Semua tamu mendengus kesal karena tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka juga tak bisa melakukan apapun, hanya dapat meneguk minuman di meja sudah termaksud beruntung.
"Jangan khawatir semua! Walau saya tidak bisa melayani kalian malam ini, masih ada satu orang lagi yang dapat menghibur kalian!" kata An tiba-tiba, membuat suasana kembali hangat.
Kemudian gadis itu ditarik menepi oleh Jie dan Nuan, tampak dengan jelas keringat dingin keluar di seluruh tubuh mereka.
"An! Apa yang kau lakukan? Kita tidak punya penari lain selain kau!" bisik Nuan dengan kesal.
"Untuk hal ini aku setuju dengan Nuan. Bagaimana kita bisa membuat para tamu kembali bergembira sekarang...?" Jie menarik nafas panjang, ini adalah pertunjukan pertama yang ia lewati dengan banyak cobaan.
"Apanya yang bagaimana? Kita kan masih punya dia." An mengangkat kedua bahu acuh.
"Dia?!" seru kedua senior itu bersamaan.
"Benar, dia." gadis itu kembali memasang senyum jahat diwajahnya.
Lantas Nuan langsung maju dan mencengkram kuat kedua lengan An, "Apa kau sudah gila?!" seru Nuan dengan keras.
Jie sontak terkejut dengan tingkah Nuan yang menjadi suka seenaknya.
"Kenapa kau marah Kak? Bukankah itu adalah pemecah masalah untuk saat ini?" tanya gadis itu heran.
"Kau lupa ya?! Kak Jiao itu sedang dihukum! Apa kau mau melihat nyonya menambah hukuman kak Jiao?!" bentak Nuan emosi.
"Ah, ternyata dia salah satu fans fanatik Jiao Yun." batin An sambil menyeringai.
"Hah, kau memikirkan hal tak berguna ya, Kak." desah An memasang tampang lelah.
"Bukankah kesenangan pelanggan lebih penting sekarang? Nyonya Kai adalah orang yang menjunjung tinggi pelanggan, yang tentunya sudah membayar." lanjutnya sembari melepas cengkraman tangan Nuan.
"Dia akan marah jika satu, tidak. Bahkan banyak pelanggan yang tidak puas dengan pertunjukan malam ini. Apa kau mau menanggung kemarahan itu?" An tersenyum pahit.
"Ta--tapi, tetap saja," Nuan yang salah tingkah menjadi bimbang oleh perkataan An.
Dia memang mengidolakan Jiao Yun, tapi bukan berarti dia mau mengorbankan kesehatan mentalnya hanya untuk mendengar nasehat panjang dari nyonya Kai, An tersenyum cerah karena beranggapan Nuan masih bisa memakai otak kecilnya itu.
Nuan lalu melirik Jie, berharap jika dia memiliki ide lain untuk permasalahan ini. Tapi tampaknya Jieru setuju dengan ide si bungsu mereka.
"Hm, tampaknya kita memang harus memanggil Jiao Yun." ujar Jie yang kemudian memalingkan wajahnya, seakan menghindari kenyataan, bahwa dia tidak mematuhi perintah nyonya Kai untuk tidak membiarkan Jiao Yun keluar.
"Ka--Kak? Kau tidak serius kan?" Nuan masih berharap agar Jie mencari cara lain untuk menghentikan permasalahan ini.
Entah karena masih kesal dengan Nuan atau tidak mau membuat para tamu menunggu, Jieru langsung meminta salah seorang pelayan untuk memanggil Jiao Yun dan mengabaikan tatapan Nuan padanya.
Kedua orang itu tak menyadari, bahwa ada seseorang yang sangat senang dengan keributan yang mereka alami.
"Berhasil!" sorak si rubah bertopeng dalam hati.
"Nah, karena permasalahan selesai, aku mau pamit ya Kak. Tamuku sudah menunggu." An melambaikan tangannya dan pergi meninggalkan mereka.
Dengan perasaan senang, ia berbalik lalu mengambil sebuah arak terbaik yang telah disiapkan, bergegas menuju meja tamunya.
"Permisi Tuan, sesuai janji saya... Saya akan melayani Anda sampai Anda merasa puas!" seru An memampangkan senyum palsunya.
"Ah, benar. Aku sudah menunggu hal itu Nona... " balas pria bertopeng itu seraya menekankan salah satu ucapannya.
