Bel pulang kembali berbunyi. Ais mempersiapkan diri untuk pulang. Tubuhya lemas, karena memang sudah sangat lapar sore ini.
"Ais, Loe pulang sama siapa?" tanya Nisa.
"Bentar lagi dijemput."
"Siapa yang jemput? Tumben."
"Calon suami." jawab Ais.
"Gue mau lihat, dong."
"Buat apa? Biasa aja, ngga perlu di lihatin kayak artis."
"Pokoknya lihat. Ayo kedepan." tarik Nisa pada lengan Ais.
Mereka berlari ke depan, dan menunggu sejenak hingga jemputan datang. Ais duduk dengan santai, sementara Nisa yang begitu antusias untuk menyambut suami Ais datang. Ia penasaran, bagaimana sosok yang bisa menaklukan hati gadis tomboy itu.
Sebuah mobil mewah datang. Memarkirkan diri tepat di depan Nisa yang memang menunggu..
"Ais, calon lakik loe orang kaya?"
"He'em, pimpinan baru MC group." jawab Ais.
Tapi, yang turun bukan Lim, tapi Pak Wil. Betapa kaget nya Nisa, ketika tahu adalah pria tua dalam mobil itu.
"Ais, loe nikah sama Kakek kakek?" tanya Nisa.
"Maaf, saya Asisten tuan Tama. Pengasuh Tuan Halim."
"Kak Lim kemana, Pak? Katanya dia yang mau jemput?" tanya Ais.
"Beliau, sedang ada rapat dadakan. Sehingga saya yang diutus menjemput Nona di sekolah."
"Dia yang suruh jemput, atau Mama?"
"Nyonya Mama." jawab Pak Wil.
Semburat kecewa datang dari wajah Ais. Ia fikir, memang Lim yang memerintah Pengasuhnya itu, dan mulai menganggap Lim benar-benar perduli padanya.
Ais pamit pada Nisa, lalu masuk ke dalam mobil untuk segera pulang. Ia pun tahu, jika pulangnya bukan kerumah asal, tapi ke rumah calon suaminya.
"Mau tak mau harus siap. Mama menaruh harap." batin Ais.
Meski bukan karena hutang seperti yang lain, tapi semua yang mendadak begitu mengagetkan. Hanya dalam hitungan jam, semua akan berubah.
"Pokoknya, dia ngga boleh kekang gue. Gue harus tetep jadi diri gue sendiri. Gue ngga mau, dipaksa berubah feminim, harus cantik, lembut dan anggun. Noooo...! Tidak bisa. Tidaaaaak!"
"Apanya, yang tidak bisa, Nona?" tanya Pak Wil.
"Eh, Bapak ada disitu. Maaf, Pak. Ais lupa." ucap Ais, menatapnya malu-malu karena semua racauannya.
Pak Wil hanya menggelengkan kepala. Ia tak heran, karena memang calon Nona muda itu masih kecil dari segi usia.
***
"Pak Wil, bagaimana dia?"
"Sudah pulang, Tuan. Sebentar lagi sampai." lapor Pak Wil pada Lim.
"Baiklah, terimakasih sudah menjemputnya. Sebentar lagi, aku pulang." jawab Lim.
Mereka menutup telepon masing-masing. Pak Wil melanjutkan perjalanan santainya, sedangkan Lim melanjutkan pekerjaannya. Pria paruh baya itu tak berani menyetir terlalu kencang, karena Ia tahu jika Nona kecilnya mabuk kendaraan.
Tiba di rumah besar. Ais turun dengan wajah terperanga. Menatap semua dekorasi dengan hiasan bunga mewah dan begitu indah. Ia pun masuk, dan mencari sang Mama.
"Ma... Mama dimana?" panggilnya keras.
"Ya sayang, Mama disini. Kenapa?" tanya Mama Linda, turun dari kamar Papi Tama setelah memberinya obat.
"Itu, dekorasi pesta? Katanya ngga pakai pesta, gimana sih?" keluh Ais.
"Ais, sederhana bagi mereka, itu mewah bagi kita."
"Tapi, itu terlalu mewah. Pasti banyak undangan yang datang. Gimana kalau mereka tahu, kalau Ais masih sekolah?"
"Ngga papa, Ais. Mereka ngga akan bsnyak protes. Disini, ngga seperti di kampung, yang apapun menjadi bahan gunjinhan. Bahkan, tetangga melahirkan pun, mereka kadang tak tahu." balas Papi Tama, yang ikut turun.
"Tapi, enaknya dikampung adalah, kebersamaan yang luar biasa. Meski kadang saling bergunjing, tapi mereka ramah dan saling bantu satu sama lain." balas Ais, mengundang senyum kagum di bibir sang Papi mertua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
beban suami
hidup dikampung keras bos....
2022-07-11
0
Berdo'a saja
itulah dikampung, meski cocot tetangga sengak dan nyelekit tp rasa gotong royong tetep besar
2022-05-04
9
Zifa Zifa
shock ya ais nengok decor pesta nya😜😜😜😜😜😜😜😜😜👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
2022-04-05
1