Aku lari tergesa-gesa saat jam tangan mungil di pergelangan tangan menunjukkan waktu pukul 06.55.
Brugh!
Tanpa sengaja aku menabrak seseorang yang tengah berdiri tegak di hadapanku.
"Maaf! Maaf!" kataku seraya membungkukkan badanku. Sayangnya, orang itu hanya melengos begitu saja tanpa ingin menanggapi permohonan maaf dariku.
Huh, sombong sekali! Dasar sial," rutukku dalam hati.
Aku mendongak untuk melihat orang itu. Seketika Jantungku berdetak tak beraturan saat menyadari sosok pria si pemilik tubuh tegap yang baru saja aku tabrak.
Pria dingin itu! batinku. Untuk beberapa saat, aku tertegun melihat bayangannya yang semakin menjauh.
"Chi! Bantuin!"
Tiba-tiba saja, aku mendengar suara seseorang memanggilku. Aku menoleh, ternyata Heri yang memanggil, tapi aku heran ketika melihat Heri memapah salah seorang teman laki-lakiku. Aku segera berlari menghampiri Heri.
"Si Gun Gun kenapa?" tanyaku begitu tiba di dekat Heri. Dahiku mengernyit saat melihat kondisi salah satu teman laki-lakiku.
"Dia abis make keknya," ucap Heri dengan wajah penuh kecemasan.
Seketika dadaku bergemuruh mendengar jawaban Heri.
"Eit dah, ni bocah. Dia nggak tau apa sekarang nih hari senin," kataku seraya meraih tangan Gun Gun dan membantu Heri memapahnya.
"Kita bawa kemana Chi? Bentar lagi lapang penuh nih, 'kan mo upacara," ucap Heri, tampak khawatir.
"Ssst...! Diam deh! Lo nggak usah bikin gue tambah nervous gini!" bentakku kepada Heri.
Seketika, Heri tak mengeluarkan suara lagi.
"Hay baby..., lo makin cantik aja...! Gua sayang banget ma elo!" racau Gun Gun.
Aku hanya memutarkan bola mataku, jengah mendengar racauan nggak jelas orang nge-fly.
"Kita bawa dia ke kantin mang Engkus aja!" ajakku pada Heri.
Heri mengangguk. Aku dan Heri segera menyeret bocah nge-fly itu ke kantin Mang Engkus. Tiba di sana, kami segera menyembunyikan Gun Gun di kolong meja tempat dagangan Bi Imas, istrinya Mang Engkus.
"Denger Gun, lo tunggu sini ya! Gue ma Heri mo ikut upacara dulu. Hari ini giliran gue yang jagain UKS. Lo aman di sini. Tapi gue harap lo nggak usah bikin susah Bi Imas, ya!" ucapku kepada Gun Gun.
"Oke honey...!" jawab Gun Gun seraya memberikan senyum menyeringainya. Aku hanya bergidik ngeri melihat senyum smirk di wajah Gun Gun.
Selepas meninggalkan Gun Gun, aku dan Heri kembali ke kelas masing-masing. Aku menaruh tas di kolong meja belajar, setelah itu aku berlari ke ruang UKS untuk mengambil jas putih dan mengenakannya. Masih sambil berlari, aku mulai berbaur dengan teman-teman satu profesi dan berdiri di belakang barisan murid-murid yang hendak mengikuti upacara bendera.
Beberapa menit kemudian, upacara bendera setiap hari Senin di mulai. Setengah jam dimulai, aku dan teman-teman sudah kewalahan karena banyaknya siswa yang tumbang. Entah karena cuaca yang panas, atau karena daya tahan tubuh mereka yang sedang tidak bersahabat. Tapi aku benar-benar merasakan kelelahan yang amat sangat saking banyaknya siswa-siswi yang harus aku antar ke ruang UKS. Sialnya lagi, Pak Kepala Sekolah tak menghiraukan kegiatan bolak-balik kami. Beliau masih terus saja menyampaikan amanatnya panjang dikali lebar.
Ali, temanku mendengus kesal melihat gelagat Pak Kepala Sekolah yang seolah enggan berhenti berbicara. Hingga akhirnya, pembina pramuka kesayanganku mendekati Pak Kepala Sekolah dan membisikkan kalimat ajaib yang membuat Pak Kepala Sekolah berhenti berbicara.
Terlihat para siswa bernapas lega setelah Pak Kepala Sekolah mengakhiri pidatonya. Begitu juga dengan aku dan timku yang menghela napas bersamaan.
Setelah upacara selesai, aku segera menemui Heri.
"Gimana, lo udah lihat kondisi si Gun?" tanyaku kepada Heri.
Aku lihat Heri mengangguk. Tapi di wajahnya juga tersirat kecemasan yang tak bisa diungkapkan.
"Kenapa?" tanyaku.
"Lo lihat aja sendiri, deh!" Bukannya menjawab, Heri malah membuat perasaanku semakin gundah.
Aku segera berlari menuju kantin Mang Engkus.
"Res, mau kemana?"
Panggilan bang Gaos, abang angkatku, tidak aku gubris. Aku benar-benar cemas memikirkan keadaan Gun Gun yang sedang nyaman dengan dunia halusinasinya.
Tiba di kantin mang Engkus, aku melihat Gun Gun sedang di cekal tangannya oleh beberapa teman sekelas. Mereka adalah Nia, Kiki, Haidar dan Ade. Heri kemudian berlari ikut bergabung bersama mereka.
Aku hanya bisa menepuk jidatku melihat adegan tarik menarik antara kelima temanku itu.
"Kalian apa-apaan sih?" tanyaku geram melihat ulah mereka yang mulai ribut.
"Ah kakak Chi! Ayo kemarilah Kakak Chi! Kita berenang bareng yu!" Ajak Gun Gun yang aku lihat tengah bertelanjang dada.
"Eh, baju dia mana nih?" tanyaku yang kaget melihat kondisi Gun Gun.
Sebenarnya, meski Gun Gun terlihat berandalan, tapi dia anak yang baik. Dia duduk di bangku belakangku. Dari cowok inilah aku mengenal berbagai jenis obat-obatan terlarang. Dia juga yang mengenalkan aku dengan berbagai bentuk barang haram jenis ganja.
Tapi, meskipun begitu, dia sama sekali tidak pernah berani mengajak teman-teman sekelas untuk berbuat sesuatu yang nekat seperti kelakuannya. Aku sudah sering memperingatkan dia tentang bahaya semua jenis-jenis barang yang dia gunakan. Namun, entah kenapa, untuk urusan yang satu ini, semua nasihatku seolah masuk dari telinga kiri keluar dari telinga kanan.
"Mana bajunya?" teriakku perlahan karena takut ketahuan warga sekolah lainnya.
Kiki temanku mengangkat seragam putih yang kancingnya telah terlepas dari tempatnya.
"Ya Tuhan..., diapain nih baju?" tanyaku semakin frustasi dengan keadaan di kantin mang Engkus.
Kiki hanya menggedikan bahunya.
"Anu, Neng! Tadi Cep Gun Gun membuka paksa bajunya sampai semua kancing baju terlepas. Dia bilang, dia mau berenang. Untung aja tadi Neng Kiki sama Neng Nia cepet datang." Adu bi Imas.
Tepokan jidatku semakin bertambah keras.
"Balik!" ucapku seraya memegang tangan Gun Gun dan menariknya.
"Ah kakak Chi, aku mau berenang! Gerah sekali di sini! Lihat Kak Chi, airnya biru banget, keknya pasti seger, deh. Berenang yuk, Kak!" rengek Gun Gun manja, seolah sedang membujuk ibunya meminta piknik.
"Air pala lu peang!" ujarku kesal seraya menonyor kepala Gun Gun. "Itu 'tuh sawah, Gun! Bukan kolam renang!" Bentakku yang sudah sangat frustasi banget dengan kelakuan temen cowokku yang satu itu.
Seandainya aku punya sayap, ingin aku kungkung dia ke dalam kedua sayapku dan aku bawa terbang tinggi ke angkasa untuk menyembunyikan keberadaannya.
Ya elah..., dia yang sakau, kok gua yang halu yaaa....
Aku menarik tangan Gun Gun hingga dia menubruk aku dan kami terjengkang.
Bugh!
"Ish, gila lo Gun, berat tau!" Aku menggerutu kesal sambil mendorong tubuh kurus kerempeng itu dari atas tubuhku.
"Apa-apaan ini?" tanya suara bariton seorang laki-laki bertubuh tinggi.
Dalam keadaan terlentang, aku mendongak.
Pria itu?!
Bersambung
Jangan lupa like, vote n komennya yaa 🙏🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments
Alleyza Azura Rinzani
astaga... gun gub
2022-08-01
2
Elwi Chloe
ternyata seorang pria wee
2022-03-13
2
Lee
My Ice Girl Saranghae mampir lg kak
2022-03-13
3