"Huh? Dia seakan berkata bahwa aku terlalu lama menghampirinya begitu?" An merasa jika dia baru saja ditusuk dengan sebilah pedang.
Tanpa panjang lebar, gadis itu kemudian menuangkan minuman tersebut ke dalam gelas sang tamu.
"Silahkan Tuan... Ini adalah arak terbaik kedai kami, saya harap Anda menyukainya," ucap An dengan bangga.
"Tentu, aku akan menikmatinya." lelaki itu mengambil gelas dan meminumnya sampai tak bersisa.
An kini memandang tamunya lekat, seakan tatapan itu dapat menelannya sekaligus.
"Auranya memang kuat, tapi tidak sekuat tadi ya? Apa dia menghilangkan sebagian auranya karena takut jika aku merasa tidak nyaman?" pikir gadis itu bingung.
Sejak kehidupan pertama, kepekaan An memang sangat kuat. Hal ini juga adalah bagian penting untuk seorang pembunuh bayaran menanggapi kliennya.
"... Sepertinya itu cukup untuk menjelaskan bagaimana caranya gelangku bisa berbalik ke arah berlawanan dari yang kuinginkan... " batinnya masih tersenyum kecil.
"Apa alasan pria ini melakukan itu?" An kembali berpikir keras, tapi tak ada satupun jawaban yang dapat dicerna oleh otaknya.
Karena terlalu hanyut dalam pikirannya sendiri, An sampai tidak mengetahui jika pria yang ada dihadapannya kini juga menatap dia kembali. Dan saat gadis itu sadar akan tatapannya, hal itu sudah menjadi sesuatu yang tak berarti.
"Haha! Apa yang kau tatap sampai melamun seperti itu, Nona?" pria itu tertawa keras melihat tingkah An.
An menaikkan alisnya heran, dia tak bisa menebak apa yang sedang dipikirkan sang tamu. Karena terlalu banyak yang dipikirkan gadis itu, ia akhirnya memberi jawaban yang sangat melantur.
"Oh, hahaha... Sepertinya saya tersihir dengan rambut indah Anda." sahut An spontan.
Untuk beberapa saat suasana menjadi sunyi, keduanya sedang mencerna pernyataan sekilas yang terdengar sangat ambigu. Dengan cepat An mencoba untuk menjelaskan kesalahpahaman ini namun, tamu itu sudah tak membutuhkannya lagi.
"Dasar gadis gila! Apa yang baru saja aku katakan?!" An menjambak rambutnya sendiri dengan pelan.
Itu adalah kalimat paling menggelikan yang pernah dia katakan seumur hidupnya. Jika saja para anak buahnya mendengar ini, dia tidak akan bisa menahan malu sampai kapanpun juga.
"Jadi kau tersihir dengan rambut indahku?" pria itu memastikan sambil memegang rambutnya, dan kali ini dia sedang berusaha menahan tawa.
"I--Iya... " An menyahut dengan wajah tertunduk, saat ini ia sedang berpikir ada untungnya topeng rubah yang diberikan oleh Jieru.
Tak dielakkan, pria itu memang nyaris sempurna. Kulit putih bersih dan mulus, dengan tubuh gagah yang dibalut pakaian merah yang mewah, bibirnya juga seksi. Jiao Yun saja kalah jika dibandingkan dengannya.
Walau setengah wajahnya ditutupi oleh topeng, tak memungkiri jika wajahnya itu memang tampan.
"Apa yang kulakukan? Entah kenapa sekarang aku merasa bersalah karena sering mengatakan jika Hans itu jelek." batin An muram.
"Kalau begitu, apa kau mau menyentuhnya?" pria itu menawarkan.
"Ya, apa kata Anda barusan?" tanya An kaget.
"Kau bilang tersihir dengan rambutku kan? Bagaimana jika kau menyentuhnya? Mungkin bisa membuat sihir itu memudar." goda pria itu pada An.
"Dia pasti salah satu buaya darat populer di tempat asalnya, kalau saja aku bisa memukuli orang ini, tak akan kusia-siakan hal itu!" geram gadis itu, menatap sang tamu dengan jijik.
...•...
...•...
...•...
...•...
TERIMA KASIH BANYAK PADA PARA PEMBACA, NANTIKAN TERUS KELANJUTAN KISAH INI YAA!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments