"Hyah~ lelahnya.." An berjalan dengan sesekali meregangkan otot otot di tubuhnya.
Awalnya ia tak menduga bisa keluar dari sarang lalat busuk itu, An tidak mau mengakuinya, tapi jika bukan karena Jiao Yun yang datang ke sana, ia tak akan bisa keluar dari sana dengan tubuh yang masih utuh.
Aku sedikit merasa bersalah meninggalkan Jie dan Nuan di sana, tapi rasa bersalah itu sepertinya tidak perlu deh. Mereka kan sudah ahli dalam bidang itu.'
"yang terpenting saat ini adalah.. TIDUR!" An berteriak dengan kencang diakhir kalimatnya, ia tak menghiraukan jikalau ada yang mendengar ucapannya itu. Toh itu bukan urusan dia, yang gadis itu pikirkan hanyalah kepuasan pribadinya seorang.
Tanpa memikirkan para kakaknya yang masih terjebak di sarang lalat, An tetap berjalan dengan riang menuju surga miliknya.
An bahkan tidak peduli, walau telah merasakan aura membunuh yang sangat kuat sedang mengamatinya dari jarak yang cukup dekat.
"maaf.. maafkan aku, aku benar benar minta maaf.." gumam orang itu lalu menghilang.
......................
"Huahh! segarnya!"
Aku baru saja keluar dari kamar mandi kecil yang ada di kamarku, perlu dicatat, ini adalah mandi pertama yang dapat ku nikmati sejauh ini.
Sejak pertama datang, aku bahkan tidak bisa menikmati waktu luang ku sendiri, benar benar mereka manusia tidak berguna. Padahal statusku disini tidak rendah rendah amat, beraninya mereka memerintah ku hanya karena aku pegawai magang?
Apalagi nenek itu, padahal sudah tua masih saja suka cari sensasi. Dia itu pengurus kedai bukan? kenapa dia selalu memiliki banyak waktu luang? bikin iri saja.
Setelah mengoceh sangat panjang, aku pun diam sejenak, aku berjalan menuju jendelaku dan membukanya perlahan, angin malam berhembus kencang dan masuk secara paksa kedalam kamarku. Disaat itu aku baru menyadari, ruangan ku terasa sangat sunyi.
"...sepi sekali ya? padahal festival."
"apa kau tau alasannya? karena semua orang lebih memilih menikmati festival, dibandingkan menyelinap ke kamar dan membunuh seseorang."
Baru saja aku mengatakannya, sebuah belati terbang tepat ke wajahku, untunglah aku dapat menghindari senjata terbang itu.
Tidak mudah menghindar dengan fisik tubuh lemah seperti ini, tubuh ini hanya unggul dengan kemampuan energi dalamnya saja. Maksudku, jika aku belum melatih chi dalam tubuh ku, dijamin wajah ini akan terbelah menjadi dua bagian.
"hei, hei. Kau benar benar tidak ramah ya, tidakkah kau mau mengobrol denganku dulu?" aku berusaha mengajak orang asing itu untuk bicara, tentu dia tidak mendengarkan ku.
Dia---orang asing itu, terus menyerang ku dengan brutal, jika tetap dibiarkan perabotan yang ada disini akan hancur. Nenek pemilik kedai akan memotong uangku jika begini.
Aku tak bisa menghindar terus. Sama halnya dengan pembunuh bayaran kebanyakan, dia memakai pakaian serba hitam, dia juga cepat, tapi.. Dia itu amatiran!
Orang ini hanya menyerang ku seakan tengah mencari celah, padahal dia sendiri memiliki banyak celah di setiap gerakannya.
Aku.. muak.
Sewaktu dia ingin menyerang leher belakangku, aku langsung melompat, mengunci kakinya dan segera mematahkan lengannya searah jarum jam.
"UGH!" Orang asing itu merintih kesakitan, ia seakan mencoba untuk tak bersuara sedikitpun. Bahkan untuk mengurangi rasa sakit, ia menggigit bibirnya sendiri sampai sampai darah tembus keluar dari masker hitam yang ia kenakan. Bodoh bukan? benar.
Tapi, aku lengah. Ketika aku mengira jika dia telah kalah, orang itu meraih sakunya dan berusaha untuk menyiram ku dengan sebuah..racun?
"sial!"
......................
Disaat yang sama, Jiao Yun telah selesai melakukan tarian nya malam ini. Tapi tak seperti yang dia bayangkan, respon orang orang terbilang "biasa" saja, dibandingkan dengan malam malam lainnya.
hah? kenapa ini? Kenapa mereka semua tidak memujaku seperti biasa?!' amuk Jiao Yun dihatinya.
Terlintas dalam pikiran Jiao Yun, seorang gadis menyebalkan yang telah menghancurkan hidupnya itu.
Ah.. pasti ini ulahnya kan? ulah bocah songong itu! benar, jika dia tidak datang, ini tak akan terjadi.' Jiao Yun menggigit bibir bawahnya karena rasa kesal yang tak dapat dibendung.
"aku akan mengambil semuanya darimu." ia bergumam.
Kemudian salah seorang tamu mengangkat tangannya untuk mengajak Jiao Yun bersama hingga pesta berakhir,
"a--anu.. nona penari? kau sudah selesai bukan? bagaimana jika kau melayaniku sekarang, kau mau berapa? tinggal bilang kok." ucap seorang pria tua berbadan buncit, dengan tatapan mesum yang sangat akut pada Jiao Yun.
Karena tak mau kalah, para tamu lain juga mulai ribut mempertanyakan hal yang sama, pertanyaan memuakkan yang selalu muncul di setiap pentasnya.
menjijikkan. mereka menjijikkan! aku rasanya mau muntah setiap kali mendengarnya. Tapi.. jika tidak begitu, tidak ada yang mempedulikan ku.'
Jiao Yun mengepal tangannya kuat dan menghembuskan nafas pelan.
aku.. tidak mau kembali ke "masa itu". tidak, walaupun hanya satu menit saja.' lanjut Jiao Yun.
"aih, maafkan Jiao ya semua! tapi Jiao sudah memiliki orang pilihan Jiao sekarang." seru Jiao Yun dengan mengubah suaranya menjadi lebih imut.
Dan terjadi lagi, banyak tamu kecewa setelah apa yang mereka dengar. Rasa tidak terima, kesal, kecewa, bercampur aduk di hati mereka. Bagaimana tidak? ini adalah kali keduanya mereka ditolak secara bersamaan dalam satu malam.
Jie yang mendengar itu juga hanya bisa diam dan terus melanjutkan pekerjaannya, sesekali ia mengumpat di hati kecilnya,
dasar tidak berguna, padahal tadi dia berjanji untuk memuaskan para tamu. Tau begini ku kurung saja dia di kamarnya sampai pagi tiba!'
Jiao Yun berjalan dan mengambil arak yang telah disiapkan para dayang nya, ia mulai melewati satu persatu tamu dan akhirnya sampai ke depan mangsanya.
Ia tersenyum, "permisi tuan! apa saya boleh menuangkan minuman ke gelas anda?" goda Jiao Yun seraya bertampang imut pada Lun.
"silahkan." Lun mengangguk dan membalas senyum yang diberikan oleh Jiao Yun.
Jiao merasa bahagia, ia berpikir ternyata mendekati tamu khusus itu sangatlah mudah. Ia sampai bertanya tanya, kenapa selama ini dia tidak mencoba untuk melakukannya?
Jiao Yun segera mendekat, lalu dengan semangat ia menuangkan arak ke dalam gelas Lun.
kau pikir kau saja yang bisa menggoda tamu khusus disini? dasar bodoh.'
Karena mengira telah berhasil menggoda Lun, Jiao Yun berinisiatif untuk mendekatkan diri dengan Lun lebih cepat dari yang ia pikirkan sebelumnya.
"tuan! tuan! rambut anda benar benar indah! saya seperti tersihir olehnya!" seru Jiao Yun sambil bertingkah imut.
"oh ya?"
"iya!"
"anda kekanak-kanakan sekali ya, nona." sinis Lun lembut.
"a--apa?"
Jiao Yun terkejut mendengar ucapan yang baru saja dilontarkan oleh Lun, ia seakan tak menduga jika kata kata itu ditujukan untuknya.
Ia tau itu adalah sebuah sindiran, tapi Jiao Yun beranggapan bahwa Lun hanya bercanda.
"ti-tidak kok! ah.. bagaimana jika saya.. menyentuh rambut anda? mungkin saya dapat menghilangkan sihirnya!"
Tanpa berpikir panjang, Jiao Yun segera meraih rambut Lun dengan hati berbunga bunga. Ia senang karena dapat melayani seorang tamu khusus, juga senang karena berhasil menyaingi An. Tapi..
Sebelum ia berhasil menyentuh ujung rambut Lun, sebuah sengatan listrik kecil menyambar Jiao Yun. Gadis itu syok hingga ia jatuh terduduk dilantai.
Mendengar suara berisik, para tamu dan pelayan sigap memutar kepala mereka untuk melihat apa yang terjadi, betapa terkejutnya mereka ketika melihat Jiao Yun yang terduduk dengan wajah pucat berkeringat dan tubuh gemetar.
"no-nona Jiao?!"
"loh? loh? Jiao?"
"a.. apa yang terjadi??"
Semua kebingungan menatap Lun yang tengah memandangi Jiao Yun dengan sinis lalu kembali tersenyum manis, Jie dan Nuan kemudian datang dan segera membopong Jiao Yun untuk pergi dari sana.
"maafkan kami.. sepertinya nona Jiao sudah lelah dengan pestanya.. Saya dan teman saya akan membantunya sampai ke kamar, sekali lagi maafkan kami." dalih Jie.
apa apaan energi kuat itu? apa yang dilakukan Jiao Yun sampai sampai membuat tamu khusus nyonya murka begini?!' batin Jie bingung.
Sebelum keluar dari ruangan, Jiao Yun mendengarkan suara dari dalam kepalanya, seperti, sebuah telepati.
..."Jika kau berani menyentuh nona rubah ku, aku tak akan mengampuni mu."...
Buku kuduk Jiao Yun berdiri, masih bergeming ia melirik pelan Lun yang sedang tersenyum tipis padanya, merasa ketakutan, Jiao Yun berlari pergi meninggalkan Jie dan Nuan yang sudah berusaha untuk memapahnya.
apa yang dia lakukan?' tanya kedua senior itu heran.
"kak." bisik Nuan.
"apa?"
"apakah aku boleh libur?"
"tidak."
Setelah perbincangan singkat itu, mereka berdua masuk kembali dengan perasaan mental dan fisik yang tak terhitung lagi lelahnya.
...•...
...•...
...•...
...•...
...[ MOHON MAAF APABILA ADA KESALAHAN KATA MAUPUN TANDA BACA.]...
...[ TERIMA KASIH TELAH MEMBACA NOVEL INI~]...
...[ SAMPAI JUMPA DI CHAPTER BERIKUTNYA SEMUA! <3 ]...
^^^@Thara_tta (๑'ᴗ')ゞ^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments