Ini menjadi pagi yang berisik, segerombolan orang kini berdesak memenuhi ruangan lantai satu, mereka semua tampak menantikan sebuah keributan yang sepertinya akan terjadi.
"Minggir! Aku mau melihatnya, apakah ada yang bertengkar?!" seorang pelayan berseru penasaran.
"Bukankah itu, kak Jiao dan si penari baru?" cetus beberapa pelayan lain makin penasaran.
"Kenapa hidupku sial sekali sih? Baru saja mati tenggelam, diikuti orang aneh, dan sekarang apa lagi ini?" gumam An lelah.
"Inilah alasannya aku tak mau menarik perhatian." lanjut gadis itu seraya menatap malas kerumunan orang disekitarnya.
Semua ini bermula dari sepuluh menit yang lalu, sama seperti hari sebelumnya, karena tugas An sebagai seorang penari hanya dilakukan di hari tertentu, gadis ini sekarang tak memiliki kerjaan dan membuat ia menjadi bosan.
Karena tak ingin rasa bosan menghampirinya, An berinisiatif untuk membantu para kakak pelayan yang kebetulan sedang mengalami masa sibuk mereka, ada banyak pelanggan pagi ini.
Ketika dia sedang sibuk membersihkan piring kotor di atas meja, seorang tamu tak diundang datang dan langsung menarik perhatian semua orang.
"Oh? Jadi kau anak baru itu?!" seru tamu itu dengan lantang.
Para pelayan dan beberapa tamu mulai berbisik karena tak berani ikut bicara, mereka agak terkejut melihat siapa yang menghampiri si penari baru.
An menoleh ke sumber suara itu dan menjawabnya santai, "Iya, ada yang bisa aku bantu Kak?"
"Siapa dia? Kenapa logatnya sangat menjengkelkan?" pikir gadis itu langsung menilai lawannya dari atas hingga bawah.
Tamu tak diundang itu langsung mengerutkan kening dan memberi ekspresi tidak sukanya secara terang terangan, dia ikut menatap An dari atas hingga bawah lalu mencemoohnya dengan tajam.
"Hah, Lihatlah dirimu. Apa kau pikir, kau sudah merasa hebat karena telah menggantikan aku selama beberapa malam?" cetus gadis itu.
Otak An langsung menangkap beberapa kata yang mengarah pada satu permasalahan, dan dengan itu dia menyimpulkan bahwa gadis angkuh didepannya adalah si penari bermuka dua.
"Ah, Kakak pasti kak Jiao ya? Senang bertemu denganmu." sapanya hangat dan sopan.
Dia melirik sekilas orang-orang yang memperhatikan mereka, tak ada waktu baginya menjadi penjahat di sini, di kepalanya sekarang skenario gadis baik yang tersakiti muncul begitu saja.
"Dia terlalu sehat untuk seseorang yang dikatakan sedang sakit, tapi tak apa, berkat itu aku mendapat rumah sementara yang lumayan." batin An yang masih memancarkan senyuman manisnya.
Jiao yang melihat tingkah An, merasa geram dan perlahan mengepalkan tangannya, semua orang dapat melihat dengan jelas bahwa sekarang ada banyak kerutan di wajah cantik milik Jiao Yun.
"Apa kau sungguh tak punya malu?! Tiba-tiba datang dan mengambil pekerjaan orang lain! Lalu menumpang pula! Jika kau punya malu harusnya tahu diri!" teriak Jiao murka hingga suaranya sekarang bergema ke seluruh sudut ruangan.
Salah seorang pelayan kini sedang bergegas memanggil Jie karena dia merasakan akan ada perkelahian yang bisa bisa merugikan kedai ini.
An menatap Jiao Yun tenang, dia mengangkat kedua bahunya seolah tak mengerti apa yang dikatakan oleh gadis itu.
"Aku tak tahu apa yang Kakak bicarakan, tapi sepertinya kau salah paham. Aku tak mengambil pekerjaanmu, aku hanya menggantikanmu untuk sementara waktu. Bukankah kaki Kakak sedang sakit dan tidak bisa bergerak dalam beberapa minggu?" balasnya santai.
"Ayo pukul aku gadis bodoh! Kalau hanya seperti ini aku tak akan mendapat uang kompensasi untuk wajahku yang ingin kau pukul kan?" An menggerutu dalam hati.
Orang-orang yang awalnya memihak Jiao kini berbalik dan memihak pada An, mereka mulai meragukan kharisma dari bunga Kota Chengse yang sedang mendominasi juniornya sendiri.
Jiao Yun yang sadar bahwa banyak orang mulai menghilang dari pihaknya, sekarang sedang mencoba membuat kepalanya menjadi sedikit lebih dingin, dia menarik nafas perlahan lalu tersenyum.
"Begitu, jadi menurutmu aku salah paham ya? Kurasa semua orang akan melakukan hal yang sama jika saat mereka bangun pekerjaan mereka telah dicuri." sindir Jiao Yun lebih halus.
Meski demikian hal itu tak mengubah fakta bahwa dia lah yang memancing keributan sejak awal, para tamu yang dominan pria mulai berbisik dan menatapnya tak suka.
An menjadi semakin jengkel atas sikap gadis itu yang terlalu banyak drama dan basa basi.
"Hah, ini hanya akan membuang waktuku, inilah alasannya aku tak mau menarik perhatian," An meracau sambil mengambil lap yang berada di atas meja.
Wajah Jiao Yun memerah, entah bagaimana dia berteriak memaki An yang menurutnya telah menghina dirinya.
"Apa katamu?! Aku hanya menarik perhatian?!Katakan sekali lagi!" timpal gadis itu murka.
Kembali ke masa sekarang, keributan menjadi panas kembali karena seseorang telah salah mendengar perkataan lawannya.
"Bocah dungu, tak hanya tempramental, sekarang dia bahkan *tunarungu? Kapan terakhir kali dia membersihkan telinganya?" An ikut kesal, dia tetap menahan emosinya meski harus menggenggam jemarinya kuat kuat.
"Dasar arogan! Beraninya bocah serampangan sepertimu menghina diriku?" teriak Jiao Yun lalu menyiapkan kuda-kuda untuk memukul An.
Mata An membulat, dia menyadari jika kantong uang akan segera mendatangi dirinya. Namun, sangat disayangkan pukulan itu tak pernah mendarat ke wajahnya, karena Jie datang tepat waktu untuk menyelamatkan An yang akan diserang.
"Senior bodoh ini!" gadis itu berteriak dalam hatinya, tangannya kala itu sudah sangat gatal ingin mencekik Jieru dari belakang.
Saat Jie datang, atmosfer di ruangan itu menjadi sangat menakutkan, tak ada yang berani membuka mulut di sana. Gadis itu kemudian menepis tangan Jiao Yun dan memandangnya dengan wajah menghina.
"Nyonya Kai ingin bicara denganmu, Jiao Yun." ucap Jie tegas, seperti berkata untuk tak usah banyak bicara dan ikut dengan tenang.
"Sial, Jieru brengsek! Beraninya manusia gagal sepertinya menghinaku begini!" batin Jiao Yun tak terima.
Lantaran ditekan dengan aura Jieru yang kuat, Jiao pun meninggalkan ruangan dengan perasaan kesal membara, dia pergi dengan diikuti oleh dayang setianya yang saat ini sedang ketakutan---Ying.
"Itu si Ying, yang berteriak padaku tentang uang kan?" gumam An menerka-nerka, dia mengingat wajah gadis itu, mungkin karena hanya dia yang wajahnya berbintik di kedai.
Untuk beberapa saat, Jiao sempat menoleh sebelum benar-benar naik ke lantai atas, tatapan tajamnya seakan mengatakan pada An untuk berhati-hati kapan saja.
Semua orang kini merasa lega karena perdebatan telah selesai, tapi tidak untuk satu orang.
"Kau tak apa An? Dia tak melukai wajahmu kan?" tanya Jie panik, tangannya langsung memegangi wajah An untuk memeriksa jikalau ada yang terluka.
"Aku baik-baik saja, sangat baik. Tak apa, aku tak apa... " jawab An lemas berulangkali.
"Eh? Kau kenapa An?! Seseorang, cepat panggilkan tabib kemari, wajahnya sangat pucat!" seru Jie makin panik, dan hanya dibalas senyum pahit oleh An.
"Ini karena kau tahu! Akh, dana tambahanku menghilang!" jerit gadis itu tanpa suara.
Kedua mata An berlinangkan air mata, mulutnya terkunci rapat dan dia menangis dalam diam, menatap sekantong uangnya terbang ke langit tanpa batas.
*Tunarungu : tunarungu artinya rusak pendengaran dan dianggap lebih baik, halus, sopan, dan formal dibandingkan dengan tuli.
...•...
...•...
...•...
...•...
TERIMA KASIH BANYAK PADA PARA PEMBACA, NANTIKAN TERUS KELANJUTAN KISAH INI YAA!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Ririn Santi
dasar anak somplak, berharap dipukuli buat dpt 💰
2024-03-01
0
Kienoy7
rada bingung nich alurnya....
2022-09-21
0