[ Ruangan Nyonya Kai ]
"Nah.. sekarang katakan alasan kalian.. menghancurkan kedai milikku." ucap Nyonya Kai dengan senyum dipenuhi aura membunuh.
Semua orang yang ada di dalam ruangan diam tak bersuara, tak ada yang berani untuk angkat bicara terlebih dahulu. Jiao Yun dan An hanya saling pandang dengan sinis dan langsung membuang muka ke sisi berlawanan mereka, Jie yang melihat tingkah kedua juniornya itu hanya bisa menghela nafas panjang. Lalu, An pun membuka pembicaraan untuk pertama kalinya.
"saya mohon maaf sebelumnya.. Nyonya Kai. Saya bukannya membela diri tapi, saya juga menjadi korban disini." seru An dengan tegas.
"itu bohong! kau memancing ku duluan!" cela Jiao Yun tak mau kalah.
"kapan aku memancing kakak? bukankah kakak sendiri yang mencari ribut disaat aku sedang membantu kakak pelayan yang lain?" lanjut An seraya melirik Jiao dengan malas.
"walau begitu tetap kau yang sa-"
"bisa kau jelaskan lebih rinci lagi..An?" potong Nyonya Kai.
Jiao Yun kini sangat kesal karena perlakuan yang ia terima, tapi ia memutuskan untuk tak menunjukkan nya saat ini, "dasar sialan!" batin gadis itu.
"ya Nyonya, jadi.. Sewaktu aku sedang membantu kakak pelayan yang lain, kak Jiao tiba tiba datang dan memaksaku untuk bertarung dengannya. Karena aku adalah orang yang benci kekerasan, aku menolak ajakan itu dengan tegas. Tapi.. kak Jiao Yun masih bersikeras dan malah menyerang ku sampai sampai kedai anda jadi hancur begini.. aku tahu itu salahnya, tapi jangan marahi dia ya Nyonya.. " jelas An dengan lirih.
Jie dan Nyonya Kai kini merasa iba setelah mendengar perkataan yang dilontarkan oleh An.
"Astaga.. An.. kau baik sekali.. " puji Jie yang diikuti wajahnya berubah menjadi merah muda.
"padahal kau sampai terluka, tapi malah bilang jangan marahi dia? kau tak boleh terlalu lembut nak.." balas Nyonya Kai.
"biar begitu, anda kan sudah menyembuhkan luka luka saya. Bagi saya yang orang biasa ini menggunakan tanaman obat mujarab seperti itu adalah harta karun bagi saya." lanjut An.
"Itu bohong Nyonya! bukankah anda tak bisa mempercayai perkataannya saja?! anda harusnya juga bertanya alasan saya melakukan nya!" timpal Jiao Yun yang tidak terima.
"meski kau tak bilang pun, pelayan lain juga sudah melapor padaku sebelum kalian berdua masuk kesini. Lagipula, ini bukanlah kali pertama kau berbuat kekacauan Nona Yun." sindir Nyonya Kai dengan mengerutkan keningnya.
"ha.. padahal aku sudah mau membantunya, tapi dia malah menatapku dengan mata melotot begitu? dasar cewek tak tau terima kasih." batin An, ia kemudian menampilkan senyum kecil yang nyaris tak terlihat, dan kembali memasang wajah penuh rasa kasihan miliknya.
"Nyonya.. walau ini memang salah kak Jiao, tapi anda tidak boleh menghukum nya terlalu keras.. karena ini juga salah saya yang datang datang mengambil pekerjaannya begitu saja.. dia pasti kesal karena merasa saya lah yang akan menari untuk malam ini.. padahal kan tidak.. " ucap An dengan penuh penyesalan.
"hm.. baiklah. Kalau begitu sudah ku putuskan bahwa Jiao Yun akan introspeksi diri didalam kamarnya semalaman sebagai hukuman. Juga, sebagai hukuman tambahan kau tak boleh merasa kesal ataupun sedih karena cuaca hari ini akan bergantung padamu. Kau tak mau reputasi [ Nona Cuaca ] milikmu hancur hanya dalam sehari kan?" jelas Nyonya Kai sambil menatap mata Jiao Yun lekat.
Dengan berat hati dan perasaan kesal yang amat dalam, Jiao Yun hanya bisa menyetujui perintah dari wanita yang ada dihadapannya sekarang "ya.. Nyonya. "
"awas saja kau.. aku pasti akan membalas mu." batin gadis itu dengan penuh tekad.
"lalu.. karena semua pelayan tengah sibuk membersihkan kekacauan tadi, Jie kau bantulah mereka dengan berbelanja kebutuhan acara nanti malam." sambung Nyonya Kai.
"baiklah Nyonya. " sahut Jie dengan cepat.
Kemudian Nyonya Kai menatap tamu terkecilnya dan tersenyum, "jika kau ingin menebus kesalahanmu, bantulah Jie berbelanja nanti. Oh ya, karena ini adalah malam besar.. kau yang akan mengisi panggung utamanya, kau mau?" tanyanya.
"ugh.. itu pasti melelahkan, tapi..aku juga harus menambah informasi tentang para petinggi di Kekaisaran ini kan? setidaknya info tentang para petinggi di kota Chengse."
"tentu saja! aku akan berusaha sekuat mungkin Nyonya. Tapi, anda tak lupa akan janji anda kan?" goda An bersamaan dengan senyum jahat miliknya.
Jie yang mendengar ucapan An saat ini tengah berwajah pucat "apa yang kau lakukan An ?!"
Ekspresi serius yang dari tadi terpampang di wajah Nyonya Kai kini berubah menjadi lebih santai, tampaknya ia terkejut atas keberanian dari anak di depannya itu, "pft! ahaha! iya ya.. hampir saja aku lupa akan itu.. kau tenang saja, sekarang aku telah ingat dengan janjiku." balas Nyonya Kai seraya tertawa.
Jie pun bernafas lega setelah melihat reaksi Nyonya Kai "hah.. syukurlah.. "
Usai pembicaraan yang melelahkan, Nyonya Kai menyuruh ketiga tamunya untuk keluar dan menjalankan tugas masing-masing, lalu Jiao lah yang pertama kali bangkit dan keluar dari ruangan menuju kamarnya dengan perasaan yang berkecamuk didalam.
Ketika Jie dan An akan keluar, Nyonya Kai tiba tiba memanggil An dan berkata "mulai sekarang kau tak boleh memanggilku nyonya."
"jadi kau mau dipanggil apa? nenek?" ucap An tanpa suara.
"lalu, saya harus panggil apa?" tanya An berpura pura bingung.
"aku lebih suka dipanggil madam. Itu lebih keren." lanjutnya sambil mengedipkan satu mata.
"baiklah.. Madam. Kalau begitu saya permisi." sahut An dengan penuh senyuman.
"dia ini tak ingat umur ya? " batin gadis itu geli.
Setelah selesai memeriksa pekerjaan para pelayan, Jie dan An langsung pergi untuk berbelanja ditemani dengan matahari yang panasnya hingga ke akar.
*[ Kembali ke masa sekarang ]
Langit pun telah berganti warna, yang semula berwarna biru cerah kini menjadi oranye kemerahan, pada masa itu terlihat seorang gadis muda yang sedang tidur dengan nyamannya di atas sebuah pohon tua nan rindang. Hingga ia terbangun ketika angin sepoi sepoi--seorang warga meneriaki dirinya.
"Hoi! kau yang di sanaa!" teriak seorang pria yang sepertinya baru saja turun dari bukit.
"uh.. siapa sih? padahal aku baru saja ingin tidur.." gumam An seraya membersihkan air liur pada ujung bibirnya, sepertinya ia tak sadar telah tertidur ketika sedang mengenang beberapa kejadian di tiga hari berturut-turut ini.
"Apaa?!" seru An
"cepat turun! bahaya!" pekik paman yang ada dibawah
"aih.. benar benar deh. "
"iya!" sahutnya dengan nada malas.
An lalu langsung meloncat dan sampai dibawah, sewaktu An melihat pria itu, ia sudah terduduk di tanah dengan mata melebar.
"kenapa orang ini? "
"hei paman, kau kenapa?" tanya An dengan lugu
Pria itu tersadar dan mulai berteriak, "harusnya aku yang tanya begitu! bagaimana bisa kau tiduran di atas pohon hah?!"
"tentu saja aku memanjat nya, memang aku bisa naik jika tak memanjat nya lebih dulu? " sahut gadis itu dengan wajah tak berdosa.
"sebenarnya aku langsung meloncat saja sih.. chi itu memang sangat berguna ya. "
"memanjat.. nya? kau?" tanya paman itu tak percaya.
"iya memangnya kenapa?"
Pria itu melirik An dari atas hingga bawah, "dilihat dari manapun dia pasti bocah gila!" batin pria itu tercengang.
"dia kenapa sih?! bikin tidak nyaman saja" ucap An kesal, karena tingkah paman itu yang sedari tadi hanya berbicara melantur.
"hah.. sudahlah, sepertinya aku terlalu banyak minum arak.. jadi sudah pasti berhalusinasi. Bagaimana mungkin ada seorang gadis yang memanjat setinggi itu? ahahaha!" lanjutnya dengan penuh tawa, ia lalu menatap An lagi dan mulai berkeringat dingin.
"jadi.. kau benar benar memanjat nya?" tanya paman itu lagi.
"iya~" balas An santai.
"sepertinya dia tak akan percaya jika tak ada buktinya. " batin gadis itu.
"perhatikan ya paman.." An kemudian memanjat pohon itu dengan tiga kali lompatan, lalu turun lagi dengan cara meloncat dari atas.
Paman itu hanya bisa tercengang dengan apa yang ia lihat, rahangnya pun sampai menegang sangking kagetnya, "ah.. sepertinya aku memang harus berhenti minum arak.. " gumam paman itu lemas.
"kenapa dia terlihat sedih begitu?" batin An heran.
"tapi paman.. apa yang kau lakukan di bukit ini?" tanyanya sambil memiringkan kepala.
"hah? oh.. jadi, warga sedang heboh karena mereka menemukan jejak siluman. dan tentu saja aku ingin melihat langsung penemuan itu."
"apa? jejak siluman?" seru An penasaran.
"aku tak merasakan keberadaan nya, apa itu artinya kemampuan ku masih lemah?" syok nya dalam hati.
"iya! jadi mereka menemukan sebuah bekas pukulan yang tembus sampai sisi seberang! jika bukan siluman tingkat atas apalagi?!" kata paman itu dengan bersemangat, "loh? kenapa wajahmu menyebalkan begitu?" lanjut nya.
"tidak.. ternyata hanya itu ya.. " jawab An lesu.
"dasar manusia satu ini.. kupikir apa." umpatnya tanpa suara.
"yah, karena itu tempat ini berbahaya! jadi jangan main disini lagi kau mengerti? sudah sana pulang!"
"iya iya, aku pergi. Kalau begitu sampai jumpa paman." pamit An lalu pergi meninggalkan paman itu yang masih terdiam tak percaya.
"seperti nya disini mayoritas orang awam, hanya karena bekas pukulan kecil saja mereka sudah heboh begitu. Tapi baguslah, karena itu akan memudahkan ku untuk leluasa mencari informasi." gumam gadis itu senang, ia dengan bersemangat melompati beberapa atap untuk segera tiba ke kedai.
"ngomong ngomong nanti makan apa ya.. " diikuti dengan suara perutnya yang protes meminta jatah.
Anak itu kini hanya memikirkan hal kecil, dan ia tak pernah memikirkan kejadian besar apa yang akan menimpanya malam ini.
...Catatan :...
Pohon tua di bukit belakang (tidak tahu namanya) memiliki ukuran seperti bangunan berlantai 3, pohon tertua dan paling keramat yang masih hidup di sana.
...•...
...•...
...•...
...•...
...[ MOHON MAAF APABILA ADA KESALAHAN KATA MAUPUN TANDA BACA! ]...
...[ TERIMA KASIH TELAH MEMBACA NOVEL INI ]...
...[ SAMPAI JUMPA DI CHAPTER BERIKUTNYA<3 ]...
^^^@Thara_tta (๑'ᴗ')ゞ^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments