An pernah berpikir, setelah kejadian malam itu Jieru tak akan menggangu dia lagi, tapi tampaknya dia salah, sang senior malah terus mengawasinya seharian penuh.
"Sialan, apa dia tak ada pekerjaan lain?" batin gadis itu merinding karena merasakan keberadaan Jie tak jauh dari tempatnya.
"Kau kenapa An, sakit?" tanya salah seorang senior yang saat ini sedang mengajaknya untuk berkeliling. Dia adalah Nuan, gadis itu berkata kalau berkeliling akan membuatnya lebih nyaman.
"Aku baik Kak Nuan, hanya kagum dengan lukisan yang sangat indah ini." elak An cepat.
Nuan terkekeh pelan mendengar jawaban adik barunya itu, wajahnya saat tersenyum sangat manis dan menenangkan, matanya menghilang dengan senyum yang terukir pada wajahnya.
"Kau merasakannya juga? Semua lukisan ini memiliki maknanya tersendiri, katanya nyonya Kai lah yang melukisnya, dia juga pintar meramal." ucap Nuan membanggakan tuannya.
An membalasnya dengan senyum kecil dan mereka melanjutkan perjalanan setenang mungkin, gadis itu melihat semuanya dengan seksama. Kedai Wuca ini ternyata lebih luas dari yang bisa dilihat di luar, satu lantai saja seperti mengelilingi stadion sepak bola.
Kedai ini memiliki tiga lantai, lantai satu dipakai untuk tempat makan, lantai dua adalah rumah bordil juga tempat berpesta, dan lantai tiga adalah tempat para pelayan beristirahat sekaligus ruang istirahat dari pemilik kedai.
Setiap lorong memiliki lukisannya tersendiri, kalau dihitung semua lukisan itu mencapai 25 buah, mungkin juga lebih dari itu.
Setelah berkeliling dan sampai di lantai ketiga, tepat di depan pintu kamar milik nyonya Kai.
An melihat sebuah lukisan yang menurutnya tidak biasa, sebuah lukisan yang memperlihatkan mata merah besar berada ditengah kekacauan, api menjalar di segala arah, manusia dilanda ketakutan dan keputusasaan. Di paling ujung bawah lukisan, terdapat seseorang yang memakai topeng memperhatikan orang-orang yang sedang ketakutan itu.
"Mata merah, yang disekelilingnya dipenuhi kobaran api dan, manusia bertopeng?" pikir An masih menatap lekat lukisan.
Tiba-tiba Nuan menepuk pundak gadis itu dan mengajaknya untuk pergi, "Ayo kembali, nanti kita dicari yang lain, sudah lihat semuanya kan?"
"Topeng itu tampak tak asing... " An mencoba mengingat sesuatu yang dia lupakan.
"Iya, terima kasih sudah mengajakku berkeliling Kak." ujar An senang dan melirik sekilas lukisan itu sebelum benar-benar pergi dari sana.
Kemudian, mereka kembali dan membantu yang lain untuk menyiapkan beberapa keperluan para tamu sampai sore hari tiba.
Beberapa jam berlalu, karena merasa tak punya pekerjaan yang bisa dilakukan lagi, An berinisiatif untuk masuk ke kamarnya dan beristirahat, dia sangat lelah dan berharap untuk tak diganggu oleh siapapun.
"Jadi, apa yang membuat Kak Jieru yang super sibuk ini lakukan di sini?" An bertanya sambil melipat kedua tangannya di dada, menatap lekat Jieru yang sedang bertamu di kamarnya.
"Aku tak punya kerjaan lagi, jadi aku memutuskan untuk ngobrol denganmu saja An, agar kita berdua menjadi lebih dekat." sahut Jie dengan wajah berseri.
Gadis itu merinding dibuatnya, otaknya terus mengatakan hal tak masuk akal setelah mendengar gurauan sang senior.
"Kak, aku tahu sifatku buruk, tapi aku masih berada di jalan yang benar kok." jawabnya seraya menatap jijik dan menjaga jarak dari Jieru.
Mata Jie membulat karena tahu apa yang dipikirkan oleh An, dia tertawa lantang hingga matanya berair.
"Apa yang kau pikiran bodoh? Tenang saja, aku hanya mau mengobrol." si senior menenangkan sembari memberikan setengah senyum.
An memikirkan hal lain, dan membuatnya menjadi lebih tenang. Saat itu juga Jie berkata padanya bahwa dia bisa saja membantu An mengenai informasi apapun yang gadis itu inginkan.
Ditatapnya mata Jieru sesaat, dengan niat ingin memastikan apakah ada kebohongan di sana. Tapi hasilnya bersih, An lalu berjalan mendekat ke arahnya.
"Apa yang kau inginkan? Kau tak mungkin melakukan ini tanpa imbalan bukan?" bisik An tepat di samping telinga Jie.
"Hati manusia tak bisa ditebak, kita adalah makhluk yang ingin saling diuntungkan. Karena itu, apa yang kau inginkan dari keinginanmu membantuku?" tanya gadis itu dengan kewaspadaan tinggi.
