Jika ini mimpi, maka bangunlah

"Baru kali ini, seseorang bisa menjawab Papi dengan argumentnya sendiri. Kamu, memang fotocopy dari Papamu, Ais. Dia lah, Satu-satunya orang yang berani berbicara lantang dengan Papi." ucap Papi Tama dengan bangga.

Ais hanya menundukkan kepala. Antara senang dipuji, dan takut di cap sebagai pembangkang dalam keluarga. Karena, hampir semua orang memang mencap Ais sebagai gadis yang terlalu banyak protes ketika ada sesuatu yang tak sesuai nuraninya. Padahal, Ia hanya berpendapat sesuai apa yang Ia tahu.

Ais kemudian digandeng sang Mama untuk kembali ke kamarnya..

"Jangan terlalu banyak menentang."

"Ma, Papi itu ngejelekin orang kampung."

"Tidak. Papi ngga ngejelekin, Beliau hanya berbicara fakta. Karena, memang orang-orang seperti itu mudah sekali terprovokasi oleh sesuatu." balas Mama Linda.

"Ais belum makan? Mama ambilin, ya?" tawar sang Mama, lalu keluar sebentar.

Ais merebahkan dirinya, sembari menatap baju kebaya yang telah terpajang dimanekin yang ada dikamarnya. Entah kapan baju itu datang, dan di sebelahnya ada gaun yang telah Ia pilih untuk resepsi nya malam besok.

"Aaarrghhh! Kalau ini mimpi, bangunlah." keluhya, dengan menyentakkan kakinya diatas tempat tidur.

Ais pun tertidur. Ia bahkan lupa dengan makan siangnya yang tertunda begitu lama. Kegalauan, membuatnya lupa segalanya.

"Eh, anak ini. Katanya laper, malah tidur." ucap sang Mama, lalu menyelimuti tubuhnya yang bahkan masih mengenakan seragam sekolah.

***

Seluruh isi kantor lembur hari ini. Menyiasati hari esok, ketika mereka akan libur bersama untuk menghadiri pesta pernikahan Bos besarnya.

" Lim, bagaimana dengan rapat besok? Itu sudah direncanakan sejak sebulan lalu." tanya Daniel, yang masuk tanpa mengetuk pintu.

"Batalkan. Atau tunda dengan ganti rugi ongkosnya kemari. Papi lebih penting."

"Itu pernikahanmu, atau Papimu?"

"Tak usah mempertanyakan hal, yang kau tahu jawabannya." jawab Lim, menatapnya tajam dengan segala aura dinginnya.

"Bagaimana dengan Ayu? Dia sahabatmu, mencintaimu sejak dulu."

"Aku tak mencintainya. Dia tahu itu. Aku......"

"Ya, kau masih belum bisa lupa akan Almira."

"Daniel, cukup! Jangan bahas dia disini." sergah Lim, dengan nada keras.

"Baiklah... Aku tak membahasnya lagi sampai kapanpun. Aku, akan menemanimu besok sebagai saksi pernikahan. Semoga kau bahagia dengan dia." ucap Daniel, lalu keluar dari ruangan itu.

Jam menunjukkan pukul Sembilan malam. Beberapa karyawan telah pulang, hanya tinggal Lim dan beberapa yang lainnya.

"Tuan, belum pulang?" tanya Dimas.

"Ya, sebentar lagi. Biarkan menemani kalian dulu.

" Tuan pulang saja, karena besok.... "

Ucapan Dimas terpotong oleh lirikan dingin Lim padanya. Ia pun diam, dan kembali ke ruang kerjanya.

Lim menghela nafas panjang, menyandarkan kepala di bahu kursi dan berputar-putar beberapa kali. Besok hari pernikahannya. Dan itu tandanya, kenangan nya bersama Almira harus Ia hapus sepenuhnya dari ingatan. Meski sulit, karena Ia pun tak ingin mempermainkan sebuah pernikahan yang sakral.

"Al, maaf. Aku harus bersamanya." batin Lim.

Ia memijat dahinya beberapa saat. Lalu, Ia berdiri dan segera pulang agar sang Papi tak khawatir dengan keadaannya.

"Pi, Lim pulang." lapornya via Voice note.

Sang Papi tak membalas, meski Ia tahu jika pesan itu telah di baca. Ya, mungkin Papinya tengah tidur dengan begitu pulas, apalagi esok adalah hari yang membahagiakan untuknya.

Lim menyetir mobilnya dengan kencang, ingi. Segera sampai dan mengistirahatkan dirinya. Ia bahkan sudah begitu lancar dengan hafal ijab qabulnya untuk esok hari. Meski terpaksa, Ia selalu serius dengan apa yang akan Ia lakukan.

Terpopuler

Comments

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

semoga para pelakor di anggap angin lalu y Lim

2023-10-27

0

мєσωzα

мєσωzα

semoga komitmen ya lim.. jangan kecewakan readers

2022-07-10

2

Yanti Yanti

Yanti Yanti

salut sama sikap lim yg tenang dan bertanggung jawab, mudah"n mereka bahagia ya thor 😁😁

2022-07-08

1

lihat semua
Episodes
1 Mendadak di lamar.
2 Perkenalan pertama
3 Mentari dan batu es.
4 Ais rindu Papa
5 Gaun pengantin si kecil
6 Naluri calon suami.
7 Aku, calon suaminya
8 Sahabat terbaik
9 Salah sangka gara-gara Pak Wil
10 Jika ini mimpi, maka bangunlah
11 Lim akan berusaha merubahnya
12 Hari pernikahan.
13 Kenapa harus menikahi anak kecil?
14 Pengantin baru
15 Malam pertama yang di pantau
16 Senjata untuk mengaturmu.
17 Mama pun pergi meninggalkan Ais.
18 Diam diam perhatian
19 Kak Lim takut hantu
20 Bayang-bayang masa lalu.
21 Jangan bilang siapapun.
22 Dikira menikahi Kakek Tua.
23 Dari Iqra Lima, turun ke Iqra Tiga.
24 Di cium, jangan di tonyor.
25 Tak ingin menjadi contoh untuk orang lain
26 Ketika Aishwa sedih
27 Mamaaaa! Ini apa?
28 Kakak suami, I Love You.
29 Berkah dibalik kesedihan
30 Hadiah semangkuk Ice cream
31 Demi Kak Lim
32 Dan Aku menangis lagi.
33 Bermalam di Rumah sakit
34 Tekanan batin Cinta
35 Suami kejaaam!
36 Ganteng, tapi menakutkan
37 Aku hanya orang baru
38 Bermanja dengan Papi mertua
39 Cemburu kah?
40 Tanggung jawab menjadi istri
41 Uang jajan dari Kakak Suami
42 Terfitnah karena miskin
43 Lagi-lagi Kak Dimas.
44 Aura sang Dimas
45 Apa bedanya, Ibu dengan mereka?
46 Ciuman pertama
47 Keisengan Ais
48 Belajar menjadi istri yang baik
49 Aishwa hamil?
50 Dia istrimu, kenapa tanya aku?
51 Bertanggung jawab, karena mengganggu waktuku
52 Sebentar saja, bermanja..
53 Nanti Ais abisin duitnya
54 Sedikit mencair..
55 Dia anak tiri gue.
56 Jantung ini..
57 Bagaimana aku bisa lupa padanya?
58 Ku tunggu di usia 19
59 Dua malaikatku datang
60 Katakan, kau sayang padaku.
61 Menantu kesayangan Papi
62 Balas dendam Kak Lim
63 Zia masih saja dendam
64 Suami istri Prik.
65 Nisa tersesat
66 Baju baru untuk istri
67 Selalu saja kurang
68 Undangan kelulusan
69 Ais kangen Papa
70 Tragedi lingerie nyasar
71 Selamat ulang tahun, Ais.
72 Kau yakin malam ini?
73 Ais sudah menjadi istri yang baik.
74 Kriteria gadis impian Dimas
75 Tawaran bagus untuk Nisa
76 Zia penebar fitnah
77 Trauma dengan orang kaya
78 Lebih baik jadi pengecut, dari pada membahayakanmu
79 Mama, Ais rindu.
80 Permohonan Nisa
81 Tak bisa diajak mesra
82 I Love You Aishwa.
83 Foto siapa ini?
84 Siapa wanita itu?
85 Jangan pernah tinggalkan aku
86 Aku pun bertemu dengannya.
87 Firasat Ais.
88 Lim dan Almira.
89 Donor jantung milik Almira
90 Dia, tak akan pernah hidup lagi
91 Dia sudah mulai menunjukkan dirinya.
92 Salah sasaran.
93 Hilangnya Nisa
94 Antara masa kini dan masa lalu yang kelam
95 Aku merindukanmu, Al
96 Asal usul Nisa
97 Pemalsuan identitas Al.
98 Jebakan demi jebakan
99 Dimas dan Nisa
100 Baru ku mulai, tapi sudah berakhir.
101 Aku, mencintainya.
102 Jadilah dirimu sendiri, aku suka.
103 Ingin bulan madu
104 Bulan Madu 1
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Mendadak di lamar.
2
Perkenalan pertama
3
Mentari dan batu es.
4
Ais rindu Papa
5
Gaun pengantin si kecil
6
Naluri calon suami.
7
Aku, calon suaminya
8
Sahabat terbaik
9
Salah sangka gara-gara Pak Wil
10
Jika ini mimpi, maka bangunlah
11
Lim akan berusaha merubahnya
12
Hari pernikahan.
13
Kenapa harus menikahi anak kecil?
14
Pengantin baru
15
Malam pertama yang di pantau
16
Senjata untuk mengaturmu.
17
Mama pun pergi meninggalkan Ais.
18
Diam diam perhatian
19
Kak Lim takut hantu
20
Bayang-bayang masa lalu.
21
Jangan bilang siapapun.
22
Dikira menikahi Kakek Tua.
23
Dari Iqra Lima, turun ke Iqra Tiga.
24
Di cium, jangan di tonyor.
25
Tak ingin menjadi contoh untuk orang lain
26
Ketika Aishwa sedih
27
Mamaaaa! Ini apa?
28
Kakak suami, I Love You.
29
Berkah dibalik kesedihan
30
Hadiah semangkuk Ice cream
31
Demi Kak Lim
32
Dan Aku menangis lagi.
33
Bermalam di Rumah sakit
34
Tekanan batin Cinta
35
Suami kejaaam!
36
Ganteng, tapi menakutkan
37
Aku hanya orang baru
38
Bermanja dengan Papi mertua
39
Cemburu kah?
40
Tanggung jawab menjadi istri
41
Uang jajan dari Kakak Suami
42
Terfitnah karena miskin
43
Lagi-lagi Kak Dimas.
44
Aura sang Dimas
45
Apa bedanya, Ibu dengan mereka?
46
Ciuman pertama
47
Keisengan Ais
48
Belajar menjadi istri yang baik
49
Aishwa hamil?
50
Dia istrimu, kenapa tanya aku?
51
Bertanggung jawab, karena mengganggu waktuku
52
Sebentar saja, bermanja..
53
Nanti Ais abisin duitnya
54
Sedikit mencair..
55
Dia anak tiri gue.
56
Jantung ini..
57
Bagaimana aku bisa lupa padanya?
58
Ku tunggu di usia 19
59
Dua malaikatku datang
60
Katakan, kau sayang padaku.
61
Menantu kesayangan Papi
62
Balas dendam Kak Lim
63
Zia masih saja dendam
64
Suami istri Prik.
65
Nisa tersesat
66
Baju baru untuk istri
67
Selalu saja kurang
68
Undangan kelulusan
69
Ais kangen Papa
70
Tragedi lingerie nyasar
71
Selamat ulang tahun, Ais.
72
Kau yakin malam ini?
73
Ais sudah menjadi istri yang baik.
74
Kriteria gadis impian Dimas
75
Tawaran bagus untuk Nisa
76
Zia penebar fitnah
77
Trauma dengan orang kaya
78
Lebih baik jadi pengecut, dari pada membahayakanmu
79
Mama, Ais rindu.
80
Permohonan Nisa
81
Tak bisa diajak mesra
82
I Love You Aishwa.
83
Foto siapa ini?
84
Siapa wanita itu?
85
Jangan pernah tinggalkan aku
86
Aku pun bertemu dengannya.
87
Firasat Ais.
88
Lim dan Almira.
89
Donor jantung milik Almira
90
Dia, tak akan pernah hidup lagi
91
Dia sudah mulai menunjukkan dirinya.
92
Salah sasaran.
93
Hilangnya Nisa
94
Antara masa kini dan masa lalu yang kelam
95
Aku merindukanmu, Al
96
Asal usul Nisa
97
Pemalsuan identitas Al.
98
Jebakan demi jebakan
99
Dimas dan Nisa
100
Baru ku mulai, tapi sudah berakhir.
101
Aku, mencintainya.
102
Jadilah dirimu sendiri, aku suka.
103
Ingin bulan madu
104
Bulan Madu 1

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!