahraga dan gemar berkelahi.
Bruuuggh! Lim meletakkan Ais diranjang mereka. Tapi, Ia sedikit terpeleset dan nyaris menjatuhi Ais dengan tubuhnya.
"Kak Lim, ngapain?" tanya Nisa, mendadak membuka pintu.
Lim kaget, bibirnya langsung terkunci dan tak mampu mengucap sepatah katapun..
"Ehm, aku... Anu, itu..."
Syuuutzz! Dimas datang, menutup mata Nisa dan membawanya pergi. Tak lupa, Ia menutup pintu kamar pengantin itu kembali.
Lim hanya menghela nafas panjang. Ia berdiri tegap setelah menidurkan Ais, lalu pergi untuk membersihkan diri.
Dirinya pun lelah, begitu juga hati dan fikirannya.
"Mengurus perusahaan, dan mengurus gadis kecil itu. Apalagi?" gumamnya, di tengah kucuran air shower yang dingin itu.
Entah apa yang membuatnya begitu pasrah. Adakah sesuatu yang Ia sembunyikan?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Novano Asih
Y ii aku juga penasaran dengan sikapnya Lim yang lgsg pasrah aja,biasanya cuek ,galak tp ini perhatian
2022-09-15
1
beban suami
kenapa sih lim....
2022-07-11
0
Berdo'a saja
aaaaaaaaaa kenapa Nisa mesti buka pintu
2022-05-04
1