"Jadi ini yang namanya mati ya?" Kristina bergumul sendiri di ruang hampa yang gelap.
Dia terus mengoceh tanpa jeda, sampai tiba-tiba sebuah kabut muncul dan memperlihatkan adegan kilas balik yang familiar baginya.
"Bagaimana bisa kau tak menghasilkan apapun?! Pekerjaanmu hanya makan tidur, makan tidur! Kau hanya bisa menyusahkan aku, apa kau tahu itu?!" teriak seorang wanita yang menggunakan topi lebar menutup wajahnya.
Seorang lelaki kurus yang sedang duduk di atas kursi roda itu hanya bisa diam dan menatap sendu wanita di depannya yang sedang menghina dirinya.
Dalam kilas balik yang dilihat oleh Kristina, terlihat sepasang suami istri yang sedang bertengkar hebat di sebuah ruangan rumah sakit. Sang suami yang hanya diam menunduk di kursi rodanya, sedangkan sang istri berdiri di hadapan suaminya dan terus menerus berteriak keras.
Ditatapnya juga seorang gadis kecil berumur delapan tahun sedang berdiri mengintip dari balik pintu luar ruangan, seluruh tubuh gadis itu gemetar seakan dia mengetahui apa yang sedang terjadi.
"Seandainya... Seandainya aku tak menikah denganmu, aku pasti tak akan dipermalukan didepan semua orang! Di depan keluargaku! Aku tak akan pernah dipandang rendah oleh siapa pun!" teriak wanita itu lagi berlinang air mata.
"Apa kau pikir... Aku juga menyukai kondisiku yang sekarang?" lirih sang suami pada istrinya sembari menatap lantai.
"Ha! Kalau kau memang tak menyukainya kenapa kau tak berusaha mengubahnya?!" wanita itu terus melotot dan melempar semua barang yang dilihatnya di sana.
"Aku juga ingin! Namun, biaya operasinya pasti akan sangat mahal. Dana keluarga kita sekarang tak akan sanggup menanggungnya, apa kau tak memikirkan masa depan Tina?" lirih pria itu seolah meminta belas kasih istrinya.
"Tak memikirkan?! Aku selalu memikirkannya! Dan itu adalah hal yang paling memuakkan dalam hidupku! Apa kau tahu rasanya memikirkan nasib seorang anak yang bahkan tidak kuinginkan?!" hina wanita itu lagi, tetap dengan wajah merah karena amarah.
Sang suami sangat terkejut dan juga sakit hati mendengar perkataan yang baru saja dikatakan oleh istrinya, tak terkecuali dengan anak perempuan yang sedari tadi menguping pembicaraan kedua orang tuanya.
"Kenapa kau berbicara seperti itu?! Walau begitu dia tetap anakmu, anak kita! Bagaimana bisa kau menyebutnya anak yang tak diinginkan?!" balas pria paruh baya itu kesal, hal ini membuat sang istri menjadi lebih marah lagi.
"A--apa?! Beraninya kau memakai nada tinggi padaku! Padahal kau pasti sudah mati jika aku tak membayar perawatan rumah sakitmu!" karena emosi yang terus meluap, secara spontan si istri pun menampar pipi suaminya itu.
"PAPA!" gadis kecil yang sedari tadi mengintip, kini berlari sambil menangis ke arah ayahnya, dia memutar tubuh mungil yang gemetar itu dan menatap ibunya dengan penuh ketakutan.
"A--aku mohon Ibu, jangan memukul papa lagi... " gagap gadis itu memaksakan keberaniannya untuk muncul.
Wanita itu hanya diam, ia hanya menatap anak dan suaminya tajam lalu pergi menuju pintu keluar.
Sebelum keluar, dia berhenti dan mematung selama beberapa menit.
"Jika kau merasa dirimu hebat, kau tak perlu bantuanku lagi bukan?" gumam wanita itu lalu pergi.
Setelah kejadian itu, sang ibu menghentikan biaya perawatan ayahnya di rumah sakit.
Dua tahun berlalu dengan cepat, ibunya kini mengajukan permintaan cerai, dan tentu saja ayahnya menyetujui hal itu.
Mereka kemudian melakukan perawatan mandiri, namun, sangat disayangkan. Sang ayah bukannya menjadi lebih baik, malah menjadi semakin buruk. Kondisi yang awalnya masih bisa untuk duduk, kini hanya bisa berbaring di kasur dengan tidak berdaya.
Satu tahun pun berlalu, gadis kecil itu kini berumur 11 tahun, diusia yang masih muda itu ia bekerja di sebuah cafe untuk memenuhi kebutuhan ayahnya, dan seperti kata pepatah, "Waktu mengalir bagaikan air."
Keadaan sang ayah kini sangat memprihatinkan, dia tak lagi bisa bicara dan hanya tinggal menghitung hari untuk menunggu ajalnya, begitulah perkataan seorang dokter yang dulu pernah menjadi dokter pribadi keluarga itu.
Selang beberapa minggu kemudian, ayah gadis itu dikabarkan meninggal dunia. Gadis itu sangat hancur dan terpukul akan kejadian yang menimpa dirinya, tak ada lagi tempat ia bersandar, bercerita, ataupun mengadu.
Tak ada satu orang pun keluarga yang datang ke pemakaman ataupun datang untuk mengajaknya tinggal bersama.
Hingga ia bertemu dengan seseorang yang mengubahnya untuk bisa menahan kejamnya dunia.
"Ikutlah denganku Nona, aku akan merawatmu dan mengajarimu cara bertahan hidup. Dengan syarat, kau tak boleh menunjukkan sisi emosionalmu apapun yang terjadi, buanglah semuanya, bahkan cinta yang ada dalam dirimu. Karena aku tak membutuhkan seseorang dengan hati manusia."
Gadis kecil yang pada waktu itu sangat memerlukan tempat untuk berlindung menerima ajakan orang itu, "Ya Dokter, aku akan melakukannya dengan baik."
Dia kemudian menggandeng tangan sang dokter dan melangkah ke jalan yang tak akan pernah dilewati oleh siapa pun, menjadi seorang pembunuh bayaran yang tak memiliki rasa belas kasih.
Kristina perlahan menutup mata, dan sewaktu membukanya kembali semua kabut ingatan itu telah hilang dari hadapannya.
"Aku tak menyangka hal seperti ini nyata, apa para dewa suka menonton adegan kilas balik seseorang?" wanita itu menyindir sinis.
Ruangan itu kembali menjadi sunyi, dan dia kembali tak melihat apapun. Tapi karena tak ingin hal tadi terulang kembali, Kristina berjalan lurus ke depan berharap ada sebuah keajaiban muncul di hadapannya.
Rasa sakit akibat ledakan itupun menghilang, tubuhnya yang semula sedikit hancur kembali seperti sediakala, seakan tubuhnya tak pernah mengalami hal mengerikan itu.
Setelah lama berjalan ia masih tak menemukan apapun, sekarang Kristina telah pasrah akan takdir yang telah berada di depannya.
Tanpa disadari, hal yang tak disangka terjadi, cahaya ungu kehitaman yang dia lihat sebelum sampai kesini berada di depannya, dan semakin lama cahaya itu pun semakin besar.
"A--apa lagi itu?!" seru Kristina terkejut melihat cahaya besar itu bergerak dengan cepat menuju tempat dimana dia sekarang berpijak, ketika ingin menghindar, cahaya itu langsung masuk ke dalam dirinya.
Cahaya ungu itu menghilang dan menyatu dalam tubuh Kristina, tak lama kemudian keadaan menjadi gelap kembali.
Mungkin ini terdengar aneh, tapi sekarang ia merasakan rasa sakit, walau tak sebanding dengan sakit yang dirasakan sebelumnya.
"Akh! Apa... Kenapa sesak sekali? Kenapa perut bagian bawahku terasa nyeri?" racau Kristina bingung.
"Bukankah aku sudah mati? Bagaimana bisa aku merasa sesak dan sakit? Kenapa aku bisa bicara?" lanjutnya pening dan berusaha meraba sebuah papan tepat di atasnya.
Wanita itu lalu meraba pakaiannya, pakaian itu kering. Tak ada tanda terkena air dan ledakan, hanya saja pakaian itu bau dan terasa sangat kasar.
"Apa aku terdampar di pulau kecil dan para penduduknya mengira aku telah mati? Walau aku memang mati, ini sangat tak etis." ucapnya masih menerka-nerka.
Kristina berpikir dengan waktu yang cukup lama, hingga ia membulatkan tekad untuk memastikan sendiri hal itu.
"Kalau sudah begini, aku hanya perlu keluar dari kuburan ini dan menghantui semua orang bodoh itu!" serunya agak kesal.
TERIMA KASIH BANYAK PADA PARA PEMBACA, NANTIKAN TERUS KELANJUTAN KISAH INI YAA!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Kienoy7
gassss
2022-09-21
0