Sama halnya dengan pertunjukan pertama, An sekali lagi berhasil membuat para tamu terpukau dengan tarian yang ia lakukan. Dan kali ini dia melakukannya dengan keadaan sadar.
"Wah, mengejutkan. Ternyata aku jago juga ya?" gumam gadis itu memuji diri sendiri dengan bangga.
Semua orang yang ada di ruangan bahkan tak bisa mengedipkan mata, menatap An yang sedang menari dengan indah dan bebas. Bahkan para tamu khusus juga terhipnotis dengan keindahannya.
Beberapa menit berlalu dan tak terasa musik telah selesai dimainkan, An telah menyelesaikan tarian indahnya. Para tamu yang enggan melihat An berhenti menari mulai membuat keributan agar ia segera melanjutkan tarian kedua untuk mereka.
"Hei! Kenapa musiknya berhenti?!" protes salah seorang saudagar.
"Ayo menari lagi! Kami membayar untuk melihat tarian indah tadi!" sambung seorang pria dengan cincin yang memenuhi jarinya.
"Cepat lanjutkan tariannya!" teriak beberapa tamu lain lantang.
Mereka memperlakukan An layaknya hewan untuk dipertontonkan, mereka berpikir karena mereka membayar mereka bisa melakukan apa saja.
Untungnya Jie dan Nuan langsung meredakan keributan itu dan menjadi sedikit lebih tenang.
"Maafkan kami semuanya, tapi walaupun Nona An tidak bisa menari untuk kalian lagi malam ini... Kami masih memiliki cukup banyak hiburan untuk Anda sekalia---"
"Walaupun nona An tidak bisa menari untuk kalian lagi, dia akan tetap melayani kalian dengan Sepenuh hati! Iya kan?" potong Nuan.
Jie menatap Nuan tajam, dia tak menyangka bahwa gadis itu berani memotong perkataannya, bahkan dia mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak dia katakan.
"Apa kau bilang? Melayani dengan sepenuh hati? Jalang gila." umpat An pelan.
"Padahal sudah kukatakan jangan melakukan sesuatu seenaknya. Sepertinya dia tak mengerti maksud perkataanku ya." batin An seraya memandang Nuan sinis.
Walau Jie dan An memandangnya dengan tajam, Nuan tetap tidak merasa bersalah sedikitpun. Mungkin kulit kepala belakangnya itu keras, sama halnya dengan wajah Jiao Yun.
Para tamu mendengarkan Nuan lalu saling pandang, dan keributan untuk mendapat pelayanan khusus itu mulai menjadi jadi.
"Kalau begitu cepat layani aku! Aku ini pemilik hotel bintang lima di sini!" ucap lantang pria kurus berkacamata.
"Hah?! Aku tak salah dengar? Kau itu sudah beristri! Harusnya mengalah dong, biar dia melayaniku yang memiliki restoran ternama di Kota ini!" celetuk seorang pria berperut buncit.
"Dasar anak muda zaman sekarang. Kalian itu harusnya membiarkanku menteri keuangan dilayani duluan!" seru seorang lagi tak ingin kalah.
"Apa apaan, para orang tak berotak ini...?" An bergumam kesal.
Mengingat dia yang membenci keributan, sedang berada di tengah hal yang dibencinya. Terlebih orang-orang didepannya yang memiliki hati serta pikiran kotor yang tak bisa diselamatkan lagi.
An bahkan tak bisa mengontrol ekspresi membunuhnya, untunglah topeng rubah menutup sebagian wajah gadis itu dan hanya menunjukkan mata tajam yang melebihi pisau.
Disaat Jie ingin menghentikan kericuhan, sekali lagi perkataannya terpotong dengan cepat.
"Maafkan kami tapi---"
"Sepertinya kalian tak mengerti." potong An menyindir.
"Maksud perkataan teman saya itu, saya akan melayani orang yang saya pilih saja." gadis itu tersenyum kecil.
Bukan hanya tamu, para pelayan, bahkan Jie dan Nuan merasa bingung dengan perkataan yang dikatakan oleh An.
"Jadi, maksudnya kau tak akan melayani kami semua?" tanya salah seorang tamu.
An mengangguk menanggapi jawaban yang sangat tepat itu.
"Tidak masuk akal! Bukankah itu tidak adil?!" bentak beberapa orang yang tidak mau menerima.
"Justru karena tidak adil, saya akan membuatnya menjadi adil." tangkas gadis itu sambil mengangkat kedua pundaknya.
"Coba pikirkan para tamu terhormat, jika saya melayani kalian semua sekaligus, waktu yang saya habiskan dengan kalian pasti akan sedikit bukan?" ucap An meyakinkan.
"Saya hanya bisa menuangkan satu gelas minuman dan pergi untuk menuangkan kepada yang lain, bukankah waktu saya hanya akan terbagi dengan sia-sia dan kalian tidak merasa puas?" sambungnya dengan berjalan mendekati tamu satu per satu.
"Maka dari itu, saya akan memilih salah seorang dari kalian untuk menghabiskan waktu bersama saya selama berada di sini. Tapi kalian harus ingat, hanya untuk satu orang beruntung." jelas An tersenyum lebar.
Dia lalu melirik Nuan dan Jie yang terkejut dengan hal tidak masuk akal ini, sempat pula An melirik empat tamu khusus yang sepertinya tertarik atas tawaran yang baru saja dia berikan.
"Para manusia kikir seperti ini tak akan melewatkan kesempatan yang menurut mereka menguntungkan. Sebab, mereka hanyalah sampah yang mementingkan diri mereka sendiri." hina An tanpa suara.
Kini semua tamu terhanyut dengan pikirannya masing-masing, tentu mereka sedang membayangkan keuntungan yang mereka dapatkan bila terpilih.
Karena terlalu antusias, mereka bahkan tak memikirkan "Bagaimana jika aku tak terpilih?"
"A--aku setuju!" teriak menteri keuangan yang tadi mengoceh.
"Aku juga setuju!" seru pria buncit pemilik restoran.
"Cih! Ba--baiklah, aku juga!" ucap pria berkacamata si pemilik hotel bintang lima.
"Ugh... Apa yang terjadi?" gumam Nuan menggigiti bibir bawahnya.
"Tapi, bagaimana caramu memilih?" celetuk seorang tamu khusus yang berada di sudut.
"Tentu saja dengan mengundi." balas An bersemangat.
Gadis itu kemudian melepas satu gelangnya dan berbalik badan, "Kalian siap?"
Semua tamu merasa gugup dan cemas tentunya, tapi mereka mulai memikirkan sesuatu yang menurut mereka benar.
"Dia hanyalah gadis bodoh biasa, paling lemparannya hanya akan mengenai meja depan." batin para tamu di barisan depan.
"Gadis yang bisanya menari tidak mungkin berbakat dalam melempar." pikir seorang pria yang air liurnya sudah menetes.
"Aku akan mengambil gelangnya sewaktu benda itu berada di udara!" seorang pria berpikir untuk curang.
An melempar gelangnya dan secara tak terduga, gelang itu terlempar lebih jauh dari yang diperkirakan semua orang. Mata para tamu terbelalak menatap gelang itu terbang menjauh dari mereka.
Ketika beberapa tamu berusaha untuk mengambil gelang itu, gelang itupun ditangkap oleh seseorang yang tak akan bisa mereka ganggu gugat.
"Dapat." ujar seorang lelaki senang.
Walaupun semua tamu merasa tidak terima, mereka tak bisa melakukan apapun, karena aura kuat yang terpancar dari orang itu, juga karena dia adalah satu dari empat tamu khusus malam ini.
Semua tamu, bahkan semua orang yang pernah datang ke kedai ini mengetahui, bahwa tamu khusus di kedai Wuca milik nyonya Kaili tidak bisa diganggu oleh siapapun, apapun yang terjadi.
Alasannya sederhana, nyonya Kai adalah orang yang menjunjung tinggi uang, apalagi jika pelanggan itu membayar dengan sangat mahal. Dia akan menjamu pelanggan itu sama seperti menjaga harga dirinya sendiri.
Jika ada satu orang saja tamu khusus yang mengeluh dengan pelayanan kedainya, dia akan menghukum siapa saja orang yang mengganggu kenyamanan si pelanggan. Baik itu pegawainya, bangsawan, pemerintah, apalagi seorang rakyat biasa.
Yah, dengan kata lain nyonya Kai itu adalah maniak uang.
...•...
...•...
...•...
...PENGENALAN KARAKTER (' 3'/)...
...-Nyonya Kai :...
...[ Wanita berusia 30 tahun yang gila akan uang, hal ini didasari oleh masa kecilnya yang serba kekurangan. Biaya hidupnya yang sehari hari hanya didapat dari mengemis, dan mencuri, membuat Nyonya Kai hampir pasrah akan hidup....
...Kehidupan nya berubah ketika ia bertemu dengan seorang kakek tua yang mengajarinya ilmu meramal. Kini Nyonya Kai adalah salah satu dari orang penting yang ada di pasar gelap, dikenal dengan sebutan [Madam Wuca] atau [Ratu Peramal]....
...Ia juga membangun sebuah Kedai yang hingga saat ini terkenal sampai ke ibukota, [Kedai Wuca]. Dengan rambut ikal, bibir seksi, paras serta bakatnya yang luar biasa, ia menjalani hidupnya sebagai [Peramal gila yang menyukai Uang! ] ]...
...CR : TO ORIGINAL ARTIST...
TERIMA KASIH BANYAK PADA PARA PEMBACA, NANTIKAN TERUS KELANJUTAN KISAH INI YAA!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments