Pada saat yang sama, tepatnya di sebuah bukit pinggir kota kecil.
"Ah! Jalan malam setelah makan adalah yang terbaik!" ucap seorang pria paruh baya yang berjalan sempoyongan karena mabuk.
"Tuan... Saya rasa Anda terlalu banyak minum, apa minuman kami seenak itu?" goda seorang gadis berpakaian penari yang sedang membopongnya.
"Ya ampun Tuan... Anda tetap menawan walau sedang mabuk ya? Sungguh, istri Anda sangat bodoh karena tak menghiraukan Anda!" ceplos wanita lain dari belakang.
"Aduh, kalian ini memang pandai menilai ya! Aku sangat senang bisa bertemu dengan kalian semua!" seru girang pria hidung belang itu.
"Dasar kakek tua keriput! Apa dia tak ada harga diri?" pikir gadis yang membopongnya kesal.
"Cih! Kalau saja tak dibayar, mana mau aku pergi dengannya ke bukit belakang seperti ini." batin wanita di belakang yang tadinya berbicara manis.
"Tidak ada tempat lain apa? Bisa bisa nya dia terangsang dengan tempat seperti ini... " gumam gadis lainnya yang berjalan agak jauh dari mereka bertiga.
Memang benar, manusia tak bisa dilihat dari luarnya saja, karena kita tak tahu apa yang mereka pikirkan, tak ada seorangpun yang bisa menebak hati manusia.
Mereka terus berjalan selama beberapa menit hingga akhirnya tiba di sebuah pondok kayu, tempat orang-orang melakukan hal bernafsu dengan tanpa biaya.
Ketika mereka sampai dan mau melakukan hal tak senonoh di sana, salah satu dari gadis yang dibawanya memohon kepada pria hidung belang untuk pindah ke tempat lain.
"Tu--Tuan... Apakah kita tak bisa pergi ke tempat yang lain saja?" katanya dengan lirih, berharap pria hidung belang itu mengabulkan permintaannya.
"Hah? Memangnya kenapa? Kau tak mau disini?" tanya pria itu dengan sesekali cegukan.
"A--ada beberapa orang yang bilang, mereka pernah melihat penampakan seorang hantu wanita bangsawan yang berpakaian lusuh. Saat hantu itu muncul, katanya akan ada suara tangisan yang membuat kita terhipnotis, ketika kita terpancing dengan tangisannya ia akan menangkap dan memakan kita saat itu juga!" jelas gadis itu menatap ngeri hutan dibelakang pondok.
Semua orang yang ada di sekitarnya menjadi ikut merinding mendengar perkataan gadis itu, mereka ketakutan dan mulai berbisik satu sama lain, "Bagaimana jika hantu itu muncul malam ini?"
"Dasar kau ini... Itu hanyalah dongeng kuno. Kau tak perlu takut akan hal sepele seperti itu." cela pria itu dengan menggoyang-goyangkan tangan, menyepelekan berita yang menurutnya tak dapat dipercaya.
"Tapi bagaimana kalau itu benar?" celetuk gadis lain yang sedari tadi diam tak bersuara, dia berada di rombongan paling belakang, menatap pria tua itu jijik sambil berkacak pinggang.
"Apa? Jadi maksudmu takhayul bodoh itu lebih penting daripada tugasmu sekarang?" geram pria itu kesal.
Tiba-tiba terdengar suara bak ledakan disekitar tempat mereka berada, suara itu juga disusul oleh suara rintihan yang amat menakutkan.
Tepat beberapa detik sebelum ledakan terjadi, di sebuah tempat terpencil bukit yang jauh dari keramaian.
"Ah! Sialan! Kenapa tempat ini sempit sekali!" gerutu Kristina murka dengan keadaannya yang memprihatinkan.
"Apa orang-orang itu menguburkanku dengan batu?! Kenapa keras sekali!" lanjutnya.
Dia terus mengoceh sembari mengikatkan pakaian yang dia kenakan dengan susah payah ke kepalanya, guna untuk menghindari jikalau ada debu yang bisa memasuki mata.
Setelah sekiranya persiapan selesai, wanita itu mulai menendang nendang papan yang menghalanginya untuk keluar.
Saat ia menendang pertama kali, tendangan itu gagal, disusul tendangan kedua yang masih juga gagal.
"Sialan! Aku akan mengutuk orang-orang yang membuat papan ini!" umpatnya kesal.
"Kali ini, aku tak akan gagal!" lanjut Kristina dengan tekad membara.
Disaat dia melakukan tendangan ketiga, terdengar suara benda keras rusak yang disusul dengan rintihan kecil dari mulutnya.
Dia mulai menggali tanah kemudian merangkak hingga menuju permukaan, setelah sampai di atas ia berusaha untuk mendorong dirinya dan melepaskan pakaian yang menutup wajahnya.
"Akhirnya aku bisa bernapas! Walau rasa sakit ini agak mengganggu," Kristina melirik kakinya, tampak kakinya memerah akibat terkena benda keras, perut bagian bawahnya juga terasa seperti habis dipukuli oleh banyak orang.
"Ini agak aneh, kenapa jari-jariku sangat kecil dan pucat? Aroma tubuhku juga sangat bau! Apa yang mereka lakukan?!" Ia menggerakkan jarinya berulang kali dan merasa syok sejenak.
"Tunggu dulu, ini... Bukan tubuhku," Kristina meraba lagi tubuhnya, dia dapat merasakan jika semua luka yang pernah didapatnya hilang, dan malah muncul luka baru. Tangan dan kakinya pun mengecil selayaknya tubuh seorang remaja belia.
"Sebenarnya... Apa yang sudah terjadi denganku?!" teriak gadis itu depresi sambil memegang tiap anggota tubuhnya.
Kristina berusaha berkepala dingin dan mulai mencerna situasi, mulai dari ledakan di kapal hingga dirinya yang terkubur di sebuah bukit.
Lalu dia menatap sekeliling, tak ada laut disepanjang mata memandang, yang ada hanyalah beberapa pohon dan tanah yang agak gersang, juga sebuah kota kecil yang ada tepat dibawahnya.
"Tak mungkin, ini tak mungkin terjadi..." pupil matanya bergetar hebat saat mengetahui fakta bahwa dia sudah berada di sebuah tempat antah berantah, tepatnya di sebuah Dinasti yang dipercaya sudah hilang dari peradaban dunia.
"Aku tak percaya," dia kembali terpaku dengan keadaan, disela itu Kristina teringat akan hal penting.
"Topeng setannya!" racaunya panik, gadis itu bangkit dari tempatnya dan mulai mencari di sekitar.
"Aku yakin, topeng itu masih dalam genggamanku ketika di laut! Kemana perginya?" sambung gadis itu seraya terus mencari ke sekitar semak dan dahan pohon.
Ketika dia sedang sibuk mencari, tiba-tiba muncul seorang pria asing dan beberapa wanita yang tampaknya terkejut melihat Kristina, bagaimana tidak? Penampilan nya sekarang sangat persis seperti, hantu.
"HANTU!" mereka semua menjerit dan syok berat, dua orang diantara nya pingsan sangking terkejutnya.
"Gawat... Aku harus melakukan sesuatu." Kristina kemudian berlari menghampiri mereka dan memukul tepi leher pria hidung belang itu juga wanita pendampingnya, kedua orang itu ikut pingsan bersama dengan yang lain.
Kristina kemudian mengangkat mereka satu persatu dan menumpuknya untuk dijadikan sebuah kursi.
Dia duduk di sana, menarik nafas panjang lalu memejamkan matanya, "Kau ingin keluar sendiri atau aku menghampiri dan menjadikanmu pijakan kakiku?"
Tidak lama berselang, seorang gadis yang tadinya bersembunyi keluar dari semak-semak, ia memiliki tatapan yang tajam namun, hal itu tak memungkiri bahwa tubuhnya gemetar dengan hebat, sesekali ia melirik kebawah seperti ingin memeriksa sesuatu.
"Ah, dia mempunyai kaki..." gumam gadis itu menarik nafas dan mengeluarkannya dengan lega.
Kristina yang bisa membaca gerak gerik aneh gadis itu langsung menatapnya sinis dan berbicara dengan keras, "Apa orang sepertiku tak boleh memiliki kaki?!"
Perasaan lega yang tadinya muncul sekarang hilang bagaikan debu bagi gadis berambut cokelat itu.
"Bagaimana ini... Apa dia akan memakanku sekarang?! Padahal tadinya aku hanya ingin bersenang senang saja!" batin gadis itu menatap tanah gemetar.
"Dia tampak bodoh, tapi kuakui dia memiliki mental yang kuat. Dia, bisa diajak bicara bukan?" batin Kristina disusul senyuman jahat yang terpampang jelas di wajahnya.
TERIMA KASIH BANYAK PADA PARA PEMBACA, NANTIKAN TERUS KELANJUTAN KISAH INI YAA!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
anggita
cerita yg cukup menarik...
2024-02-29
0
Kienoy7
jossss
2022-09-21
0
Mariam R RIa
mampir Thor dan tetap Semamgat ya...
2022-09-19
1