Akibat kejadian tak terduga siang itu, Jieru memberikan waktu istirahat untuk An dengan alasan bahwa itu adalah hukuman dari sang madam.
Tak ada yang boleh mendekatinya dan dia tak diperbolehkan keluar hingga jam makan malam nanti.
"Padahal dia hanya mau mengurung aku di kamar... " gumam An sambil berbaring menatap langit-langit kamarnya.
Masih beberapa jam lagi sebelum kedai tutup, itu pun akan tutup dengan benar jika pelanggan berhenti berdatangan.
Gadis itu setengah depresi karena berpikir dia akan terkurung di kamar ini dengan kebosanan yang menemani dirinya.
"Apa aku loncat saja? Tempat ini lebih rendah dibanding hotel bintang lima dulu." sambung gadis itu membayangkan banyak rencana jahat untuk keluar dari sini.
Beberapa saat kemudian, An menghentikan rencananya karena ingat kalau Jieru sempat memberi suatu mantra pada jendela juga pintu, dia tak tahu apa itu, tapi hal itu pasti melelahkan.
"Sepi sekali." An bergumam merasakan jeritan serangga malam yang samar.
Dia bosan, tapi pada saat yang sama dia menyukainya, ketenangan ini. Hal yang sangat jarang terjadi dengannya, keheningan tanpa ada suara tembakan ataupun keributan perkotaan.
Sekarang, An tengah berpikir apa yang akan dilakukannya di dalam kamar kosong ini, setelah beberapa saat, dia tersadar bahwa ada satu hal penting yang dapat ia lakukan saat itu juga.
"Benar juga, bagaimana kalau aku mencoba untuk menggunakan chi ya?" ucapnya riang.
Gadis itu mulai terlihat bersemangat dan duduk manis di atas ranjang, sembari berpikir apa yang harus dia lakukan.
An kemudian mengingat perkataan Jie, gadis itu berkata bahwa chi dapat dikuasai apabila bisa merasakan energi terlebih dahulu, merasakan energi tubuh dan perlahan merasakan aura energi sekitar.
"Baiklah, jangan terlalu menyerap banyak energi atau aku akan meledak... " racau An mengingat semua yang dapat membantu pelatihan pertamanya.
An perlahan menutup mata dan berkonsentrasi dengan energi di sekitar, dia secara perlahan tak mendengar suara apapun, seolah dia kembali ke ruang hampa, hanya terus fokus pada apa yang ingin ia lakukan.
Beberapa saat berlalu, An mulai membuka mata, dia dapat merasakan energi yang disebutkan oleh Jie.
"Ini lebih mudah dari yang aku duga?" ucapnya bangga dicampur perasaan senang.
An kembali menutup mata dan mulai fokus untuk memasukkan semua energi yang ada di sekitar untuk diubah menjadi chi pertama miliknya.
Ketika sedang fokus melakukan hal itu, ia dapat merasakan bahwa ada sesuatu di dalam tubuhnya yang mulai bekerja secara tak biasa, seperti roda mesin yang mulai bergerak perlahan, dan terus bergerak makin cepat.
"Apa ini? Tubuhku seperti sedang memperbaiki diri, atau meningkatkan ya?" pikir An bingung.
Walau semua pertanyaan itu bermunculan di kepala, dia segera menghapus pertanyaan itu dan kembali memusatkan pikirannya untuk tetap menyerap semua energi disekelilingnya.
Tanpa disadari oleh gadis itu, waktu terus berjalan dan beberapa jam terlewati begitu saja. An kembali membuka mata dan terkejut karena melihat langit yang sudah gelap.
Gadis itu mengangkat sebelah alisnya heran, dia beranggapan bahwa hanya menutup mata selama satu jam saja, An tak pernah membayangkan berlatih akan memakan waktu selama itu.
"Kenapa sudah gelap? Apa tadi aku ketiduran? Rasanya tidak deh... " ucap An sembari merenggangkan tubuhnya yang kaku.
An kembali dibuat kaget karena dia dapat merasakan seseorang tengah berjalan mendekati kamar.
Sebelum ini dia memang bisa merasakan hal yang sama dengan insting membunuhnya, tapi sekarang gadis itu dapat merasakan dengan lebih jelas.
Secara tak sadar dia telah membangkitkannya, meridian chi yang bersemayam di bagian terdalam tubuh itu.
Selang beberapa menit, terdengar suara ketukan dari pintu kamar An.
"An, apa kau sudah tidur? Aku boleh masuk tidak? Ini aku bawakan makan malam karena kau tak turun tadi." ucap Jieru dari luar.
An kemudian membukakan pintu, dia mendapati Jieru membulatkan mata terkejut dengan mulut yang menganga lebar dan langsung ia tutup kembali.
"An, apa kau baru saja melatih chi mu?" tanya Jie tak percaya.
An yang mendengar tak kalah terkejut, netranya bergetar hebat, dia ingin mengelak tapi dihentikannya pemikiran itu karena tahu Jieru sudah mengetahuinya.
"Bagaimana dia bisa tahu? Apa aku melindur sebelum membuka pintu?" batinnya.
An secara perlahan mengangguk, dengan cepat Jie menutup pintu kamar, dia membacakan banyak mantra sihir untuk membuat sebuah pelindung di pintu itu.
"Apa yang anak ini lakukan?" tanya An sekaligus memegang nampan yang berisi banyak makanan.
"Aku memberi pelindung sihir agar tak ada yang mendengar pembicaraan kita, juga agar tak ada orang yang akan merasakan chi baru mu." jelas Jieru dengan senyum berseri.
Gadis itu mendekati An dan menepuk pundaknya, ia berseru bangga, "Selamat ya! Kau cepat belajar!"
Ketika mendengar pujian yang dilontarkan untuknya, wajah An memanas dan berubah menjadi merah, ia segera membuang muka ke arah lain agar Jie tak melihat hal memalukan itu.
"Berisik! Memangnya aku anak kecil?!" gerutu An tanpa melihat ke arah Jie, dan untungnya ia tak melakukan itu. Karena wajahnya akan tambah memerah apabila dia melihat Jieru yang sedang berusaha untuk menahan tawa.
"Lalu bagaimana? Apa kau merasakan sesuatu yang berbeda?" tanya Jie penasaran.
"Yah, aku merasakannya sih, tapi aku belum terlalu yakin." sahut An seraya menguyah makanan yang dibawakan oleh Jie.
"Kenapa tidak yakin?" tanya Jie lagi.
An mengangkat bahunya, masih terus mengunyah ia menjawab, "Aku belum mencobanya... "
"Memangnya harus dicoba dulu?" Jie mengerutkan alisnya kebingungan dengan jalan pikiran gadis itu.
"Iya, kalau tak kucoba, aku belum yakin." balas An singkat.
Kini dia lebih memfokuskan memberi makan tubuhnya dibanding berbicara dengan Jie, dilahapnya semua makanan itu hingga tak bersisa.
Beberapa menit kemudian, hidangan yang diberikan Jie lenyap, kemudian An bersandar dan siap mendengarkan celotehan kakak senior itu.
"Sebelum Kakak bertanya, aku mau tanya duluan." ucap An sudah menebak.
"Tentu, apa yang ingin kau tanyakan?" balas Jieru senang.
"Bagaimana Kakak tahu aku baru saja melatih chi?" tanya An curiga.
Tak bisa dipungkiri, An memang sangat penasaran dengan apa yang dilakukan oleh Jie, seakan akan dia memiiki sebuah sihir yang dapat dia gunakan secara rahasia.
Gadis itu menatap An sejenak dan terkekeh sendiri.
"Apa dia punya kelainan? Kenapa dia tiba-tiba tertawa tanpa alasan?" batin An merinding.
"Hahaha! Ternyata itu yang ingin kau tanya? Kukira apa." Jie menyahut sambil mengangkat kedua pundaknya.
