Chapter 12 - Tambang Carthia

...- Gunung Carthia -...

...- Selatan dari Crystal Lake -...

"Kenapa aku ikut denganmu?" Tanya Reina yang saat ini sedang berjalan sambil membawa sekarung penuh peralatan.

Dimas yang juga membawa hal yang sama, serta beberapa karung yang kosong terlihat tak acuh terhadap pertanyaan itu. Hanya saja Ia masih tetap menjawabnya.

"Kau ingin berlatih kan? Di dalam tambang itu akan ada banyak Goblin. Kau bisa berlatih disana daripada di desa." Balas Dimas dengan wajah yang datar. Seakan kebahagiaan yang Ia peroleh dari Reina sebelumnya telah hilang sepenuhnya.

"Eeeeh?! Goblin? Aku tidak mau!"

Reina terus menerus mengeluh sepanjang perjalanan. Tapi Dimas hanya mengabaikannya saja.

Sesampainya di pintu masuk area penambangan itu....

'Hmm.... Pagar kayu, beberapa pos penjaga dan juga katrol sederhana. Jadi begitu, benar-benar ditinggalkan ya?' Pikir Dimas dalam hatinya sambil segera memasuki tambang itu.

"Dimas.... Aku takut.... Kau akan melindungiku di dalam sana kan?" Tanya Reina dengan memasang wajah yang memelas.

Dimas yang merasa kesal dengan semua rengekan gadis itu pun segera menghentikan langkahnya.

"Kau memiliki kekuatan yang setidaknya 5 kali lipat dari diriku. Kenapa kau takut? Bukankah kau ingin melawan Raja Iblis?"

Hanya dengan kalimat itu, Reina pun terdiam.

Dimas di sisi lain terlihat membuka barang bawaannya. Ia mengambil tiga buah obor, sebotol minyak tanah, dan dua buah pedang pendek.

"Ini. Tinggalkan pedang besarmu itu dan gunakan ini." Ucap Dimas sambil melemparkan pedang pendek itu.

"Kenapa? Pedang besar ini akan jauh lebih kuat kau tahu?"

"Benar sekali. Sangat kuat hingga kau hanya bisa menyerang langit-langit dari tambang ini." Balas Dimas dengan sedikit meledeknya.

Reina yang memikirkan hal itu sesaat pun akhirnya tersadar. Bahwa pedangnya terlalu panjang dan besar hingga hampir mustahil digunakan di dalam goa yang entah seberapa sempit nantinya itu.

Segera setelah membagikan obor dan juga senjata itu, Dimas kembali mengambil sebuah alat yang tak lain adalah beliung. Kedua beliung itu dibawa olehnya bersamaan dengan sebuah karung kosong yang diikat di pinggang kirinya.

"Reina. Kita akan masuk. Persiapkan dirimu." Ucap Dimas yang telah menyalakan obornya itu.

Perlahan tapi pasti, kedua orang itu pun berjalan memasuki tambang yang telah lama ditinggalkan itu.

Terdapat rel dan juga troli di dalam goa ini. Yang menunjukkan bahwa sebelumnya tambang ini cukup besar. Tapi sayangnya, saat ini telah ditinggalkan begitu saja.

Terkadang mereka akan menjumpai tulang belulang dari para pekerja yang sebelumnya mati di dalam tambang ini. Reina yang melihat kondisi mereka yang kini telah dipenuhi dengan sarang laba-laba terlihat begitu ketakutan.

Satu-satunya cahaya yang menerangi mereka berdua adalah api dari obor yang ada di tangan kiri mereka.

Dimas terus menerus memperhatikan sekelilingnya. Memanfaatkan kekuatan matanya, Ia terus menilai batuan yang ada di sekitarnya.

...[Batu]...

...[Kualitas : Menengah]...

...[Bijih Besi]...

...[Kualitas : Rendah]...

Apapun yang ada di permukaan akan langsung terlihat oleh Dimas. Dalam hatinya, Ia merasa sangat senang dengan kekuatan yang sangat berguna ini.

Tapi di sisi lain Ia sadar.

'Kekuatan ini hanyalah tingkat C. Dengan kata lain, aku hanya bisa menilai apa yang ada di permukaan saja. Melewatkan semua peluang yang ada di baliknya.' Pikir Dimas dalam hatinya.

Beberapa puluh menit telah berlalu dengan mereka berdua yang terus berjalan semakin dalam.

Hanya saja....

'Sreeett....'

Reina terlihat merangkul tangan kanan Dimas dengan cukup erat. Berusaha memperoleh rasa iba dengan terus memasang wajah memelasnya.

"Dimas, kau akan melindungiku kan? Kalau kau mau, aku akan...."

Tapi bahkan sebelum Reina menyelesaikan perkataannya, Dimas dengan cepat memotongnya.

"Bisakah kau berhenti berakting seperti orang bodoh itu? Aku adalah ahlinya ketika mengetahui seorang gadis tidak menyukaiku. Dan kau terlihat persis seperti itu.

Sekarang jujur saja padaku. Kau hanya diminta oleh Dewi sialan itu untuk merayuku kan? Membuatku mau melawan Raja Iblis sialan itu? Lupakan saja. Aku takkan pernah melakukannya."

Perkataan Dimas itu dengan segera mematahkan raut wajah palsu Reina.

Kini, Reina hanya bisa menyembunyikan wajahnya yang sebenarnya.

"Jadi.... Kau sudah tahu?" Tanya Reina dengan suara yang lirih.

"Tentu saja."

"Sejak kapan?" Tanya Reina kembali.

"Sejak kau memberikan ciuman omong kosong itu."

"Kenapa?"

"Karena takkan ada gadis yang benar-benar mau melakukannya padaku. Itu sudah merupakan fakta yang tak terbantahkan. Alasannya aku sendiri tahu, bahwa aku adalah pecundang terbesar yang bahkan hanya seharga 200 poin." Jelas Dimas dengan cukup panjang lebar.

Tapi tanpa disangka....

"Hiks...."

Reina justru terlihat menangis setelah semua penyamaran bodohnya itu terbongkar.

Melihat tangisan yang sebenarnya dari seorang gadis.

Dari segala hal, itu adalah yang paling tidak ingin dilihat oleh Dimas. Karena kali ini Ia tahu, bahwa Reina tak lagi mengenakan topengnya.

"Tunggu dulu.... Kenapa kau menangis?" Tanya Dimas yang segera mendekat ke arah Reina.

"Ba-bagaimana lagi.... De-Dewi Silvie, berkata.... A-aku bi-bisa kembali ke bu-bumi.... Ji-jika aku bi-bisa meyakinkanmu untuk melawan ra-raja Iblis itu...."

Pada saat itu Dimas tersadar mengenai betapa mengerikannya perkataan para Dewi.

'Mengirim seseorang yang telah tiada, untuk berbohong demi sebuah janji yang takkan terpenuhi....' Pikir Dimas dalam hatinya.

Kemarahan dalam dirinya memuncak. Semua itu karena ketidakadilan atas diri mereka berdua.

Secara sepihak dikirim ke dunia lain yang telah mirip seperti neraka. Kemudian secara sepihak pula dipaksa untuk melawan Raja Iblis yang bahkan telah membunuh ribuan pahlawan yang lain.

Dengan kata lain....

'Misi bunuh diri yang takkan pernah berhasil. Seperti itu kah keinginan para Dewi?'

Tanpa sadar, Dimas segera memeluk sosok gadis berambut pirang yang sedang menangis itu.

Tak ada satu patah kata pun diantara mereka berdua, di tengah cahaya obor yang menerangi tambang ini.

Dimas hanya menanti gadis itu untuk berhenti menangis.

'Apa yang orang-orang akan lakukan di keadaan seperti ini?' Tanya Dimas pada dirinya sendiri.

Sebelum sempat menjawabnya, Dimas telah bertindak dengan sendirinya.

"Kau tahu, Reina? Kita berdua harus menerima kenyataan bahwa diri kita telah mati di bumi. Tak peduli apapun yang terjadi, itulah kenyataannya. Dan satu-satunya alasan kenapa kita bisa sampai di tempat ini.

Mengharapkan hidup kembali di sana? Bahkan aku sendiri ragu jika para Dewi punya kekuatan yang sebesar itu. Tapi ada satu hal yang pasti."

Dimas terlihat berhenti berbicara sejenak sambil melihat ke arah kejauhan.

Reina yang masih penasaran dengan kelanjutan dari perkataannya, sedikit menghentikan tangisannya untuk melirik sosok Pria yang sedari tadi terus memeluknya dengan erat.

Wajahnya dipenuhi dengan tanda tanya. Tapi Dimas sendiri tak melihat wajah Reina yang saat ini.

Bukan karena apapun. Tapi Ia tak berani untuk melihat wajah seorang gadis yang sedang menangis.

Sambil terus berusaha memalingkan wajahnya, Dimas pun melanjutkan perkataannya.

"Aku akan menciptakan kehidupan yang nyaman untuk diriku sendiri di dunia ini. Entah bagaimanapun caranya. Reina.... Apakah kau mau ikut denganku?"

Apa yang ada di hadapannya, adalah sebuah pilihan yang cukup berat.

Di satu sisi, Ia memiliki harapan yang besar untuk bisa mengulangi kehidupannya kembali di bumi. Sesaat sebelum Ia menemui ajalnya.

Dan untuk itu, Ia harus menyelesaikan misi yang diberikan oleh Dewi Silvie kepadanya.

Tapi di sisi lain, Dimas menghadapkannya pada sebuah kenyataan yang takkan terbantahkan. Lalu mengajaknya untuk menghadapi kenyataan itu dan merubahnya menjadi sedikit lebih baik.

Tanpa sempat berpikir jernih....

"Aku ikut.... Tolong, bawa aku bersamamu...." Balas Reina yang dengan segera memeluk tubuh laki-laki berumur 23 tahun itu.

..._____________________________...

...[Author's Note]...

...Maaf saya ngilang semingguan ini, karena kena kopid. Ini masih batuk2 terus ga berenti2 tapi dah lumayan. ...

...Badan masih ringan, kadang dingin kadang panas. ...

...Mohon pengertiannya aja, selama saya masa pemulihan, up nya ga menentu. Sabar saja. ...

Terpopuler

Comments

Semau Gue

Semau Gue

jejak

👣👣👣

2023-07-01

2

AG Wira

AG Wira

Kopid nya juga Doyan Author yha, Ironis sekali 😑

2023-01-13

0

🗝️~>{β¤¢iW@}💨

🗝️~>{β¤¢iW@}💨

hahha

2022-05-27

0

lihat semua
Episodes
1 Arc 1 - Redemption
2 Chapter 1 - Pergi ke Dunia Lain
3 Chapter 2 - Bertahan Hidup
4 Chapter 3 - Kehidupan Di Desa
5 Chapter 4 - Pahlawan Baru
6 Chapter 5 - Pagi yang Merepotkan
7 Chapter 6 - Kemenangan
8 Chapter 7 - Kawan Baru
9 Chapter 8 - Hari Baru
10 Chapter 9 - Tidak Mau
11 Chapter 10 - Berkat
12 Ilustrasi (Akan selalu di-update tiap berjalannya cerita)
13 Chapter 11 - Kemampuan Baru
14 Chapter 12 - Tambang Carthia
15 Chapter 13 - Emas!
16 Chapter 14 - Awal Mula
17 Chapter 15 - Kegelapan
18 Chapter 16 - Pergantian
19 Chapter 17 - Musim Dingin
20 Chapter 18 - Penjelasan
21 Chapter 19 - Awal Baru
22 Chapter 20 - S Rank Skill : Enchanter
23 Chapter 21 - Rencana
24 Chapter 22 - Balasan
25 Chapter 23 - Kenyataan
26 Chapter 24 - Keluar
27 Chapter 25 - Danau Aegis
28 Chapter 26 - Istirahat
29 Chapter 27 - Sisi Lain
30 Chapter 28 - Pekerjaan
31 Chapter 29 - Pijakan Pertama
32 Chapter 30 - Hasil
33 Chapter 31 - Petualang
34 Chapter 32 - Keseharian
35 Chapter 33 - Akhir dari Musim Dingin
36 Chapter 34 - Awal Perjalanan
37 Chapter 35 - Monster
38 Chapter 36 - Kenyataan
39 Chapter 37 - Bantuan
40 Chapter 38 - Akhir dari Pelarian
41 Chapter 39 - Tenaga Kerja Tambahan
42 Chapter 40 - Pasar
43 Chapter 41 - Negosiasi
44 Chapter 42 - Persiapan
45 Chapter 43 - Pencatatan
46 Chapter 44 - Mencari Uang
47 Chapter 45 - Perkembangan
48 Chapter 46 - Tawaran
49 Chapter 47 - Pembicaraan
50 Chapter 48 - Kontrak
51 Chapter 48.5 - Sisi Lain
52 Chapter 49 - Kehidupan Baru
53 Chapter 50 - Misi Peramu
54 Chapter 51 - Berbisnis
55 Chapter 52 - Kegiatan
56 Chapter 53 - Surat
57 Chapter 54 - Garis Depan
58 Chapter 55 - Pekerjaan
59 Chapter 56 - Akademi Sihir
60 Chapter 57 - Kelas Sihir
61 Chapter 58 - Pasar Budak
62 Chapter 59 - Benang Takdir
63 Chapter 60 - Pencarian
64 Chapter 61 - Pertemuan
65 Chapter 62 - Kenyataan
66 Chapter 63 - Reuni
67 Chapter 64 - Lembaran Baru
68 Arc 2 - Nobility
69 Chapter 65 - Kedai Makan Baru
70 Chapter 66 - Manajemen
71 Chapter 67 - Penglihatan
72 Chapter 68 - Sisi Lain
73 Chapter 69 - Panggilan
74 Chapter 70 - Pahlawan Baru?
75 Chapter 71 - Perjalanan
76 Chapter 72 - Desa Rarth
77 Chapter 73 - Igor Sikorsky
78 Chapter 74 - Semangat Juang
79 Chapter 75 - Motif
80 Chapter 76 - Pesan
81 Chapter 77 - Kembali
82 Chapter 78 - Kota Venice, 17 Hari Kemudian
83 Chapter 79 - Kedai Bulan
84 Chapter 80 - Kunjungan
85 Chapter 81 - Enchantment
86 Chapter 82 - Hasil
87 Chapter 83 - Rapat
88 Chapter 84 - Pekerjaan Baru
89 Chapter 85 - Pertemuan
90 Chapter 86 - Akademi Sihir Aselica
91 Chapter 87 - Pendaftaran
92 Chapter 88 - Promotor
93 Chapter 89 - Kenyataan
94 Chapter 90 - Pelajaran
95 Chapter 91 - Pertukaran
96 Chapter 92 - Senjata Sihir
97 Chapter 93 - Mark 1
98 Chapter 94 - Parade?
99 Chapter 95 - Penyergapan
100 Chapter 96 - Perburuan
101 Chapter 96.5 - Benteng Kayu
102 Chapter 97 - Dua Sisi
103 Chapter 98 - Hasil Akhir
104 Chapter 99 - Pengorbanan
105 Chapter 100 - Revelation
106 Chapter 101 - Kelulusan
107 Chapter 102 - Kenyataan
108 Chapter 103 - Kekosongan Kekuatan
109 Chapter 104 - Pengganti
110 Chapter 105 - Kebijakan Baru
111 Chapter 106 - Divisi Khusus
112 Chapter 107 - Langkah Berikutnya
113 Chapter 108 - Serangan Dadakan
114 Chapter 109 - Pertempuran
115 Chapter 110 - Pembantaian
116 Chapter 111 - Kembali
117 Chapter 112 - Sisi Lain
118 Chapter 113 - Kepala Akademi
119 Chapter 114 - Pilihan
120 Chapter 115 - Mengatakan yang Sejujurnya
121 Chapter 116 - Pemerintahan Selama Musim Dingin
122 Chapter 117 - Masalah Besar
123 Chapter 118 - Raja Iblis
124 Chapter 119 - Saran
125 Chapter 120 - Saudari
126 Chapter 121 - Kecurigaan
127 Chapter 122 - Utusan
128 Chapter 123 - Hal tak Terelakkan
129 Chapter 124 - Keputusan
130 Chapter 125 - Kebenaran
131 Chapter 126 - Iblis
132 Chapter 127 - Kekacauan
133 Chapter 128 - Akhir
134 Epilog Arc 2
135 Arc 3 - Golden Age
136 Chapter 129 - Perkembangan
137 Chapter 130 - 6 Tahun Kedamaian
138 Chapter 131 - Krisis
139 Chapter 132 - Pertempuran di Crystalcourt
140 Promosi
141 Chapter 133 - Pertempuran di Crystalcourt 2
142 Chapter 134 - Kekuatan Mutlak
143 Chapter 135 - Phyrric Victory
144 Chapter 136 - Taste of Defeat
145 Chapter 137 - Kepulangan
146 Chapter 138 - Kabar
147 Chapter 139 - New Dawn
148 Chapter 140 - Agreement
149 Chapter 141 - Journey
150 Chapter 142 - Kebenaran
151 Chapter 143 - Encounter
152 Chapter 144 - Pengorbanan
153 Chapter 145 - Sisi Lain
154 Chapter 146 - Panggung untuk sebuah Akhir
155 Chapter 147 - Dua Pemikiran
156 Chapter 148 - Dua Buah Pilihan
157 Selfish Ending - A Peaceful World
158 Sacrificial Ending - A Bloodbath World
159 Epilog Bagian 2 - Dunia Impian
Episodes

Updated 159 Episodes

1
Arc 1 - Redemption
2
Chapter 1 - Pergi ke Dunia Lain
3
Chapter 2 - Bertahan Hidup
4
Chapter 3 - Kehidupan Di Desa
5
Chapter 4 - Pahlawan Baru
6
Chapter 5 - Pagi yang Merepotkan
7
Chapter 6 - Kemenangan
8
Chapter 7 - Kawan Baru
9
Chapter 8 - Hari Baru
10
Chapter 9 - Tidak Mau
11
Chapter 10 - Berkat
12
Ilustrasi (Akan selalu di-update tiap berjalannya cerita)
13
Chapter 11 - Kemampuan Baru
14
Chapter 12 - Tambang Carthia
15
Chapter 13 - Emas!
16
Chapter 14 - Awal Mula
17
Chapter 15 - Kegelapan
18
Chapter 16 - Pergantian
19
Chapter 17 - Musim Dingin
20
Chapter 18 - Penjelasan
21
Chapter 19 - Awal Baru
22
Chapter 20 - S Rank Skill : Enchanter
23
Chapter 21 - Rencana
24
Chapter 22 - Balasan
25
Chapter 23 - Kenyataan
26
Chapter 24 - Keluar
27
Chapter 25 - Danau Aegis
28
Chapter 26 - Istirahat
29
Chapter 27 - Sisi Lain
30
Chapter 28 - Pekerjaan
31
Chapter 29 - Pijakan Pertama
32
Chapter 30 - Hasil
33
Chapter 31 - Petualang
34
Chapter 32 - Keseharian
35
Chapter 33 - Akhir dari Musim Dingin
36
Chapter 34 - Awal Perjalanan
37
Chapter 35 - Monster
38
Chapter 36 - Kenyataan
39
Chapter 37 - Bantuan
40
Chapter 38 - Akhir dari Pelarian
41
Chapter 39 - Tenaga Kerja Tambahan
42
Chapter 40 - Pasar
43
Chapter 41 - Negosiasi
44
Chapter 42 - Persiapan
45
Chapter 43 - Pencatatan
46
Chapter 44 - Mencari Uang
47
Chapter 45 - Perkembangan
48
Chapter 46 - Tawaran
49
Chapter 47 - Pembicaraan
50
Chapter 48 - Kontrak
51
Chapter 48.5 - Sisi Lain
52
Chapter 49 - Kehidupan Baru
53
Chapter 50 - Misi Peramu
54
Chapter 51 - Berbisnis
55
Chapter 52 - Kegiatan
56
Chapter 53 - Surat
57
Chapter 54 - Garis Depan
58
Chapter 55 - Pekerjaan
59
Chapter 56 - Akademi Sihir
60
Chapter 57 - Kelas Sihir
61
Chapter 58 - Pasar Budak
62
Chapter 59 - Benang Takdir
63
Chapter 60 - Pencarian
64
Chapter 61 - Pertemuan
65
Chapter 62 - Kenyataan
66
Chapter 63 - Reuni
67
Chapter 64 - Lembaran Baru
68
Arc 2 - Nobility
69
Chapter 65 - Kedai Makan Baru
70
Chapter 66 - Manajemen
71
Chapter 67 - Penglihatan
72
Chapter 68 - Sisi Lain
73
Chapter 69 - Panggilan
74
Chapter 70 - Pahlawan Baru?
75
Chapter 71 - Perjalanan
76
Chapter 72 - Desa Rarth
77
Chapter 73 - Igor Sikorsky
78
Chapter 74 - Semangat Juang
79
Chapter 75 - Motif
80
Chapter 76 - Pesan
81
Chapter 77 - Kembali
82
Chapter 78 - Kota Venice, 17 Hari Kemudian
83
Chapter 79 - Kedai Bulan
84
Chapter 80 - Kunjungan
85
Chapter 81 - Enchantment
86
Chapter 82 - Hasil
87
Chapter 83 - Rapat
88
Chapter 84 - Pekerjaan Baru
89
Chapter 85 - Pertemuan
90
Chapter 86 - Akademi Sihir Aselica
91
Chapter 87 - Pendaftaran
92
Chapter 88 - Promotor
93
Chapter 89 - Kenyataan
94
Chapter 90 - Pelajaran
95
Chapter 91 - Pertukaran
96
Chapter 92 - Senjata Sihir
97
Chapter 93 - Mark 1
98
Chapter 94 - Parade?
99
Chapter 95 - Penyergapan
100
Chapter 96 - Perburuan
101
Chapter 96.5 - Benteng Kayu
102
Chapter 97 - Dua Sisi
103
Chapter 98 - Hasil Akhir
104
Chapter 99 - Pengorbanan
105
Chapter 100 - Revelation
106
Chapter 101 - Kelulusan
107
Chapter 102 - Kenyataan
108
Chapter 103 - Kekosongan Kekuatan
109
Chapter 104 - Pengganti
110
Chapter 105 - Kebijakan Baru
111
Chapter 106 - Divisi Khusus
112
Chapter 107 - Langkah Berikutnya
113
Chapter 108 - Serangan Dadakan
114
Chapter 109 - Pertempuran
115
Chapter 110 - Pembantaian
116
Chapter 111 - Kembali
117
Chapter 112 - Sisi Lain
118
Chapter 113 - Kepala Akademi
119
Chapter 114 - Pilihan
120
Chapter 115 - Mengatakan yang Sejujurnya
121
Chapter 116 - Pemerintahan Selama Musim Dingin
122
Chapter 117 - Masalah Besar
123
Chapter 118 - Raja Iblis
124
Chapter 119 - Saran
125
Chapter 120 - Saudari
126
Chapter 121 - Kecurigaan
127
Chapter 122 - Utusan
128
Chapter 123 - Hal tak Terelakkan
129
Chapter 124 - Keputusan
130
Chapter 125 - Kebenaran
131
Chapter 126 - Iblis
132
Chapter 127 - Kekacauan
133
Chapter 128 - Akhir
134
Epilog Arc 2
135
Arc 3 - Golden Age
136
Chapter 129 - Perkembangan
137
Chapter 130 - 6 Tahun Kedamaian
138
Chapter 131 - Krisis
139
Chapter 132 - Pertempuran di Crystalcourt
140
Promosi
141
Chapter 133 - Pertempuran di Crystalcourt 2
142
Chapter 134 - Kekuatan Mutlak
143
Chapter 135 - Phyrric Victory
144
Chapter 136 - Taste of Defeat
145
Chapter 137 - Kepulangan
146
Chapter 138 - Kabar
147
Chapter 139 - New Dawn
148
Chapter 140 - Agreement
149
Chapter 141 - Journey
150
Chapter 142 - Kebenaran
151
Chapter 143 - Encounter
152
Chapter 144 - Pengorbanan
153
Chapter 145 - Sisi Lain
154
Chapter 146 - Panggung untuk sebuah Akhir
155
Chapter 147 - Dua Pemikiran
156
Chapter 148 - Dua Buah Pilihan
157
Selfish Ending - A Peaceful World
158
Sacrificial Ending - A Bloodbath World
159
Epilog Bagian 2 - Dunia Impian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!