"Setelah melihat semua orang ini aku jadi semakin yakin, bahwa aku sudah gila." begitulah yang sedari tadi dipikirkan oleh Kristina.
"Siapa namamu?" gadis itu bertanya dengan malas, dia mau langsung ke intinya, tapi sepertinya akan sedikit menyusahkan.
Gadis bermata putih keabu-abuan yang sedang bersimpuh dihadapannya itu menjawab, jelas sekali mulutnya sudah terbuka dan bicara, tapi ada satu hal yang sudah dilupakan oleh Kristina.
"Apa? Kau bilang apa?" tanyanya lagi pantang menyerah.
Gadis berambut cokelat itu juga sama tekadnya, dia terus mengoceh dengan bahasa yang sama sekali tak dipahami oleh Kristina.
"Gawat, aku lupa kalau aku tak mengetahui apapun tentang tempat ini!" gadis itu bergumam lirih menatap tanah.
Untuk beberapa menit ia menunduk dan merenungkan sesuatu, dia terus mencoba memutar otaknya. Namun, hasilnya tetap menuju jalan buntu.
"Apa yang harus kulakukan, aku tak mengerti sama sekali... " batinnya pasrah ingin berteriak dan menggila.
Kristina terus memikirkan cara agar dapat memahami perkataan gadis itu. Hingga tiba-tiba sekelebat ingatan bak roll film yang buram masuk ke dalam inti otaknya.
"Oh... Apa ini?" Kristina mengangkat kepalanya dan kembali bertanya pada gadis itu.
"Siapa, namamu?" tanya Kristina dengan penuh harapan agar gadis itu mengerti ucapannya.
"Na--namaku... Niu." gagap gadis yang ada dihadapannya itu sembari menelengkan kepalanya bingung.
"kenapa gadis hantu itu terlihat senang?" batin Niu heran.
"Aku berhasil!" seru Kristina dengan penuh kegembiraan, akhirnya dia dapat menginterogasi gadis yang ada dihadapannya ini tanpa hambatan sedikitpun.
"Ekhem! Baiklah, jadi Niu... Apa kau tahu dimana ini?" tanya gadis itu masih berbunga-bunga.
"Maaf? I--ini di Kota Chengse... " sahut gadis itu hati-hati.
"Apa? Wilayah mana itu?" Kristina kembali bertanya sembari mencoba mengingat jikalau ada peta tentang wilayah yang ia pijak sekarang.
"Padahal kau hantu, bagaimana bisa kau tak mengetahuinya? Tentu saja ini di Kekaisaran Heng bagian Barat!" seru gadis itu dengan penuh kebanggaan.
"Apa? Hantu? Aku?" batin Kristina sedikit kesal.
"Kekaisaran Heng, ada di mana Kekaisaran ini?" gumam Kristina.
"Kalau begitu aku akan tanya sekali lagi, lalu kau boleh pergi. Tahun berapa sekarang?" ucap gadis itu agak waspada.
"Mungkin sekitar tahun 1370, apa sekarang aku sudah boleh pergi?" gadis itu melirik Kristina yang kini hanya diam memandangi nya.
"Pergilah. Tapi kau harus ingat, tidak ada yang boleh tahu bahwa aku melakukan semua ini." ancamnya pada sosok mungil yang kini kembali menciut itu.
Niu pun mengangguk dan segera berlari meninggalkan Kristina yang masih diam di atas tumpukan orang-orang yang tadi bersamanya.
"1370 ya... Berarti Dinasti Ming. Namun, memangnya ada Kekaisaran yang bernama Heng?" sebuah perkataan kecil kini kembali hinggap ke ingatannya.
..."Saya mendapat kabar bahwa barang yang dilelang adalah hasil temuan dari Dinasti Timur yang hilang."...
"Ah... Aku sampai lupa karena perkataannya hampir tak ada yang benar, sekarang semuanya jelas sudah." batin Kristina seraya mengangguk anggukkan kepalanya.
"Bukankah dia bilang Dinasti Timur? Ini kan di Barat." ia merenung untuk sesaat, dan kembali berpikir bahwa itu adalah sesuatu yang bukan urusannya.
"Ya sudahlah, itu tak ada kaitannya denganku, apa sekarang jalan-jalan saja ya... " lanjutnya lalu turun dari tubuh para gadis dan kakek tua itu.
Walau telah berpindah kehidupan, dia seperti tidak menghiraukan apapun, apa karena ambisinya lebih besar dibandingkan dengan hatinya? Mungkin dia harus mulai memikirkannya sendiri sekarang.
"Apa sebelum pergi, aku harus mengganti pakaianku dulu?" Kristina mengendus endus baju yang dia kenakan, dan aromanya sangat tidak bersahabat.
"Aku seperti tak mandi selama setahun, baunya seperti obat kadaluwarsa! Apa karena sudah lama terkubur ya?" Kristina lalu membalikkan badan dan memandangi beberapa orang yang sedang pingsan dibelakangnya.
"Karena kalian telah membuatku repot, jadi tak masalah jika aku meminta tarif atas itu kan?" ucapnya dengan seringai jahat, ia lalu mendekati salah satu perempuan yang tergeletak dan segera mengambil pakaian yang dikenakan olehnya.
"Yosh! Ayo pergi!" Kristina menuruni bukit dengan melewati jalan setapak yang sepertinya dibuat oleh warga, entah apa alasan warga membuat jalan di sana, karena yang ada di bukit itu hanyalah hutan yang tak memiliki keistimewaan sama sekali.
Belum lima menit gadis itu pergi dari tempatnya, terlihat di atas sebuah pohon besar, seseorang sedang mengamati dengan tersenyum tipis, orang itu lalu mulai tertawa lantang di sana.
"Haha! Astaga, pemandangan yang amat jarang terjadi ya? Apa aku harus melaporkannya pada beliau?" gumam sosok itu memperhatikan Kristina yang mulai menghilang dari pandangannya.
"... Sepertinya tidak usah, lagipula seekor harimau kecil harus dibesarkan baru bisa membuat keributan bukan?" orang itu kemudian menghilang dengan cepat, seolah tak pernah ada orang di sana.
"Kupikir, ini hanyalah kota kecil, siapa yang menyangka bahwa ini adalah sebuah kota yang cukup besar." gumamnya takjub.
Ketika Kristina menuruni bukit, dia langsung disambut dengan kilauan lampion warna warni yang berada di setiap sudut kota.
"Wah, apakah ada festival disini? Kenapa semua orang terlihat sibuk?" ucap Kristina yang masih terpana memandangi lampion lampion itu.
"Jika di tempatku, sudah jarang terlihat lampion warna warni begini."
"Hei Anak muda! Kemarilah!" teriak seorang pria yang sedang menikmati minumannya.
Kristina lalu menghampiri pria itu dan pria itu menyuruhnya untuk duduk sebentar, "Nak, apa yang kau lakukan malam malam begini di bukit hah?" katanya dengan nada curiga.
"Tadi ada seorang kakek yang mengajakku pergi ke sana Paman, dia bilang akan memberiku uang jika ikut, tapi dia malah tertidur dan tidak memberiku uang sama sekali, jadi aku pulang saja." jelas Kristina panjang lebar.
"Aku harus ingat jika sekarang aku hanyalah gadis kecil yang tak tahu apa apa tentang kejahatan." pikirnya.
"Apa?! Pasti ini ulah orang yang suka pergi ke rumah bordil sialan itu." gerutunya dengan sesekali cegukan.
"Rumah bordil?" potong gadis itu.
"Iya, disini ada rumah bordil yang cukup terkenal sampai Ibukota, walau begitu karena di bagian bawahnya adalah kedai makan, banyak sekali pria pria sepertiku yang beralasan ingin ke sana untuk makan, padahal mau melihat para wanita di sana." lanjut paman itu berbelit belit.
"Mungkin karena efek mabuk jadi bicaranya aneh." tegas Kristina dalam hatinya.
"Ngomong-ngomong Paman, kenapa disini ramai sekali? Ini sudah larut, kan?" tanyanya penasaran.
"Oh kau tidak tahu? Tiga hari lagi akan ada festival untuk merayakan ulang tahun Kekaisaran."
"Begitu ya, kalau begitu aku izin pamit dulu ya Paman." ucap Kristina yang ingin cepat pergi dari sana.
"Ha? Oh ya, tapi kau harus hati-hati mulai sekarang ya, jangan langsung tergiur dengan sesuatu yang belum pasti!"
"Iya, terima kasih nasihatnya Paman," Kristina membungkukkan badannya dan berlari kecil meninggalkan pria itu.
Setelahnya gadis itu kembali berjalan dan sepertinya dia sangat menikmatinya, matanya terus melihat ke sana kemari seakan tak mau melewatkan satupun.
Lalu dia melihat sebuah keramaian di depan bangunan besar nan indah dan memiliki papan nama berlapis emas, yang bertulis [ Kedai Wuca ], karena penasaran ia mendekati kerumunan yang sedang berdesakan seakan menunggu sesuatu itu, dan bertanya pada salah satu pelanggan di sana.
"Permisi Paman, apa yang sedang terjadi disini?" tanyanya pada pria itu.
"Kami semua ingin melihat nona Jiao Yun menari! Tapi mereka malah menunda nunda terus!" jawab pria itu dengan nada kesal.
"Padahal kami sudah membayar mahal untuk melihat nona Jiao!" lanjut orang yang berada di samping pria itu.
"Oh, jadi karena itu kalian memenuhi ruas jalan begini?" gumam Kristina dengan nada mengejek.
"Hah? Kau bilang apa tadi?" balas pria yang sedang emosian disampingnya.
"Aku tak bilang apapun tuh? Kalau begitu semangat ya Paman sekalian!" Kristina langsung pergi ke kerumunan yang ada di depan, dan melihat para pelayan kedai yang tengah bersusah payah menenangkan para tamu yang sedang emosian ini.
"Maafkan kami Tuan, tapi nona Jiao sekarang sedang tak bisa menghibur kalian dulu... Tolong pengertian kalian semua." bujuk salah seorang pelayan wanita pada mereka.
"kami mohon jangan membuat kekacauan dan pergilah dari sini... " pinta pelayan lain ketakutan.
Mendengar ucapan para gadis pelayan itu, semua tamu makin menjadi jadi dan mengancam akan menghancurkan kedai bila si nona Jiao tidak keluar dan bicara langsung pada mereka.
"Kau pikir 100 Dang itu adalah harga yang murah?!" teriak seorang pria kesal.
"Dimana pemiliknya?! Kami ingin uang kami kembali!" sambung tamu lain yang juga ikut geram.
"Cepat bilang pada nona Jiao untuk bicara pada kami!" pinta beberapa tamu lain bersamaan.
Tidak lama setelah itu, satu orang pelayan maju ke depan dan angkat bicara terkait permasalahan yang terjadi sekarang.
"Kami mohon maaf apabila tamu sekalian ini marah karena pelayanan kami yang kurang sopan, akan tetapi penari kami saat ini sedang sakit. Jika kalian memaksakannya untuk menari, apa kalian mau melihatnya sekali saja?" jelas pelayan senior itu profesional.
"Luka pada kakinya bisa saja terbuka dan bisa mengakibatkan pengobatan nona Jiao menjadi lebih lama dari perkiraan." lanjut gadis pelayan itu kepada para tamunya.
"Ah, Kak Jieru! Syukurlah Kakak datang!" haru para pelayan yang sudah kelelahan.
"Untunglah Kakak datang, kami mohon tolong kami!" balas pelayan lain.
Sewaktu mendengar penjelasan dari Jieru, orang orang mulai menurunkan emosi mereka dan menjadi sedikit lebih tenang.
"Jadi, apa yang harus kami lakukan sekarang?" tanya salah satu tamu.
"Kami sekarang sedang berusaha mencari penari pengganti untuk menjadi hiburan sementara bagi para tamu yang telah membayar, karena sulit untuk mencari orang yang cocok, jadi kami harus memakan sedikit waktu untuk mencarinya." balasnya tenang.
"Apa syarat untuk menjadi penari pengganti itu?" tanya seorang gadis dari balik kerumunan.
Semua orang kini mencari sumber suara dan langsung melihat ke arah Kristina yang sedang mengangkat tangannya.
"Itu, tak ada hal khusus kok, yang terpenting dia memiliki bakat untuk menari dengan indah." sahut gadis bernama Jie pada Kristina.
"Apa yang gadis ini pikirkan? Dia kira dia akan menenangkan situasi jika bertanya hal seperti itu?" batin Jie bingung.
Kristina tersenyum dan kembali bertanya dengan santai, "Apa ada upahnya?"
Hal itu membuat beberapa pelayan merasa kesal atas sikapnya.
"Siapa sih bocah itu, padahal situasinya sedikit tenang sekarang, apa dia mau menambah masalah?" batin mereka kesal.
Jie sendiri tercengang atas pertanyaan yang dikatakan oleh Kristina, tetapi ia masih berusaha bersikap selayaknya senior yang bisa diandalkan.
"Tentu ada upahnya, tapi sepertinya kam---" belum sempat melanjutkan perkataannya, dia langsung dibuat terkejut kembali karena jawaban yang diberikan gadis itu.
"Kalau begitu aku saja, walau aku tak terlalu cantik, yang penting ada bakat kan?" sahut Kristina dengan aura percaya diri yang menyelimuti dirinya.
Mereka hanya terdiam melihat tingkah bocah yang entah muncul dari mana itu.
TERIMA KASIH BANYAK PADA PARA PEMBACA, NANTIKAN TERUS KELANJUTAN KISAH INI YAA!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
anggita
kasih hadiah tonton iklan buat author.
2024-02-29
0