Dia lalu mendekatkan tubuhnya pada An dan mulai berbisik, "Sebenarnya ini rahasia, tapi akan kuberi tahu, aku memang bisa melihat aura seseorang sejak kecil... "
Setelah mendengar jawaban dari Jie, An pun memiringkan kepala karena masih tidak mengerti dengan apa yang dia dengar, "Apa maksudmu melihat aura?"
"Apa kau ingat? Aku pernah bilang bahwa ada kalanya manusia mendapat kelebihan sejak lahir kan? Walau ada beberapa juga yang diberikan kekurangan." ucap Jie agak lesu.
"Jadi kelebihanmu adalah melihat aura ya Kak?" tanya An dengan menatap mata Jieru lekat lekat.
"Benar, dan kekuranganku... " sewaktu Jie ingin mengatakan lebih, An dengan cepat membungkam mulutnya.
"Aku mengerti, sekarang ganti pertanyaan, bagaimana caranya agar aura ku tidak terlihat?" tanya gadis itu lagi dengan mata berbinar.
"Dengan fakta dia menggunakan alat sihir saja sudah menjelaskan jika dia tak bisa menggunakan meridiannya, gadis itu lebih bodoh dari yang kupikirkan." batin An sambil mengangguk angguk.
Hati Jieru agak tersentuh melihat kepekaan An, dia seakan mengerti bahwa An tidak ingin mengorek luka masa lalu yang ada padanya.
"Kau bisa menekan aura mu agar chi yang kau punya tidak keluar, tapi kau harus sampai tingkat dasar tahap lima jika mau melakukannya." jelas Jie serius.
"Kalau begitu sekarang aku di tingkat berapa Kak?" gadis itu kembali bertanya karena penasaran.
"Hm, ini memang mengejutkan, kau baru latihan setengah hari dan sudah berada pada tingkat dasar tahap ketiga, tersisa dua tahap lagi!" seru Jie semangat.
"Jadi, aku tinggal melatih chi ku lagi agar dapat menyembunyikan aura kan?" kata gadis itu percaya diri.
"Jangan terlalu terburu-buru An, menuju tahap kelima membutuhkan waktu paling cepat dua tahun. Itupun bisa dilakukan jika kau sudah berlatih sejak umur 8 tahun. Aku tahu kau kuat, tapi jangan gegabah, ya?" ujar Jie dengan wajah penuh kekhawatiran.
"Lihat dia, wajahnya benar-benar seperti malaikat. Sayang sekali karena aku sudah bertemu dengan manusia sepertinya beratus-ratus kali." batin An merasakan kebohongan pekat dari Jieru.
Mendengar ucapan seniornya ini, bukannya menyerah An malah tertantang untuk memecahkan rekor waktu dua tahun itu.
Disaat yang sama dia sadar bahwa Jieru pasti akan menghambatnya, dia berpura-pura menurut dan langsung menyembunyikan niatnya hingga gadis itu keluar dari kamar.
"Kau benar Kak, aku tak boleh memaksakan diri. Selamat tidur ya!" seru An pada Jieru yang berjalan keluar dari kamar.
"Kenapa perasaanku tak enak, dia pasti menurut, kan?" batin Jie dengan keringat dingin di seluruh tubuhnya.
...Sedikit Info untuk para pembaca :...
1.Chi (Energi) yaitu, suatu kekuatan yang didapat dari energi pada tubuh maupun alam sekitar.
2.Aura yaitu, energi yang dikeluarkan dari tubuh akibat kelebihan Chi. semakin besar dan menekan auranya berarti semakin kuat pula orangnya. Tapi kebanyakan orang lebih memilih menunjukkan auranya agar tidak ada yang berani mengganggunya.
...•...
...•...
...•...
...•...
TERIMA KASIH BANYAK PADA PARA PEMBACA, NANTIKAN TERUS KELANJUTAN KISAH INI YAA!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments