Acara tersebut dimulai dengan penuh kata sambutan oleh sang moderator, acara yang bisa dibilang relatif sederhana tapi terkesan glamor ini memiliki peraturan khusus.
"Sekali lagi saya ingatkan, para tamu sekalian wajib memakai apapun yang dapat menutup wajah kalian. Tentu kami tak akan memaksa, tapi ini kami lakukan untuk menyelamatkan diri kalian sendiri." sang moderator mengancam dengan menutup mulutnya menggunakan telunjuk, lalu tertawa.
"Menyelamatkan diri ya... Merahasiakan identitas memang hal utama bagi para penikmat acara ilegal, akan gawat jika tersebar secara global kan," Kristina kemudian memakai sebuah topeng rubah yang diberikan Hans dan segera mengambil tempat secara acak.
"Sekali lagi saya ucapkan terima kasih kepada para tamu sekalian yang telah datang untuk memeriahkan acara sederhana kami!" pria itu berseru lantang, menggemakan suaranya ke segala arah.
"Tanpa berlama-lama lagi, mari kita mulai acara yang telah lama kita tunggu ini!" lanjutnya bersemangat.
Lelang dimulai, dan sesuai dugaannya, wanita itu sama sekali tak menyukai acara jual beli.
"Sepertinya aku terlalu berekspektasi tinggi tentang lelang kali ini." protesnya, ia langsung berdiri dari tempat duduk dan bersiap untuk melangkah pergi.
Langkah Kristina terhenti sejenak ketika dia merasa bulu kuduknya merinding akan sesuatu, tetapi itu tak menghentikan niatnya untuk pergi dari lelang tersebut.
Baru saja dia sampai ke pintu keluar, langkahnya kembali terhenti karena dia mendengar sebuah bisikan yang terus diulang oleh seseorang, bisikan yang terus memintanya agar berbalik untuk melihat apa yang ada di belakang.
"Tuan... Maafkan aku... Tuan, kumohon jangan tinggalkan aku! Bawa aku bersamamu... " rintih bisikan itu berulangkali.
Suara berat nan sayup itu terus berbisik di telinganya, "Siapa?" gumam wanita itu keheranan.
Karena rasa penasaran yang tinggi ia menoleh dan kembali tercengang, sebab dia tak melihat orang yang mencurigakan. Melainkan hanya melihat sebuah topeng *Oni yang memiliki sebuah tanduk panjang berwarna emas tepat di tengah panggung, sebuah topeng yang disimpan dalam wadah kaca yang dikunci dengan rantai besi.
"Baiklah semuanya, Ini adalah barang terakhir yang akan menjadi penutup lelang pada hari ini! Sebuah topeng keramat dari Dinasti yang hilang! Terkejut bukan? Konon katanya, topeng ini memiliki pikiran tersendiri untuk memilih siapa yang berhak menjadi pemiliknya! Mari kita mulai penawaran harga dengan 50$!" jelas moderator dan segera memberi penawaran.
Para tamu berlomba-lomba memenangkan topeng itu, banyak yang memberi harga untuknya, mulai dari 100$ hingga 500$. Bahkan pria di atas panggung itu tak menyangka jika orang-orang itu akan tertarik dengan topeng yang sedang dipamerkan ini.
"Dasar para orang kaya gila, hanya karena topeng, mereka seperti akan bertengkar dan saling membunuh... " gumam sang moderator tertawa, wajahnya tampak tersenyum lebar melihat pertikaian itu.
"Eh? Kenapa... Aku bisa mendengar ucapannya?" racau Kristina bingung karena mendengar segala ucapan dari orang di sana, tak hanya teriakan mereka, gumaman dan bisikan mereka juga terdengar, bahkan suara mesin kapal terdengar jelas di kepalanya.
Kala itu dia tak terlalu memperhatikan, ia juga seolah terhipnotis dengan topeng yang ada di atas panggung itu, "Ahh... Aku harus mendapatkan topeng itu." gumam Kristina.
Tak lama setelah itu lampu tiba-tiba mati dengan sendirinya, para tamu mulai merasa panik dan ketakutan. Petugas kapal yang sedang berjaga merasa heran dan mencoba untuk menghidupkan kembali penerangan mereka.
Beberapa menit kemudian, lampu berhasil dinyalakan dan keributan kembali melanda.
"TOLONG! MODERATOR ITU DIBUNUH! MEREKA DIBUNUH!" seorang tamu yang berada di dekat panggung berteriak histeris, ada juga beberapa wanita kaya yang pingsan setelah melihat pemandangan mengerikan di depan mereka.
Kaca yang menjadi tempat disimpannya topeng itu pecah, rantainya terjatuh ke lantai bersama dengan pecahan kaca. Darah segar mengalir dari atas panggung, lantai emas panggung dihiasi beberapa anggota tubuh sang moderator juga para pelayannya, hal itu terjadi dengan sangat singkat, sayatan pada tubuh jasad itu terbilang rapi untuk pembunuhan yang terjadi secara tiba-tiba.
