'Pruukk! Prruukk!'
Matahari telah terbit sejak beberapa jam lalu, dan Dimas beserta para petani lainnya telah bekerja di lahan dengan baik. Tidak, mereka semua bekerja dengan sekuat tenaga.
Semua itu demi bertahan hidup dan memakmurkan desa kecil ini. Sebuah desa yang cukup terpencil dan jauh dari kota.
"Dik Dimas, semakin hari pekerjaanmu semakin bagus ya?" Tanya pak tua Zack.
"Begitu kah? Hahaha.... Aku hanya mengikuti arahanmu." Balas Dimas sambil tertawa ringan.
Pada kenyataannya, Dimas tak pernah membuka lahan sendiri. Itu dikarenakan Ia sama sekali tak mengetahui bagaimana caranya untuk bertani. Tapi sebagai gantinya, Ia bekerja di bawah naungan beberapa petani lain.
Dengan arahan dan bimbingan mereka, lahan pertanian musim ini pun menjadi semakin luas. Membuat daya tahan mereka semua di musim dingin nanti semakin membaik.
"Meski begitu, kau benar-benar bekerja dengan sangat baik sebagai seorang pemuda. Kau tahu? Sebagian petualang yang kemari dan meminta pekerjaan, lalu dihadapkan dengan pekerjaan seorang petani, mereka akan kabur ketakutan. Bahkan terlihat lebih takut daripada menghadapi Goblin hahaha!" Jelas Zack sambil tertawa cukup keras.
Dimas yang mendengarnya pun sedikit memalingkan wajahnya. Alasannya sangat sederhana, yaitu Ia sendiri sebenarnya juga enggan melakukan pekerjaan ini.
Hanya karena sebuah paksaan saja karena Ia tak bisa hidup dengan cara yang lain.
"Hahaha.... Jadi seperti itu ya?" Balas Dimas sambil tertawa ringan. Kedua tangannya terlihat berhenti untuk mengayunkan cangkul itu.
Di saat kedua orang itu sedang sibuk bekerja....
Sesuatu nampak bergerak dari Hutan di kejauhan.
"Uuh.... Zack. Aku ingin memastikan sesuatu." Ucap Dimas dengan wajah yang terlihat sedikit khawatir.
"Tentu saja. Katakan saja padaku." Balas Zack dengan penuh percaya diri.
Dimas sedikit menyipitkan kedua matanya sambil berusaha untuk melihat apa yang ada di hadapannya. Dengan harapan terbesar yaitu penglihatannya yang salah.
Segera setelah melihatnya dengan lebih baik, Dimas pun segera bertanya.
"Apakah yang dimaksud dengan Goblin itu makhluk berkulit hijau dengan tinggi seperti bocah sekitar 7 tahun?"
"Hahaha! Kau benar. Apakah kau sudah pernah melawannya sebelumnya? Meskipun kecil, mereka cukup merepotkan kau tahu?" Balas Zack sambil tertawa dengan keras.
Mendengar hal itu, Dimas pun segera mengambil kembali cangkulnya dengan tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya memastikan pisau kecil yang ada di pinggangnya masih ada.
"Kalau begitu, apakah mereka semua itu Goblin?" Tanya Dimas sambil melihat ke arah hutan itu.
Zack yang mendengarnya pun merasa tak percaya. Tapi segera setelah Ia membalik badannya....
"Hah?! Kenapa ada banyak sekali Goblin kemari?!" Teriak Zack ketakutan.
Jumlah mereka mencapai sekitar 10 ekor Goblin. Tapi ada satu hal yang menjadi pertanyaan mereka berdua.
Yaitu mengenai sosok seorang wanita dengan rambut pirang yang berlari dari 10 ekor Goblin itu.
"Huwaaaa!!! Tolong aku!!! Siapapun tolong aku!!!" Teriak wanita itu dengan keras.
Perlengkapannya terlihat seperti zirah kulit yang berwarna kecoklatan dari dada hingga kakinya. Serta sebuah pedang satu tangan yang menggantung di pinggang kirinya.
Kedua tangannya nampak sibuk menggendong seorang gadis kecil yang sedang menangis.
"Bocah! Ini gawat! Kita takkan bisa selamat dari 10 ekor Goblin itu! Ayo segera lari!" Teriak pak tua Zack itu.
Tapi Dimas hanya terdiam. Ia memperhatikan situasi ini dengan seksama.
'Gadis kecil.... Wanita berambut coklat.... Tinggi tubuh yang ideal.... Terlebih lagi....' Pikir Dimas dalam hatinya sambil memperhatikan suatu bagian dari tubuh wanita itu.
Senyuman yang lebar terlihat di wajahnya seakan sedang merencanakan sesuatu yang tak kalah buruk dari situasi ini.
"Oi, pak tua Zack. Jika kita berdua kabur, siapa yang akan menahan seluruh Goblin itu? Serahkan saja padaku, sedangkan kau bisa memanggil bantuan dari yang lain." Ucap Dimas dengan wajah yang penuh percaya diri sambil memberikan jempol.
Meski terlihat begitu keren dan heroik, akan tetapi....
"Aku sama sekali tak yakin kau bisa bertahan bahkan beberapa detik." Balas Zack sambil memasang wajah yang penuh dengan keraguan.
"Masa bodoh dengan itu dan cepat pergilah dari sini!" Balas Dimas dengan kesal.
"Jangan salahkan aku jika kau mati, bocah!" Balas Zack sambil segera melarikan dari dari tempat ini
"Bagaimana caranya aku akan menyalahkanmu jika aku sudah mati?! Dasar, pria tua yang menjengkelkan. Sekarang...."
Dimas memperhatikan sekali lagi pemandangan yang ada di hadapannya. Melihat persenjataan yang ada di tangan para Goblin itu, Dimas mulai merasa yakin.
"Pemukul kayu, pisau yang berkarat, dan apa-apaan itu? Batu? Bah! Akan kutunjukkan bagaimana caranya aku melawan 4 orang penagih hutang di kehidupanku yang sebelumnya." Ucap Dimas sambil melinting baju di kedua lengannya.
Tangan kanannya membawa sebuah cangkul yang telah diasah hingga cukup tajam untuk memotong banyak tanah. Sedangkan tangan kirinya membawa sebuah pisau kecil yang selalu dirawatnya setiap hari.
"Maju kemari kalian semua! Dasar Goblin sialan!"
"Aaaahhh! Tolong aku!!!" Teriak wanita itu yang kini hanya berjarak sekitar 8 meter saja.
'Tap!'
Dimas menghentakkan kakinya di tanah yang baru saja dicangkulnya itu.
Tangan kanannya telah sangat siap untuk mengayunkan cangkul yang besar dan tajam itu.
"Graaaaaa!!!"
'Zraaattt!'
Dengan ayunan yang sekuat tenaga sambil memutar tubuhnya, cangkul itu berhasil menancap di sisi kiri kepala Goblin. Membuatnya mati seketika.
Darah mulai mengalir secara perlahan, dengan sisa 9 Goblin yang lain mulai menghentikan langkah kakinya setelah melihat gerakan mengerikan dari Dimas itu.
"Buahahaha! Hanya sekali ayunan dan langsung ma.... Eh.... Tunggu dulu. Kenapa aku tak bisa mencabutnya?"
Tawa keras dari Dimas mulai luntur dan tergantikan oleh ekspresi panik. Hal itu tak lain karena cangkulnya menancap terlalu dalam di kepala Goblin itu hingga tak bisa dilepaskan.
"Kraaaa!!!"
Sisa 9 Goblin yang lain pun tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Mereka dengan segera melupakan sosok wanita yang kabur barusan dan segera menyerang Dimas.
"Sialan!"
Dimas terpaksa meninggalkan cangkulnya untuk menghindar. Kini, Ia mulai memegang pisau kecil itu di tangan kanannya. Bersiap untuk melawan balik. Hanya saja....
'Bocah kecil sialan ini.... Mereka lebih lincah dari yang kuduga?!' Pikir Dimas dalam hatinya.
Apa yang ada di dalam bayangannya adalah sosok 4 preman penagih hutang yang berbadan besar dan memiliki gerakan yang lambat.
Tapi karena lawannya kali ini hanya setengah dari tingginya, memberikan serangan dari kedua lengannya jauh lebih sulit daripada yang diduga.
Terlebih lagi jumlahnya ada 9.
'Sraassh!'
'Bruukk!'
Salah satu tebasan pisau itu berhasil mengenai kaki Dimas. Sedangkan Goblin yang lain berhasil memberikan pukulan dengan tongkat kayu itu di punggungnya.
"Sialan! Sakit tahu?! Enyahlah dari sini!"
Dimas mulai mengayunkan pisaunya secara sembarangan sebagai upaya untuk menakut-nakuti Goblin itu. Dimana strateginya membuahkan hasil yang baik.
Para Goblin itu mulai menjauhi Dimas dan ayunan pisau gilanya. Tapi untuk berapa lama?
'Sialan.... Aku mulai lelah....'
Pandangannya mulai buram. Nafasnya pun mulai tak teratur. Hawa yang dingin mulai terasa di dadanya bersamaan dengan rasa sesak.
'Apakah.... Aku akan mati oleh Goblin sialan ini?!'
Di saat dirinya sibuk dalam pikirannya, dan para Goblin itu fokus padanya....
'ZRAAAAATTTT!!!'
Sebuah tebasan pedang yang cukup kuat dan cepat itu berhasil menebas tubuh 3 Goblin sekaligus.
Sosoknya terlihat jauh berbeda kali ini.
Rambut coklatnya yang cukup panjang itu bergerak seiring dengan langkahnya. Tangan kanannya yang membawa pedang itu terlihat begitu menawan sekaligus kuat.
Dari bibirnya yang indah itu, wanita itu berbicara.
"Kau yang bernama Dimas? Terimakasih telah membiarkanku meletakkan anak kecil itu di tempat yang aman. Mulai sekarang dan seterusnya, aku akan bertarung bersamamu sesuai dengan perintah Dewi Silvie."
Ucapan itu membuat Dimas terlihat begitu terpana. Kedua matanya terbuka lebar dan mulai berbinar. Bahkan mulutnya mulai terbuka lebar. Membuat dirinya sendiri berpikir.
'Apakah ini.... Awal dari perubahan kehidupanku?'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments
Semau Gue
jejak
👣👣👣👣
2023-06-13
1
Hanachi
berambut coklat atau pirang, kak?!
2022-11-07
0
smilexslime
antara mc dibuat lemah di awal dg dibuat bertingkah bodoh beda tipis thor
2022-05-16
0