"loh? An, kau sudah pulang? selamat datang!" sambut Jie dengan hangat ketika ia melihatku keluar dari pintu dapur.
"apa perasaan mu telah membaik?" tanyanya seraya mengatur persiapan pertunjukan malam ini.
"iya, lumayan.." sahut ku sembari membersihkan mulut.
"baguslah kalau begitu, kau menghilang seharian jadi kupikir kau tak akan datang. Ngomong ngomong kalau masih lapar minta saja bakpao yang dibuat lebih." ucap Jie yang masih fokus dengan persiapan nya.
hah? bagaimana dia bisa tau bahwa aku memakan makanan di dapur? tapi baguslah, jadi aku bisa makan lebih banyak sebelum menari nanti. Batinku berseri seri, tapi entah kenapa seperti ada penekanan disalah satu kalimat yang ia lontarkan.
"aha.. haha.. benarkah? kalau begitu aku pergi dulu." sahutku, lalu aku pergi lagi ke dapur untuk mengambil makanan yang berlebih itu, sayang kan bila dibuang? jadi lebih baik ku makan. Lagipula tubuhku sekarang sedang dalam masa pertumbuhan, harus diberi banyak vitamin.
Sewaktu sedang sibuk mengunyah makanan, aku bisa merasakan aura kebencian yang amat kental di sekitarku,"hm, sudah lama tak ada yang mau membunuh ku selain si Jiao. Kali ini siapa ya~?"
Kini mataku langsung mencari ke segala arah dan menemukan sumber dari tatapan yang membuatku tertantang itu. Tetapi, rasa tertantang ku pun semakin lama semakin layu. "cih! kupikir siapa. Ternyata hanya orang bodoh yang suka dimanfaatkan oleh orang lain." gumam ku pelan ketika melihat Ying yang saat ini sedang menatapku dengan lekat.
"apa dia disuruh oleh Jiao lagi? untuk membuatku tak bisa menari misalnya?" ketika memikirkan itu, rasa senang kini berputar putar di seluruh tubuhku.
Baiklah, bagaimana kalau kubiarkan? mungkin aku bisa patah kaki? atau lengan? oh! atau dapat berbaring di tempat tidur seharian? Nah, akan kubiarkan kau menatapku begitu, aku juga ingin melihat aksi pembunuhan kedua yang akan terjadi padaku.
Sementara aku sibuk berpikiran jahat, sebuah layangan tangan hinggap di pundak ku.
"An! kok bengong?" seru Jie heran.
"tidak kok, hanya membayangkan bagian gerak mana yang pas untuk lagu nanti." sahutku dengan girang.
"oh gitu, ya sudah! cepat habiskan bakpao yang ada dalam pelukanmu itu dan ikut aku untuk bersiap!" lanjut gadis itu bersemangat.
"huh? bersiap untuk apa?" kataku dengan terus mengunyah, Jie lalu tersenyum dan senyuman yang ia tampilkan telah membuat bulu kuduk ku berdiri tegap.
"apa ini? perasaan ku tidak enak." batinku.
**
"ah.. sudah kuduga kecemasan ku pasti selalu benar." gerutu An yang saat ini sedang didandani untuk pertunjukan.
"hei kak, tidak bisakah kakak menghentikan ini? ini melelahkan.." pinta gadis itu pada Jie yang sedang mengamati pekerjaan teman temannya.
"tidak bisa. Kau harus tampil dipertunjukkan spesial malam ini, jadi penampilan mu harus sempurna!" setelah mendengar perkataan Jie, An hanya menatap seniornya sinis dan terus mengumpat.
Setengah jam telah berlalu, dan berlalu pula keletihan yang dirasakan oleh An saat ini.
"Aah, benar benar melelahkan! aku bahkan tak tau kemana perginya energi bakpao yang ku telan." oceh gadis itu setelah para pelayan selesai mendandani dirinya. Jie kemudian mendekat dan memberikan sebuah topeng rubah putih setengah wajah pada An.
"nih!"
"apa itu? apa aku wajib memakai benda ini?" tanya An dengan menunjuk topeng itu tidak suka.
"iya, karena malam ini bertema [topeng Kekaisaran] jadi kau harus memakainya." lanjut Jie.
"mirip."
"iya deh kupakai." An mengambil topeng itu dengan enggan dan kini memandanginya seolah sedang mengenang sesuatu, setelah puas menatap topeng itu ia pun menghela nafas panjang dan bergumam kecil.
"walau mirip tetap saja beda ya."
"kau bilang apa An?" tanya Jie dengan memiringkan kepala nya.
"tidak kok, kau salah dengar kali~" ledek An.
"masa sih? jelas jelas dia bilang sesuatu.." gumam Jie pelan, ia lalu menatap An yang kini sedang tersenyum pahit.
Jie pun secara spontan memeluk An dari belakang dan hal itu sontak membuat nya syok bukan main.
"H--hei! apa yang kau lakukan kak?! aku masih lurus! lepaskan!" geram gadis itu dengan wajah ngeri. Jie lalu menguatkan pelukannya setelah mendengar perkataan An.
"kau pikir aku belok?" katanya dengan senyum menakutkan.
"ti.. tidak.. hahaha... aku salah bicara.. kubilang cermin nya tidak lurus tuh! ha.. haha" seru An yang saat ini sedang dicekik oleh seniornya sendiri.
"oh, maaf ya berarti aku salah dengar. Dan, selamat karena telah mencapai tingkat dasar tahap ke 5." bisik Jie ditelinga An.
"aku jadi tak bisa melihat perkembangan mu deh, hah.. sedihnya." lirih si senior.
"ya."
"eh? sesingkat itu? padahal kupikir kau bakal berteriak padaku~" goda Jie pada An.
Setelah itu, ia pun dipanggil pelayan lain dan pergi untuk melihat persiapan acara. Tidak diketahui oleh Jie, wajah An sekarang sangat merah seperti tomat segar.
"sial.. karena ulahnya, dandanan ku jadi hancur." batin An geram.
Kemudian beberapa pelayan datang dan terkejut kesal karena melihat mahakarya mereka telah hancur sebelum acara, mereka pun mengulang kembali penyiksaan yang lebih kejam dari sebelumnya. Hingga sang penari kini hanya memiliki 10% dari nyawanya.
Selang setengah jam kemudian, acara yang telah ditunggu tunggu di kota Chengse, bahkan di seluruh Kekaisaran akhirnya dimulai.
Dan semua tamu mulai berdatangan di kedai Wuca kota Chengse yang terkenal hanya untuk melihat seorang penari baru yang katanya mirip bidadari dari kayangan. Semua orang datang, tak terkecuali beberapa orang yang akan menjadi awal dimulainya masalah untuk kehidupan tenang sang penari kayangan.
...•...
...•...
...•...
...•...
...[ MOHON MAAF APABILA ADA KESALAHAN KATA MAUPUN TANDA BACA! ]...
...[ TERIMA KASIH TELAH MEMBACA NOVEL INI ]...
...[ SAMPAI JUMPA DI CHAPTER BERIKUTNYA<3 ]...
^^^@Thara_tta (๑'ᴗ')ゞ^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Ririn Santi
dasar an lebay😁😁😁
2024-03-01
0
Kienoy7
mantaaaap
2022-09-21
0