Sewaktu semua orang dilanda kepanikan, satu orang diantaranya menyadari bahwa topeng keramat itu telah hilang dari tempatnya dan berinisiatif untuk mencari topeng itu.
Beberapa menit kemudian, di haluan kapal yang menjadi pusat tontonan para tamu. Terlihat seorang pria yang sedang berdiri memandangi laut malam, dia memegang sebuah topeng ditangannya. Tubuh Pria itu mengeluarkan aroma darah yang amat pekat, bahkan semua orang enggan bertanya apa yang terjadi dengannya.
"Aku tak mengerti, apa pemerintah juga memerlukan sebuah topeng kuno untuk mengurus Negara?" sindir Kristina yang masih mengenakan topeng rubah sekaligus mengarahkan pistol ke arah pria itu.
"Hm, apa maksudmu? Selama ini pemerintah telah mengurus Negara dengan baik, mereka hanya butuh sedikit keseruan." jawab pria itu seraya memutar tubuh untuk melihat lawan bicaranya.
"Sudah lama kita tak bertemu ya... Teman kecilku?" lanjut pria itu tersenyum pahit.
Kristina mengerutkan keningnya, "Semua ucapanmu itu masih saja omong kosong Reihan. Aku sempat terkejut karena mengira kau telah berganti profesi menjadi seorang pelayan kapal." sindir wanita itu lagi.
"Hahaha! Aku melakukannya hanya untukmu Tina. Lalu, kau tak perlu berbicara formal denganku, aku bersyukur karena masih bisa melihatmu untuk yang terakhir kalinya..." ucap pria itu lirih.
Kristina tetap tak menjawab dan bersiap untuk menembak, "Buang topeng itu dan pergilah dari sini." balasnya geram.
"Bukankah... Aku yang harusnya mengatakan itu padamu?" gumam pria itu dingin.
Tiba-tiba sebuah belati melesat dan hampir mengenai wajah Kristina, untungnya dia dengan cepat menghindar dan serangan itu hanya mengenai topeng rubah miliknya. Dia lalu melepas topeng itu dan melemparnya ke lantai.
"Ini hanya akan menghalangi jarak pandangku." racau wanita itu bersemangat.
"Ah... Wajahmu masih tetap cantik seperti dulu Tina... " Reihan tertawa girang.
"Brengsek!" gerutu Kristina kesal.
"Maaf atas perlakuan anak buahku yang kurang ajar itu, tapi jika tak seperti ini kau tak akan mau memperlihatkan wajahmu padaku, kan?" jelas Reihan sambil berjalan menghampiri Kristina.
Ketika sudah berada di jarak yang dekat, dia merogoh sakunya dan memberikan sebuah sapu tangan pada gadis didepannya itu.
"Katakan saja apa yang kau mau, kau bisa saja membunuhku secara langsung jika kau ingin... Benar?" cetus Kristina tanpa menerima sapu tangan pemberian Reihan tersebut.
"Benar, dan asistenmu yang bodoh itu juga pasti akan langsung menembak kepalaku jika aku melakukannya... " bisik lelaki itu lalu memutar netranya malas.
Kristina merasa heran dan mulai mengamati sekitarnya, dia hanya melihat para tamu yang ketakutan dan beberapa agen yang sedang bersiap untuk menembak sembari menunggu perintah namun, pada saat wanita itu mendongak, dia melihat ada lima helikopter.
Jarak helikopter itu cukup memungkinkan untuk menembak semua orang di atas kapal seperti menembaki seekor semut, terlihat di helikopter paling depan seorang pria gagah yang tengah berusaha menahan emosi juga egonya untuk melakukan itu semua, Hans.
"Oh? Dasar orang-orang bodoh... " gumam Kristina lega dan agak terpukau, dia sangat mengerti tentang Hans, karena baginya Hans adalah orang yang keras kepala dan memiliki tempramen yang buruk.
"Bagaimana dia bisa menahan emosinya itu?" pikir Kristina masih terkesima.
"Tentu dia bisa melakukannya, karena di kapal ini ada orang yang berharga baginya." celetuk Reihan yang membuat wanita itu kembali memasang wajah sinis.
"Aku ulangi untuk yang terakhir kalinya, apa yang kau mau, Anjing pemerintah?" geram Kristina yang kini kembali menodongkan pistol ke arah kepala Lelaki itu.
"Baiklah jika kau memang ingin tahu, menyerahlah Tina, kau sudah melewati batasmu dengan membunuh orang-orang itu. Jika kau mau menyerahkan diri, aku yang akan menjelaskan semua yang telah kau perbuat. Kepada pemerintah, bahkan semua orang."
pinta Reihan pada Kristina dengan wajah memohon yang menyedihkan disertai dengan raut wajah bimbang.
"Bagaimana jika aku tak mau? Lagipula, menjelaskan? Bukankah pemerintah harus berterima kasih karena aku telah menjalankan semua kewajibanku dengan penuh suka cita?" sahut Kristina.
"Kau pikir mudah membunuh saingan politik yang sedang dalam masa hangatnya?" sambung wanita itu memanasi.
Reihan menghela nafas panjang dan kembali menatapnya lekat, "Kalau itu jalan yang kau pilih, maka dengan berat hati aku harus membawamu secara paksa."
Lelaki itu dengan cepat merebut pistol Kristina dan memukul bahunya. Serangan kejutan itu dengan mudah dibalas oleh Kristina yang langsung memukul perut bagian bawah Reihan, kemudian ia menekuk tangan lelaki itu ke belakang hingga terjatuh.
Terdengar juga Reihan yang meringis kesakitan karena gadis itu memelintir tangannya ke belakang. Kristina kembali menodongkan pistolnya ke kepala Reihan yang kini berada dibawahnya.
"Kau kalah." ucap Kristina bangga.
"Kau yakin? Tina, apa kau tahu, pemerintah sangat ingin membuatmu mati dengan cara apapun, walau harus mengorbankan nyawa orang lain." gumam pria itu sebelum akhirnya menyeringai puas.
"Apa maksudnya?" batin wanita itu berusaha untuk mencerna perkataan yang baru saja diucapkan oleh Reihan, sampai pada akhirnya ia menyadari sesuatu.
"Senang bisa mengenalmu, Kristina Haelly!" seru Reihan melotot tajam ke arah Kristina.
"KALIAN GILA!" geram Kristina tak percaya, dia menyadari bahwa para agen yang sedari tadi menunggu komando, bukanlah untuk menembakinya, melainkan untuk mati bersamanya.
"Bau mesiu... " gumam wanita itu merinding.
Di saat Kristina ingin berteriak sekuat tenaga kepada para anak buahnya untuk segera pergi dari atas kapal, tiba-tiba semua bom meledak.
Tepat sewaktu dia sedang berusaha menyelamatkan orang orangnya, dan karena hal itu, Kristina merasa jika dia menyeret semua orang untuk ikut mati bersama dengannya.
Mata wanita itu terpejam saat ledakan, semuanya terjadi dengan sangat cepat. Sekarang saja dia tak menyadari jika laut sudah menelan semuanya.
"Apa... Yang telah kulakukan?"
"Kenapa aku tak bisa menyelamatkan mereka?"
"Kenapa aku bisa menjadi lengah?"
Suara Kristina tak bisa keluar, ia menumpuk segelintir pertanyaan di kepalanya, apa yang terjadi? Bagaimana dengan orang-orangnya? Apa tak ada yang selamat? teriakan keputusasaan memenuhi pikirannya.
Pandangan Kristina mulai memudar, langit berawan yang sempat dia lihat menghilang saat laut menelannya perlahan. Kegelapan dan kesunyian juga ikut melahapnya, tubuhnya mati rasa sangking dinginnya.
Tangan kecil yang tak lagi lengkap itu mencoba menggapai bulan yang semakin pudar, perlahan darah menutup pandangannya. Saat ini dia terus berpikir, kenapa dia dilahirkan? Mengapa setiap jalannya dipenuhi petaka?
Mencoba bahagia lagi dan lagi, walau tahu semuanya akan gagal adalah pernyataan terakhir yang dia pikirkan.
"Apa yang harus kulakukan agar dunia mau menerimaku?" batin Kristina sambil memejamkan matanya.
Tanpa disadari oleh wanita itu, dia menerima kematian yang berada di depan mata. Tubuhnya jatuh semakin dalam dengan puing puing kapal dan beberapa jasad orang yang tak lagi lengkap seperti dirinya.
"Benar, kalau aku mati... Semua orang akan hidup dengan damai kan? Setelah dipikirkan lagi lebih baik mati di laut daripada mati didepan orang-orang munafik itu... " batinnya sambil mencoba membuka matanya sebentar.
Ketika Kristina hampir tak dapat melihat lagi, secercah sinar ungu kegelapan yang awalnya tak ada di sana terlihat, cahaya itu melintasi langit dengan cepat, cahayanya mengalahkan cahaya bulan yang semakin buram dimatanya.
"Apa itu?" wanita itu menatap cahayanya dengan cermat untuk terakhir kali, cantik. Itulah kata pertama dan terakhir yang cocok dengan cahaya ini.
*Oni : Makhluk jahat dan menakutkan yang dipercaya memiliki kekuatan supranatural, dalam kepercayaan Jepang.
TERIMA KASIH BANYAK PADA PARA PEMBACA, NANTIKAN TERUS KELANJUTAN KISAH INI YAA!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Kienoy7
awal yg bagus....lanjuuuut
2022-09-21
0