Chapter 17 - Musim Dingin

'Tak! Tttraakk! Ttaakk!'

Semua orang menggigil. Menggetarkan gigi mereka dengan cukup keras. Sementara itu, kedua lengan mereka berusaha dengan sekuat tenaga untuk memeluk tubuh mereka sendiri.

Menambah sedikit perlindungan untuk badan yang hanya dilapisi selembar kain tipis berwarna coklat itu.

Hawa dingin menusuk hingga ke dalam tulang mereka. Tak memberikan kesempatan maupun ampunan bagi mereka.

Mereka semua, yaitu para 'pekerja' bersembunyi di dalam goa tambang ini. Jauh di dalam tanah. Setidaknya dengan begitu, mereka merasa sedikit lebih hangat daripada berada di permukaan tanah.

Dengan hawa dingin yang mematikan ini, tak ada satu orang pun penjaga maupun prajurit yang mau memastikan mereka bekerja atau tidak.

Mereka hanya akan datang ketika pagi hari untuk meminta hasil apapun yang diperoleh para pekerja.

Sebagian menyerahkan batu. Sebagian lagi menyerahkan bongkahan besi. Dan beberapa yang beruntung akan menyerahkan butiran emas.

Semua itu akan ditukar dengan sampah yang kini berupa tulang belulang dari hewan yang baru saja dimakan oleh para bangsawan, sebagai satu-satunya sumber makanan mereka di musim dingin ini.

Di dalam tambang itu....

Banyak orang yang telah mengumpulkan setidaknya beberapa bongkah hasil tambang untuk diserahkan esok hari, telah duduk di tanah. Berusaha untuk menjaga tubuh mereka tetap hangat.

"Yoo.... Nomor tiga puluh.... Kau nampak sehat-sehat saja ya?" Ucap seorang Pria tua dengan tubuh yang menggigil itu.

Nomor 30 yang dimaksud tak lain adalah Dimas karena Ia membawa papan dengan nomor 30 di dadanya.

"Sehat? Jika kau pikir jari jemariku yang sudah mulai membiru ini sehat, kurasa penglihatanmu sudah rusak." Balas Dimas dengan sikap yang tetap saja dingin.

Obrolan ringan berlangsung antara mereka berdua.

Di satu sisi, Pria tua itu mengenal Dimas sebagai si nomor 30. Sedangkan Dimas sendiri mengenal Pria itu sebagai si nomor 47.

"47, berapa lama kau pikir kita bisa bertahan?" Tanya Dimas dengan tubuh yang menggigil kedinginan itu.

Pria tua itu pun hanya tersenyum seakan sudah menerima kenyataan ini.

"30, melihat keadaan ini.... Setengah dari kita akan mati 2 hari lagi. Sementara itu, sampah yang mereka kirim akan tetap sama. Membuat sisa setengahnya memiliki lebih banyak pasokan makanan.

Dengan kata lain, sisa setengah dari kita akan mati di hari ketiga atau keempat. Bagi mereka yang mau memakan bangkai kita yang telah mati.... Mungkin akan selamat hingga hari ke sepuluh." Jelas Pria tua itu sambil tertawa.

Dimas yang mendengarnya tentu saja merasa terkejut dan ngeri.

Ia telah tahu bahwa kemungkinan besar dirinya akan mati di dunia ini, cepat atau lambat.

Akan tetapi, Ia takkan menyangka bahwa dirinya akan mati dengan cara yang paling buruk yang bisa dibayangkan olehnya. Yaitu mati karena kelaparan dan kedinginan, serta kemungkinan mati karena dibunuh 'pekerja' yang lain agar bisa menjadi bahan makanan.

"Oi.... 47. Candaanmu terlalu berlebihan kau tahu?" Balas Dimas sambil menyipitkan matanya.

"Hahaha.... Candaan ya? Kalau begitu mari kita lihat, seberapa lama tubuh tua ini akan bertahan." Balas si nomor 47 itu sambil tertawa.

Mungkin....

Hanya sebuah kemungkinan kecil yang ada di dalam pikiran Dimas.

Yaitu Pria tua ini tertawa bukan karena tak takut akan kematian. Tapi karena Ia menyambut kematian sebagai penyelamat dari penderitaan hidup yang begitu menjijikkan ini.

Dengan pikiran terakhirnya itu, Dimas mempererat pelukan pada dirinya sendiri dan tertidur di tengah dinginnya goa tambang ini.

......***......

...- Hari Berikutnya -...

"Cepat serahkan semua hasil tambang kalian!" Teriak salah satu dari 5 prajurit yang datang ke pintu masuk tambang ini.

Mereka mengenakan zirah besi yang tebal ditambah dengan jubah dengan banyak bulu, cukup untuk menghangatkan tubuh mereka di tengah badai salju itu.

Dengan tombak yang mengarah ke para 'pekerja' itu, para prajurit itu mengumpulkan semua hasil tambang mereka. Baik itu bongkahan batu, besi, perak maupun emas.

Sebagai gantinya, mereka menukarnya dengan satu karung sisa makanan para penduduk di wilayah bangsawan. Dengan kata lain.... Tulang dari berbagai hewan sisa makanan mereka kemarin.

Jika beruntung, sebagian dari tulang itu masih memiliki sedikit daging untuk mengganjal perut. Tapi jika tidak....

Maka para pekerja itu harus memaksa diri mereka untuk memakan tulang itu untuk bertahan hidup.

Segera setelah menyelesaikan tugasnya, para Prajurit itu pun pergi meninggalkan para 'pekerja' kedinginan di tambang itu agar tetap bekerja.

Tak ada satu orang pun yang mengawasi mereka.

Tapi tak ada pula satu orang pun yang kabur dari tambang itu.

Beberapa alasannya cukup sederhana.

Kaki mereka terhubung ke sebuah bola besi yang cukup berat. Membuat mereka kesulitan dalam bergerak.

Mereka berada di bagian dalam pegunungan Rustfell. Dengan kata lain, cukup jauh dari peradaban bahkan jika mengetahui jalannya. Jika tidak, maka mereka hanya akan tersesat.

Badai salju yang sangat kuat akan membekukan mereka setelah 15 menit keluar dari perlindungan tambang itu. Semua itu berkat pakaian mereka yang begitu tipis dan kurangnya makanan untuk menghangatkan tubuh mereka dari dalam.

Dengan kata lain....

Bukannya tak mau untuk kabur. Tapi mereka tak bisa kabur di tengah musim dingin ini. Meninggalkan tambang hanya berarti menjemput kematian tanpa arti sedikitpun.

Sedangkan tinggal di dalam tambang....

Mungkin. Mungkin saja....

Mereka bisa bertahan hidup sedikit lebih lama. Atau bahkan selamat hingga mampu melalui musim dingin ini dan menjemput musim semi untuk kembali bekerja seperti biasa.

Yang mana hanya memperpanjang penderitaan mereka.

Oleh karena itu....

"25! 118! Apakah kalian sudah gila?! Kalian hanya akan mati diluar sana!" Teriak nomor 32 ke arah dua orang Pria yang pergi menjemput badai salju di luar tambang itu.

"Hahaha! Setidaknya kami akan berusaha untuk menyelamatkan diri dari neraka ini!"

Dengan kalimat terakhir itulah, sosok mereka berdua tak lagi terlihat. Dan akhirnya, semua orang melaporkannya kepada prajurit pada keesokan harinya bahwa mereka berdua telah mati di dalam tambang.

Setidaknya....

Itu adalah hal terakhir yang bisa dilakukan untuk mendukung pilihan mereka.

...- Hari ke 3 -...

Nomor 47 atau Pria tua yang cukup dekat dengan Dimas akhirnya telah mati.

Ia mati karena kelaparan sekaligus karena kedinginan. Bahkan tubuhnya begitu dingin dan mulai membeku.

"Biarkan Pria tua ini beristirahat disini. Ia paling suka duduk disana sambil memakan tulang belulang yang diberikan oleh para bangsawan." Ucap Dimas sambil memperhatikan tubuh Pria itu.

Di dalam hatinya....

'47.... Kau benar. Nampaknya, beberapa orang lain akan menyusul mu hari ini.' Pikir Dimas sambil memperhatikan dua orang Pria dengan tubuh yang mulai lemas.

Tulang mulai terlihat di tubuhnya. Bahkan untuk berjalan sekalipun mereka berdua tak lagi mampu.

Dan dengan begitulah....

'ZZAAAAPPPP!!!'

Di saat Dimas berpikir semuanya telah berakhir, pandangannya tiba-tiba berubah.

Goa gelap yang hampir tak memiliki penerangan itu kini berubah.

Nyala obor yang sebelumnya menerangi pandangannya, kini tergantikan oleh cahaya dari ribuan bintang.

Tubuhnya sendiri seakan berdiri di atas samudra yang tiada ujung.

Dan tepat di ujung pandangannya....

"Cyrese.... Setelah sekian lama aku berharap kau membantu, kau baru muncul saat ini ketika aku akan mati?" Ucap Dimas dengan tatapan yang begitu tajam.

Sebuah tatapan yang tak diragukan lagi, dipenuhi dengan kebencian.

Terpopuler

Comments

Semau Gue

Semau Gue

jejak

👣👣👣

2023-08-08

1

Whats Shapt

Whats Shapt

mkin sini baca nya mkin kurng minat

2022-12-23

0

🗝️~>{β¤¢iW@}💨

🗝️~>{β¤¢iW@}💨

hahahah

2022-05-27

0

lihat semua
Episodes
1 Arc 1 - Redemption
2 Chapter 1 - Pergi ke Dunia Lain
3 Chapter 2 - Bertahan Hidup
4 Chapter 3 - Kehidupan Di Desa
5 Chapter 4 - Pahlawan Baru
6 Chapter 5 - Pagi yang Merepotkan
7 Chapter 6 - Kemenangan
8 Chapter 7 - Kawan Baru
9 Chapter 8 - Hari Baru
10 Chapter 9 - Tidak Mau
11 Chapter 10 - Berkat
12 Ilustrasi (Akan selalu di-update tiap berjalannya cerita)
13 Chapter 11 - Kemampuan Baru
14 Chapter 12 - Tambang Carthia
15 Chapter 13 - Emas!
16 Chapter 14 - Awal Mula
17 Chapter 15 - Kegelapan
18 Chapter 16 - Pergantian
19 Chapter 17 - Musim Dingin
20 Chapter 18 - Penjelasan
21 Chapter 19 - Awal Baru
22 Chapter 20 - S Rank Skill : Enchanter
23 Chapter 21 - Rencana
24 Chapter 22 - Balasan
25 Chapter 23 - Kenyataan
26 Chapter 24 - Keluar
27 Chapter 25 - Danau Aegis
28 Chapter 26 - Istirahat
29 Chapter 27 - Sisi Lain
30 Chapter 28 - Pekerjaan
31 Chapter 29 - Pijakan Pertama
32 Chapter 30 - Hasil
33 Chapter 31 - Petualang
34 Chapter 32 - Keseharian
35 Chapter 33 - Akhir dari Musim Dingin
36 Chapter 34 - Awal Perjalanan
37 Chapter 35 - Monster
38 Chapter 36 - Kenyataan
39 Chapter 37 - Bantuan
40 Chapter 38 - Akhir dari Pelarian
41 Chapter 39 - Tenaga Kerja Tambahan
42 Chapter 40 - Pasar
43 Chapter 41 - Negosiasi
44 Chapter 42 - Persiapan
45 Chapter 43 - Pencatatan
46 Chapter 44 - Mencari Uang
47 Chapter 45 - Perkembangan
48 Chapter 46 - Tawaran
49 Chapter 47 - Pembicaraan
50 Chapter 48 - Kontrak
51 Chapter 48.5 - Sisi Lain
52 Chapter 49 - Kehidupan Baru
53 Chapter 50 - Misi Peramu
54 Chapter 51 - Berbisnis
55 Chapter 52 - Kegiatan
56 Chapter 53 - Surat
57 Chapter 54 - Garis Depan
58 Chapter 55 - Pekerjaan
59 Chapter 56 - Akademi Sihir
60 Chapter 57 - Kelas Sihir
61 Chapter 58 - Pasar Budak
62 Chapter 59 - Benang Takdir
63 Chapter 60 - Pencarian
64 Chapter 61 - Pertemuan
65 Chapter 62 - Kenyataan
66 Chapter 63 - Reuni
67 Chapter 64 - Lembaran Baru
68 Arc 2 - Nobility
69 Chapter 65 - Kedai Makan Baru
70 Chapter 66 - Manajemen
71 Chapter 67 - Penglihatan
72 Chapter 68 - Sisi Lain
73 Chapter 69 - Panggilan
74 Chapter 70 - Pahlawan Baru?
75 Chapter 71 - Perjalanan
76 Chapter 72 - Desa Rarth
77 Chapter 73 - Igor Sikorsky
78 Chapter 74 - Semangat Juang
79 Chapter 75 - Motif
80 Chapter 76 - Pesan
81 Chapter 77 - Kembali
82 Chapter 78 - Kota Venice, 17 Hari Kemudian
83 Chapter 79 - Kedai Bulan
84 Chapter 80 - Kunjungan
85 Chapter 81 - Enchantment
86 Chapter 82 - Hasil
87 Chapter 83 - Rapat
88 Chapter 84 - Pekerjaan Baru
89 Chapter 85 - Pertemuan
90 Chapter 86 - Akademi Sihir Aselica
91 Chapter 87 - Pendaftaran
92 Chapter 88 - Promotor
93 Chapter 89 - Kenyataan
94 Chapter 90 - Pelajaran
95 Chapter 91 - Pertukaran
96 Chapter 92 - Senjata Sihir
97 Chapter 93 - Mark 1
98 Chapter 94 - Parade?
99 Chapter 95 - Penyergapan
100 Chapter 96 - Perburuan
101 Chapter 96.5 - Benteng Kayu
102 Chapter 97 - Dua Sisi
103 Chapter 98 - Hasil Akhir
104 Chapter 99 - Pengorbanan
105 Chapter 100 - Revelation
106 Chapter 101 - Kelulusan
107 Chapter 102 - Kenyataan
108 Chapter 103 - Kekosongan Kekuatan
109 Chapter 104 - Pengganti
110 Chapter 105 - Kebijakan Baru
111 Chapter 106 - Divisi Khusus
112 Chapter 107 - Langkah Berikutnya
113 Chapter 108 - Serangan Dadakan
114 Chapter 109 - Pertempuran
115 Chapter 110 - Pembantaian
116 Chapter 111 - Kembali
117 Chapter 112 - Sisi Lain
118 Chapter 113 - Kepala Akademi
119 Chapter 114 - Pilihan
120 Chapter 115 - Mengatakan yang Sejujurnya
121 Chapter 116 - Pemerintahan Selama Musim Dingin
122 Chapter 117 - Masalah Besar
123 Chapter 118 - Raja Iblis
124 Chapter 119 - Saran
125 Chapter 120 - Saudari
126 Chapter 121 - Kecurigaan
127 Chapter 122 - Utusan
128 Chapter 123 - Hal tak Terelakkan
129 Chapter 124 - Keputusan
130 Chapter 125 - Kebenaran
131 Chapter 126 - Iblis
132 Chapter 127 - Kekacauan
133 Chapter 128 - Akhir
134 Epilog Arc 2
135 Arc 3 - Golden Age
136 Chapter 129 - Perkembangan
137 Chapter 130 - 6 Tahun Kedamaian
138 Chapter 131 - Krisis
139 Chapter 132 - Pertempuran di Crystalcourt
140 Promosi
141 Chapter 133 - Pertempuran di Crystalcourt 2
142 Chapter 134 - Kekuatan Mutlak
143 Chapter 135 - Phyrric Victory
144 Chapter 136 - Taste of Defeat
145 Chapter 137 - Kepulangan
146 Chapter 138 - Kabar
147 Chapter 139 - New Dawn
148 Chapter 140 - Agreement
149 Chapter 141 - Journey
150 Chapter 142 - Kebenaran
151 Chapter 143 - Encounter
152 Chapter 144 - Pengorbanan
153 Chapter 145 - Sisi Lain
154 Chapter 146 - Panggung untuk sebuah Akhir
155 Chapter 147 - Dua Pemikiran
156 Chapter 148 - Dua Buah Pilihan
157 Selfish Ending - A Peaceful World
158 Sacrificial Ending - A Bloodbath World
159 Epilog Bagian 2 - Dunia Impian
Episodes

Updated 159 Episodes

1
Arc 1 - Redemption
2
Chapter 1 - Pergi ke Dunia Lain
3
Chapter 2 - Bertahan Hidup
4
Chapter 3 - Kehidupan Di Desa
5
Chapter 4 - Pahlawan Baru
6
Chapter 5 - Pagi yang Merepotkan
7
Chapter 6 - Kemenangan
8
Chapter 7 - Kawan Baru
9
Chapter 8 - Hari Baru
10
Chapter 9 - Tidak Mau
11
Chapter 10 - Berkat
12
Ilustrasi (Akan selalu di-update tiap berjalannya cerita)
13
Chapter 11 - Kemampuan Baru
14
Chapter 12 - Tambang Carthia
15
Chapter 13 - Emas!
16
Chapter 14 - Awal Mula
17
Chapter 15 - Kegelapan
18
Chapter 16 - Pergantian
19
Chapter 17 - Musim Dingin
20
Chapter 18 - Penjelasan
21
Chapter 19 - Awal Baru
22
Chapter 20 - S Rank Skill : Enchanter
23
Chapter 21 - Rencana
24
Chapter 22 - Balasan
25
Chapter 23 - Kenyataan
26
Chapter 24 - Keluar
27
Chapter 25 - Danau Aegis
28
Chapter 26 - Istirahat
29
Chapter 27 - Sisi Lain
30
Chapter 28 - Pekerjaan
31
Chapter 29 - Pijakan Pertama
32
Chapter 30 - Hasil
33
Chapter 31 - Petualang
34
Chapter 32 - Keseharian
35
Chapter 33 - Akhir dari Musim Dingin
36
Chapter 34 - Awal Perjalanan
37
Chapter 35 - Monster
38
Chapter 36 - Kenyataan
39
Chapter 37 - Bantuan
40
Chapter 38 - Akhir dari Pelarian
41
Chapter 39 - Tenaga Kerja Tambahan
42
Chapter 40 - Pasar
43
Chapter 41 - Negosiasi
44
Chapter 42 - Persiapan
45
Chapter 43 - Pencatatan
46
Chapter 44 - Mencari Uang
47
Chapter 45 - Perkembangan
48
Chapter 46 - Tawaran
49
Chapter 47 - Pembicaraan
50
Chapter 48 - Kontrak
51
Chapter 48.5 - Sisi Lain
52
Chapter 49 - Kehidupan Baru
53
Chapter 50 - Misi Peramu
54
Chapter 51 - Berbisnis
55
Chapter 52 - Kegiatan
56
Chapter 53 - Surat
57
Chapter 54 - Garis Depan
58
Chapter 55 - Pekerjaan
59
Chapter 56 - Akademi Sihir
60
Chapter 57 - Kelas Sihir
61
Chapter 58 - Pasar Budak
62
Chapter 59 - Benang Takdir
63
Chapter 60 - Pencarian
64
Chapter 61 - Pertemuan
65
Chapter 62 - Kenyataan
66
Chapter 63 - Reuni
67
Chapter 64 - Lembaran Baru
68
Arc 2 - Nobility
69
Chapter 65 - Kedai Makan Baru
70
Chapter 66 - Manajemen
71
Chapter 67 - Penglihatan
72
Chapter 68 - Sisi Lain
73
Chapter 69 - Panggilan
74
Chapter 70 - Pahlawan Baru?
75
Chapter 71 - Perjalanan
76
Chapter 72 - Desa Rarth
77
Chapter 73 - Igor Sikorsky
78
Chapter 74 - Semangat Juang
79
Chapter 75 - Motif
80
Chapter 76 - Pesan
81
Chapter 77 - Kembali
82
Chapter 78 - Kota Venice, 17 Hari Kemudian
83
Chapter 79 - Kedai Bulan
84
Chapter 80 - Kunjungan
85
Chapter 81 - Enchantment
86
Chapter 82 - Hasil
87
Chapter 83 - Rapat
88
Chapter 84 - Pekerjaan Baru
89
Chapter 85 - Pertemuan
90
Chapter 86 - Akademi Sihir Aselica
91
Chapter 87 - Pendaftaran
92
Chapter 88 - Promotor
93
Chapter 89 - Kenyataan
94
Chapter 90 - Pelajaran
95
Chapter 91 - Pertukaran
96
Chapter 92 - Senjata Sihir
97
Chapter 93 - Mark 1
98
Chapter 94 - Parade?
99
Chapter 95 - Penyergapan
100
Chapter 96 - Perburuan
101
Chapter 96.5 - Benteng Kayu
102
Chapter 97 - Dua Sisi
103
Chapter 98 - Hasil Akhir
104
Chapter 99 - Pengorbanan
105
Chapter 100 - Revelation
106
Chapter 101 - Kelulusan
107
Chapter 102 - Kenyataan
108
Chapter 103 - Kekosongan Kekuatan
109
Chapter 104 - Pengganti
110
Chapter 105 - Kebijakan Baru
111
Chapter 106 - Divisi Khusus
112
Chapter 107 - Langkah Berikutnya
113
Chapter 108 - Serangan Dadakan
114
Chapter 109 - Pertempuran
115
Chapter 110 - Pembantaian
116
Chapter 111 - Kembali
117
Chapter 112 - Sisi Lain
118
Chapter 113 - Kepala Akademi
119
Chapter 114 - Pilihan
120
Chapter 115 - Mengatakan yang Sejujurnya
121
Chapter 116 - Pemerintahan Selama Musim Dingin
122
Chapter 117 - Masalah Besar
123
Chapter 118 - Raja Iblis
124
Chapter 119 - Saran
125
Chapter 120 - Saudari
126
Chapter 121 - Kecurigaan
127
Chapter 122 - Utusan
128
Chapter 123 - Hal tak Terelakkan
129
Chapter 124 - Keputusan
130
Chapter 125 - Kebenaran
131
Chapter 126 - Iblis
132
Chapter 127 - Kekacauan
133
Chapter 128 - Akhir
134
Epilog Arc 2
135
Arc 3 - Golden Age
136
Chapter 129 - Perkembangan
137
Chapter 130 - 6 Tahun Kedamaian
138
Chapter 131 - Krisis
139
Chapter 132 - Pertempuran di Crystalcourt
140
Promosi
141
Chapter 133 - Pertempuran di Crystalcourt 2
142
Chapter 134 - Kekuatan Mutlak
143
Chapter 135 - Phyrric Victory
144
Chapter 136 - Taste of Defeat
145
Chapter 137 - Kepulangan
146
Chapter 138 - Kabar
147
Chapter 139 - New Dawn
148
Chapter 140 - Agreement
149
Chapter 141 - Journey
150
Chapter 142 - Kebenaran
151
Chapter 143 - Encounter
152
Chapter 144 - Pengorbanan
153
Chapter 145 - Sisi Lain
154
Chapter 146 - Panggung untuk sebuah Akhir
155
Chapter 147 - Dua Pemikiran
156
Chapter 148 - Dua Buah Pilihan
157
Selfish Ending - A Peaceful World
158
Sacrificial Ending - A Bloodbath World
159
Epilog Bagian 2 - Dunia Impian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!