...-- World Map --...
...-- Egalathia --...
Egalathia, sebuah dunia yang telah setengah hancur akibat para Iblis yang mulai menyerbu tak hanya manusia, tapi juga ras besar lain seperti Elf dan Dwarf. Memaksa mereka untuk mundur dan bersembunyi bagaikan kura-kura.
Hingga saat ini, tahun ke 118 kalender kegelapan, ras Iblis telah berhasil menguasai sepertiga dari dunia ini.
Wilayah kekuasaannya terbentang dari Barat hingga ke Timur.
Wilayah Drycross, Barrenburn, dan Harkenfaire dulunya merupakan wilayah kekuasaan para manusia dan juga Elf. Tapi kini telah jatuh ke tangan iblis.
Termasuk juga wilayah Crystalworth hingga perbatasan Eastfort. Semuanya adalah wilayah kekuasaan Iblis. Satu-satunya wilayah yang menjadi pembatas antara umat manusia dan Iblis adalah benteng kokoh di Eastfort yang dibantu oleh keberadaan pegunungan.
Seluruh wilayah dari Eastfort hingga ke Mulderberg adalah wilayah kekuasaan manusia yang tersisa setelah 118 tahun penaklukan bangsa Iblis.
Sementara itu, Silverhide dan Crystalcourt merupakan dua wilayah utama dari ras Elf yang masih tersisa.
Astraknol yang terletak di Timur Laut itu merupakan wilayah Dwarf yang tersisa, dimana dulunya mereka bekerjasama dengan manusia untuk membuat pertambangan terbesar di dunia di pegunungan wilayah Crystalworth.
Dengan kalimat sederhana?
Dunia ini sudah dekat dengan kehancuran.
"Hmm.... Jadi begitu ya? Terimakasih telah menjelaskannya padaku." Ucap Dimas kepada seorang pemuda yang membawa sebuah kereta kuda itu.
Ia bernama Phillip yang merupakan seorang pedagang.
"Sebuah hal yang wajar untuk membantu orang yang membutuhkan. Tapi kenapa kau bisa tak mengetahui sejarah dari dunia ini? Darimana selama ini kau hidup?" Tanya Phillip yang mengenakan pakaian serba hijau itu.
"Aah.... Soal itu ya?"
Saat ini, Dimas berpikir dengan sangat keras mengenai apakah Ia sebaiknya memberitahu kenyataannya kepada dunia bahwa Ia adalah pahlawan pilihan atau tidak.
Meskipun menyebut diri sendiri sebagai pahlawan itu....
Dimas pun memperhatikan dirinya sendiri yang jauh lebih pantas sebagai seorang pengemis daripada seorang pahlawan itu.
Akhirnya, Ia pun memutuskan.
"Yah.... Ada satu dan dua hal mengenai itu." Balas Dimas sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"Begitu kah? Tak masalah bagiku. Setiap orang memang memiliki sesuatu yang sepantasnya dirahasiakan. Bukankah begitu?" Balas Phillip sambil tersenyum.
Mereka berdua pun berbincang sejenak sambil melanjutkan pelajaran sejarah singkat kepada Dimas.
Phillip yang awalnya hanya berniat untuk mengistirahatkan kudanya di bawah pohon yang teduh ini pun justru terlihat senang membantu Dimas.
Hingga akhirnya, waktu perpisahan pun tiba.
"Kalau begitu, aku akan melanjutkan perjalananku, Dimas. Senang mengobrol denganmu." Ucap Phillip yang segera berdiri dan mulai melepaskan tali ikatan kudanya.
"Aku sangat berterimakasih banyak pada bantuanmu. Tapi maaf aku sama sekali tak memiliki uang untuk membayarnya...."
"Kau benar. Dengan uang sebanyak itu, mungkin kau hanya akan bertahan hidup selama 2 hari sebelum kelaparan." Balas Phillip dengan tenang. Seakan itu adalah hal yang biasa.
Dimas yang mendengarnya pun sangat terkejut. Membuat ekspresinya berubah seketika.
"Hanya dua hari? Kau bercanda kan?!"
Apa yang ada di dalam pikirannya hanyalah satu. Yaitu sosok Dewi yang melemparkannya ke dunia ini hanya untuk mati setelah beberapa hari kelaparan. Semua itu karena tak punya uang.
"Ya, mungkin jika kau lebih berhemat, kau akan bertahan selama tiga ha...."
"Kumohon! Bantu aku! Aku akan menjual sesuatu! Tidak! Aku akan bekerja! Aku tak ingin mati!" Teriak Dimas yang segera mendekat dan memohon kepada Phillip.
"Aah.... Sayang sekali aku saat ini juga sedang dalam kondisi yang buruk. Hmm...."
Phillip terlihat memikirkan sesuatu. Tangan kanannya terlihat menopang dagunya sambil membuat ekspresi wajah yang serius.
Sementara itu, Dimas memperlihatkan pandangan yang berbinar. Seakan berusaha sebaik mungkin untuk mendapatkan sedikit rasa iba dari orang yang baru saja dikenalnya itu.
"Bagaimana kalau aku membeli pakaianmu? Nampaknya pakaian itu terbuat dari bahan yang berkualitas tinggi. Hmm...." Ucap Phillip sambil meraba-raba baju kotak-kotak yang dikenakan oleh Dimas. Begitu pula dengan celana jeans miliknya.
"Sebagai gantinya, aku akan memberikanmu pakaian standar para petualang dan 2 keping koin emas. Dengan itu setidaknya kau bisa bertahan hidup selama beberapa bulan." Lanjut Phillip sambil segera mengambil satu set pakaian berwarna coklat.
Saat itu juga, perasaan di dalam diri Dimas pun cukup campur aduk. Di satu sisi, Ia bahagia karena setidaknya bisa memperoleh uang untuk bertahan hidup.
Tapi di sisi lain....
'Ini adalah satu-satunya kenangan ku di bumi.... Apakah tidak masalah aku menjualnya?' Pikir Dimas secara serius. Mau bagaimanapun, hanya itulah yang mengingatkan....
'Tidak! Aku masih punya ponselku! Yah, walaupun aku yakin baterainya akan segera habis dan aku tidak bisa mengisi ulang. Tapi setidaknya untuk kenangan benda itu sudah cukup bukan?'
Dengan senyuman yang lebar, Dimas pun menerima tawaran itu.
Akhirnya, mereka berdua pun berpisah. Dengan informasi terakhir dari Phillip adalah lokasi terdekat sebuah desa.
Tanpa ragu, Dimas segera bergerak kesana.
......***......
...-- Wilayah Mulderberg --...
...- Desa Canary -...
Sebuah desa kecil yang terletak di sebelah sungai. Jumlah total populasi dari desa ini hanya berkisar pada angka 500 orang.
Pekerjaan utama dari seluruh penduduk di desa ini adalah petani atau peternak. Ladang gandum yang luas serta banyaknya ayam dan sapi di sekitar desa ini memperjelas hal itu.
"Permisi, dimanakah kepala desa berada?" Tanya Dimas kepada salah seorang petani yang sedang membajak tanah.
"Hah? Kepala desa? Berjalanlah saja ke tengah desa, dia biasanya sibuk bermain dengan anak-anak di sana." Ucap petani itu sambil segera melanjutkan pekerjaannya.
"Terimakasih."
Dimas segera mempercepat langkah kakinya untuk menemui kepala desa itu.
Di pusat dari desa ini, terdapat sebuah api unggun serta banyak anak kecil yang berlarian mengelilinginya.
Beberapa logam besi yang pipih nampak menancap di sekitar api unggun itu, dengan daging yang telah dibumbui.
Tepat di depan sebuah rumah yang cukup besar, seorang Pria tua dengan rambut yang telah memutih itu terlihat sedang membagikan daging kepada beberapa anak kecil.
"Permisi.... Apakah kau kepala desa di tempat ini?" Tanya Dimas dengan sopan.
"Hmm.... Aku tak pernah melihatmu sebelumnya. Petualang?" Tanya Kepala desa itu sambil terus berusaha mengenali sosok pemuda yang ada di hadapannya.
"Ya, begitulah. Aku kemari untuk mencari pekerjaan dan tempat tinggal."
"Pekerjaan dan tempat tinggal? Hmm, mungkin kau bisa tinggal di salah satu gudang peralatan jika kau mau gratis, atau 10 keping perunggu perhari untuk tinggal di penginapan Nyonya Mia.
Sedangkan untuk pekerjaan, kau bisa bertani atau beternak kapan saja. Tapi kau harus menyiapkan lahannya sendiri." Jelas kepala desa itu dengan wajah yang serius.
"Begitukah? Tidak untuk memburu monster?"
"Monster selalu diatasi oleh para Ksatria. Orang lemah sepertimu lebih baik menjauhi pertarungan." Balas kepala desa itu dengan wajah yang mengejek.
"Aah.... Tentu saja seperti itu ya?"
Mengingat uangnya yang terbatas, Dimas pun akhirnya memutuskan untuk tinggal di gudang peralatan. Dengan pekerjaan utama sebagai seorang petani gandum dan juga peternak ayam.
Akhirnya....
Petualangannya, atau kehidupan buruhnya di dunia lain pun dimulai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments
Zovz
Dimas kamu keren
2024-07-02
0
Möses Simal
isekai smartphone
2024-06-26
1
Semau Gue
jejak
👣👣👣
2023-06-07
1