Jie terperangah takjub melihat sikap adiknya, sehingga ia tiba-tiba bergumam, "Ternyata benar ya... "
"Benar? Apa yang benar?" pikir An tambah curiga.
Untuk beberapa saat ruangan itu lenggang, hanya ada suara hewan malam disekitar mereka.
Lantas Jieru menatap An yang kini juga tengah menatapnya.
"Entahlah, aku tak menginginkan apapun. Yang jelas nyonya Kai hanya memintamu untuk tetap di sini selama satu bulan." jelas gadis itu tenang.
Mendengar itu An menaikkan sebelah alisnya, dirinya merasa tertantang dengan permintaan dari pemilik kedai, "Hoo, baiklah, hanya itu?"
"Tentu, aku akan sangat senang jika kau berguna untuk nyonya Kai." seru Jie dengan lantang
Pupil mata An bergetar sesaat, dia menutup mulutnya menggunakan sebelah tangan untuk menutupi senyum puasnya.
"Bagaimana aku tak menyadarinya? Anak ini, mirip dengan Hans. Dia terobsesi melakukan apapun untuk tuannya." batin An mundur dan bersandar di dinding ranjang.
"Tapi aku tak bisa langsung percaya dengan informasi yang kau berikan kan, Kak?" tanya gadis itu masih cengengesan sendiri.
Dengan masa lalunya yang pernah menjadi penjahat, dia tahu betul arti menusukkan pisau dari belakang. Pengkhianatan tiada tara yang dia terima memberinya banyak pengalaman, tak hanya pengkhianatan, An bahkan sering melakukan hal yang sama dengan para kolega dan tamu yang membutuhkan jasanya.
"Aku tahu kau akan bertanya, oleh sebab itu aku membawa ini," Jie lalu mengeluarkan sebuah bola kristal putih bersih dari telapak tangannya ke hadapan An.
"Bagaimana dia melakukan itu?! Apa itu sebuah trik sulap?" terka An kagum.
"Ini adalah kristal kejujuran. Salah satu benda pusaka berharga milik nyonya Kai, biasanya beliau menggunakan ini untuk membantu para pejabat meringankan dosanya." lanjut Jieru sambil mengedipkan satu matanya.
"Aku tidak terlalu yakin, tapi sepertinya benar." gumam An ragu.
Melihat keraguan gadis itu, Jie kemudian melakukan sesuatu pada bola kristal, ia memegang dan berbicara hal yang sangat tidak masuk akal.
"An, aku sebenarnya mencintaimu sejak pertama kita bertemu, aku ingin menciummu sekarang!" teriak gadis itu lantang.
An yang mendengar perkataan itu syok bukan main, terlihat bulu kuduknya berdiri dengan tegap.
"A--apa yang kau katakan?! Dasar gila!" gadis itu berseru seraya mengusap tangannya bergantian.
Puas melihat reaksi An, Jie nampak tertawa dengan sangat girang, "Nah, sekarang coba lihat bola kristalnya."
Kristal yang awalnya putih bersih, berubah menjadi hitam pekat. Ketika melihat hal yang tak biasa ini, An pun langsung percaya dengan gadis yang ada dihadapannya.
Mereka kemudian mengobrol sampai larut malam, tentu dengan suatu keuntungan di masing-masing pihak.
An yang mendapat informasi mengenai dunia barunya, serta Jie yang mendapatkan keuntungan untuk tuan yang disukainya.
Setelah selesai memberi tahu semua yang dibutuhkan oleh An, Jie pamit untuk kembali ke dalam kamarnya.
Beberapa menit setelah itu, di sebuah kamar lantai tiga, tempat yang paling disegani oleh para pelayan.
Saat dimana malam menjadi tambah gelap, terdengar suara ketukan dari pintu kamar miliknya, seorang wanita yang berada di sofa menyeringai dan menaruh rokoknya kembali ke asbak.
"Masuklah Cintaku." ucap wanita itu gembira.
Sewaktu pintu terbuka, terlihat seorang gadis yang langsung duduk bersimpuh dihadapan wanita itu.
"Jadi bagaimana? Apa kau telah mengerti?" tanya wanita itu pada gadis dihadapannya.
"Ya, Madam, maaf karena saya sempat meragukan Anda, dia gadis yang diluar ekspektasi saya." ungkap gadis dilantai sopan.
"Kalau begitu, jangan sampai membuat sedikitpun kesalahan sebelum tugas ini berakhir." perintah sang nyonya kepada gadis itu.
Dia lalu menyuruh sang gadis pergi dan kembali duduk dengan santai di sofa panjang miliknya, seakan sedang menanti sesuatu yang menarik di masa yang akan datang.
"Heum, akankah ada peristiwa menyenangkan setelah ini? Aku sangat tak sabar... " gumam sang madam dengan senyum penuh hasrat yang tersimpul diwajahnya.
...•...
...•...
...•...
...•...
TERIMA KASIH BANYAK PADA PARA PEMBACA, NANTIKAN TERUS KELANJUTAN KISAH INI YAA!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Ririn Santi
jd jie hanya seorang matamata/Applaud/
2024-03-01
0
Kienoy7
penuh teka teki....jadi penisirin...lanjuut
2022-09-21
0