Chapter 5 - Pagi yang Merepotkan

'Pruukk! Prruukk!'

Matahari telah terbit sejak beberapa jam lalu, dan Dimas beserta para petani lainnya telah bekerja di lahan dengan baik. Tidak, mereka semua bekerja dengan sekuat tenaga.

Semua itu demi bertahan hidup dan memakmurkan desa kecil ini. Sebuah desa yang cukup terpencil dan jauh dari kota.

"Dik Dimas, semakin hari pekerjaanmu semakin bagus ya?" Tanya pak tua Zack.

"Begitu kah? Hahaha.... Aku hanya mengikuti arahanmu." Balas Dimas sambil tertawa ringan.

Pada kenyataannya, Dimas tak pernah membuka lahan sendiri. Itu dikarenakan Ia sama sekali tak mengetahui bagaimana caranya untuk bertani. Tapi sebagai gantinya, Ia bekerja di bawah naungan beberapa petani lain.

Dengan arahan dan bimbingan mereka, lahan pertanian musim ini pun menjadi semakin luas. Membuat daya tahan mereka semua di musim dingin nanti semakin membaik.

"Meski begitu, kau benar-benar bekerja dengan sangat baik sebagai seorang pemuda. Kau tahu? Sebagian petualang yang kemari dan meminta pekerjaan, lalu dihadapkan dengan pekerjaan seorang petani, mereka akan kabur ketakutan. Bahkan terlihat lebih takut daripada menghadapi Goblin hahaha!" Jelas Zack sambil tertawa cukup keras.

Dimas yang mendengarnya pun sedikit memalingkan wajahnya. Alasannya sangat sederhana, yaitu Ia sendiri sebenarnya juga enggan melakukan pekerjaan ini.

Hanya karena sebuah paksaan saja karena Ia tak bisa hidup dengan cara yang lain.

"Hahaha.... Jadi seperti itu ya?" Balas Dimas sambil tertawa ringan. Kedua tangannya terlihat berhenti untuk mengayunkan cangkul itu.

Di saat kedua orang itu sedang sibuk bekerja....

Sesuatu nampak bergerak dari Hutan di kejauhan.

"Uuh.... Zack. Aku ingin memastikan sesuatu." Ucap Dimas dengan wajah yang terlihat sedikit khawatir.

"Tentu saja. Katakan saja padaku." Balas Zack dengan penuh percaya diri.

Dimas sedikit menyipitkan kedua matanya sambil berusaha untuk melihat apa yang ada di hadapannya. Dengan harapan terbesar yaitu penglihatannya yang salah.

Segera setelah melihatnya dengan lebih baik, Dimas pun segera bertanya.

"Apakah yang dimaksud dengan Goblin itu makhluk berkulit hijau dengan tinggi seperti bocah sekitar 7 tahun?"

"Hahaha! Kau benar. Apakah kau sudah pernah melawannya sebelumnya? Meskipun kecil, mereka cukup merepotkan kau tahu?" Balas Zack sambil tertawa dengan keras.

Mendengar hal itu, Dimas pun segera mengambil kembali cangkulnya dengan tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya memastikan pisau kecil yang ada di pinggangnya masih ada.

"Kalau begitu, apakah mereka semua itu Goblin?" Tanya Dimas sambil melihat ke arah hutan itu.

Zack yang mendengarnya pun merasa tak percaya. Tapi segera setelah Ia membalik badannya....

"Hah?! Kenapa ada banyak sekali Goblin kemari?!" Teriak Zack ketakutan.

Jumlah mereka mencapai sekitar 10 ekor Goblin. Tapi ada satu hal yang menjadi pertanyaan mereka berdua.

Yaitu mengenai sosok seorang wanita dengan rambut pirang yang berlari dari 10 ekor Goblin itu.

"Huwaaaa!!! Tolong aku!!! Siapapun tolong aku!!!" Teriak wanita itu dengan keras.

Perlengkapannya terlihat seperti zirah kulit yang berwarna kecoklatan dari dada hingga kakinya. Serta sebuah pedang satu tangan yang menggantung di pinggang kirinya.

Kedua tangannya nampak sibuk menggendong seorang gadis kecil yang sedang menangis.

"Bocah! Ini gawat! Kita takkan bisa selamat dari 10 ekor Goblin itu! Ayo segera lari!" Teriak pak tua Zack itu.

Tapi Dimas hanya terdiam. Ia memperhatikan situasi ini dengan seksama.

'Gadis kecil.... Wanita berambut coklat.... Tinggi tubuh yang ideal.... Terlebih lagi....' Pikir Dimas dalam hatinya sambil memperhatikan suatu bagian dari tubuh wanita itu.

Senyuman yang lebar terlihat di wajahnya seakan sedang merencanakan sesuatu yang tak kalah buruk dari situasi ini.

"Oi, pak tua Zack. Jika kita berdua kabur, siapa yang akan menahan seluruh Goblin itu? Serahkan saja padaku, sedangkan kau bisa memanggil bantuan dari yang lain." Ucap Dimas dengan wajah yang penuh percaya diri sambil memberikan jempol.

Meski terlihat begitu keren dan heroik, akan tetapi....

"Aku sama sekali tak yakin kau bisa bertahan bahkan beberapa detik." Balas Zack sambil memasang wajah yang penuh dengan keraguan.

"Masa bodoh dengan itu dan cepat pergilah dari sini!" Balas Dimas dengan kesal.

"Jangan salahkan aku jika kau mati, bocah!" Balas Zack sambil segera melarikan dari dari tempat ini

"Bagaimana caranya aku akan menyalahkanmu jika aku sudah mati?! Dasar, pria tua yang menjengkelkan. Sekarang...."

Dimas memperhatikan sekali lagi pemandangan yang ada di hadapannya. Melihat persenjataan yang ada di tangan para Goblin itu, Dimas mulai merasa yakin.

"Pemukul kayu, pisau yang berkarat, dan apa-apaan itu? Batu? Bah! Akan kutunjukkan bagaimana caranya aku melawan 4 orang penagih hutang di kehidupanku yang sebelumnya." Ucap Dimas sambil melinting baju di kedua lengannya.

Tangan kanannya membawa sebuah cangkul yang telah diasah hingga cukup tajam untuk memotong banyak tanah. Sedangkan tangan kirinya membawa sebuah pisau kecil yang selalu dirawatnya setiap hari.

"Maju kemari kalian semua! Dasar Goblin sialan!"

"Aaaahhh! Tolong aku!!!" Teriak wanita itu yang kini hanya berjarak sekitar 8 meter saja.

'Tap!'

Dimas menghentakkan kakinya di tanah yang baru saja dicangkulnya itu.

Tangan kanannya telah sangat siap untuk mengayunkan cangkul yang besar dan tajam itu.

"Graaaaaa!!!"

'Zraaattt!'

Dengan ayunan yang sekuat tenaga sambil memutar tubuhnya, cangkul itu berhasil menancap di sisi kiri kepala Goblin. Membuatnya mati seketika.

Darah mulai mengalir secara perlahan, dengan sisa 9 Goblin yang lain mulai menghentikan langkah kakinya setelah melihat gerakan mengerikan dari Dimas itu.

"Buahahaha! Hanya sekali ayunan dan langsung ma.... Eh.... Tunggu dulu. Kenapa aku tak bisa mencabutnya?"

Tawa keras dari Dimas mulai luntur dan tergantikan oleh ekspresi panik. Hal itu tak lain karena cangkulnya menancap terlalu dalam di kepala Goblin itu hingga tak bisa dilepaskan.

"Kraaaa!!!"

Sisa 9 Goblin yang lain pun tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Mereka dengan segera melupakan sosok wanita yang kabur barusan dan segera menyerang Dimas.

"Sialan!"

Dimas terpaksa meninggalkan cangkulnya untuk menghindar. Kini, Ia mulai memegang pisau kecil itu di tangan kanannya. Bersiap untuk melawan balik. Hanya saja....

'Bocah kecil sialan ini.... Mereka lebih lincah dari yang kuduga?!' Pikir Dimas dalam hatinya.

Apa yang ada di dalam bayangannya adalah sosok 4 preman penagih hutang yang berbadan besar dan memiliki gerakan yang lambat.

Tapi karena lawannya kali ini hanya setengah dari tingginya, memberikan serangan dari kedua lengannya jauh lebih sulit daripada yang diduga.

Terlebih lagi jumlahnya ada 9.

'Sraassh!'

'Bruukk!'

Salah satu tebasan pisau itu berhasil mengenai kaki Dimas. Sedangkan Goblin yang lain berhasil memberikan pukulan dengan tongkat kayu itu di punggungnya.

"Sialan! Sakit tahu?! Enyahlah dari sini!"

Dimas mulai mengayunkan pisaunya secara sembarangan sebagai upaya untuk menakut-nakuti Goblin itu. Dimana strateginya membuahkan hasil yang baik.

Para Goblin itu mulai menjauhi Dimas dan ayunan pisau gilanya. Tapi untuk berapa lama?

'Sialan.... Aku mulai lelah....'

Pandangannya mulai buram. Nafasnya pun mulai tak teratur. Hawa yang dingin mulai terasa di dadanya bersamaan dengan rasa sesak.

'Apakah.... Aku akan mati oleh Goblin sialan ini?!'

Di saat dirinya sibuk dalam pikirannya, dan para Goblin itu fokus padanya....

'ZRAAAAATTTT!!!'

Sebuah tebasan pedang yang cukup kuat dan cepat itu berhasil menebas tubuh 3 Goblin sekaligus.

Sosoknya terlihat jauh berbeda kali ini.

Rambut coklatnya yang cukup panjang itu bergerak seiring dengan langkahnya. Tangan kanannya yang membawa pedang itu terlihat begitu menawan sekaligus kuat.

Dari bibirnya yang indah itu, wanita itu berbicara.

"Kau yang bernama Dimas? Terimakasih telah membiarkanku meletakkan anak kecil itu di tempat yang aman. Mulai sekarang dan seterusnya, aku akan bertarung bersamamu sesuai dengan perintah Dewi Silvie."

Ucapan itu membuat Dimas terlihat begitu terpana. Kedua matanya terbuka lebar dan mulai berbinar. Bahkan mulutnya mulai terbuka lebar. Membuat dirinya sendiri berpikir.

'Apakah ini.... Awal dari perubahan kehidupanku?'

Terpopuler

Comments

Semau Gue

Semau Gue

jejak

👣👣👣👣

2023-06-13

1

Hana

Hana

berambut coklat atau pirang, kak?!

2022-11-07

0

smilexslime

smilexslime

antara mc dibuat lemah di awal dg dibuat bertingkah bodoh beda tipis thor

2022-05-16

0

lihat semua
Episodes
1 Arc 1 - Redemption
2 Chapter 1 - Pergi ke Dunia Lain
3 Chapter 2 - Bertahan Hidup
4 Chapter 3 - Kehidupan Di Desa
5 Chapter 4 - Pahlawan Baru
6 Chapter 5 - Pagi yang Merepotkan
7 Chapter 6 - Kemenangan
8 Chapter 7 - Kawan Baru
9 Chapter 8 - Hari Baru
10 Chapter 9 - Tidak Mau
11 Chapter 10 - Berkat
12 Ilustrasi (Akan selalu di-update tiap berjalannya cerita)
13 Chapter 11 - Kemampuan Baru
14 Chapter 12 - Tambang Carthia
15 Chapter 13 - Emas!
16 Chapter 14 - Awal Mula
17 Chapter 15 - Kegelapan
18 Chapter 16 - Pergantian
19 Chapter 17 - Musim Dingin
20 Chapter 18 - Penjelasan
21 Chapter 19 - Awal Baru
22 Chapter 20 - S Rank Skill : Enchanter
23 Chapter 21 - Rencana
24 Chapter 22 - Balasan
25 Chapter 23 - Kenyataan
26 Chapter 24 - Keluar
27 Chapter 25 - Danau Aegis
28 Chapter 26 - Istirahat
29 Chapter 27 - Sisi Lain
30 Chapter 28 - Pekerjaan
31 Chapter 29 - Pijakan Pertama
32 Chapter 30 - Hasil
33 Chapter 31 - Petualang
34 Chapter 32 - Keseharian
35 Chapter 33 - Akhir dari Musim Dingin
36 Chapter 34 - Awal Perjalanan
37 Chapter 35 - Monster
38 Chapter 36 - Kenyataan
39 Chapter 37 - Bantuan
40 Chapter 38 - Akhir dari Pelarian
41 Chapter 39 - Tenaga Kerja Tambahan
42 Chapter 40 - Pasar
43 Chapter 41 - Negosiasi
44 Chapter 42 - Persiapan
45 Chapter 43 - Pencatatan
46 Chapter 44 - Mencari Uang
47 Chapter 45 - Perkembangan
48 Chapter 46 - Tawaran
49 Chapter 47 - Pembicaraan
50 Chapter 48 - Kontrak
51 Chapter 48.5 - Sisi Lain
52 Chapter 49 - Kehidupan Baru
53 Chapter 50 - Misi Peramu
54 Chapter 51 - Berbisnis
55 Chapter 52 - Kegiatan
56 Chapter 53 - Surat
57 Chapter 54 - Garis Depan
58 Chapter 55 - Pekerjaan
59 Chapter 56 - Akademi Sihir
60 Chapter 57 - Kelas Sihir
61 Chapter 58 - Pasar Budak
62 Chapter 59 - Benang Takdir
63 Chapter 60 - Pencarian
64 Chapter 61 - Pertemuan
65 Chapter 62 - Kenyataan
66 Chapter 63 - Reuni
67 Chapter 64 - Lembaran Baru
68 Arc 2 - Nobility
69 Chapter 65 - Kedai Makan Baru
70 Chapter 66 - Manajemen
71 Chapter 67 - Penglihatan
72 Chapter 68 - Sisi Lain
73 Chapter 69 - Panggilan
74 Chapter 70 - Pahlawan Baru?
75 Chapter 71 - Perjalanan
76 Chapter 72 - Desa Rarth
77 Chapter 73 - Igor Sikorsky
78 Chapter 74 - Semangat Juang
79 Chapter 75 - Motif
80 Chapter 76 - Pesan
81 Chapter 77 - Kembali
82 Chapter 78 - Kota Venice, 17 Hari Kemudian
83 Chapter 79 - Kedai Bulan
84 Chapter 80 - Kunjungan
85 Chapter 81 - Enchantment
86 Chapter 82 - Hasil
87 Chapter 83 - Rapat
88 Chapter 84 - Pekerjaan Baru
89 Chapter 85 - Pertemuan
90 Chapter 86 - Akademi Sihir Aselica
91 Chapter 87 - Pendaftaran
92 Chapter 88 - Promotor
93 Chapter 89 - Kenyataan
94 Chapter 90 - Pelajaran
95 Chapter 91 - Pertukaran
96 Chapter 92 - Senjata Sihir
97 Chapter 93 - Mark 1
98 Chapter 94 - Parade?
99 Chapter 95 - Penyergapan
100 Chapter 96 - Perburuan
101 Chapter 96.5 - Benteng Kayu
102 Chapter 97 - Dua Sisi
103 Chapter 98 - Hasil Akhir
104 Chapter 99 - Pengorbanan
105 Chapter 100 - Revelation
106 Chapter 101 - Kelulusan
107 Chapter 102 - Kenyataan
108 Chapter 103 - Kekosongan Kekuatan
109 Chapter 104 - Pengganti
110 Chapter 105 - Kebijakan Baru
111 Chapter 106 - Divisi Khusus
112 Chapter 107 - Langkah Berikutnya
113 Chapter 108 - Serangan Dadakan
114 Chapter 109 - Pertempuran
115 Chapter 110 - Pembantaian
116 Chapter 111 - Kembali
117 Chapter 112 - Sisi Lain
118 Chapter 113 - Kepala Akademi
119 Chapter 114 - Pilihan
120 Chapter 115 - Mengatakan yang Sejujurnya
121 Chapter 116 - Pemerintahan Selama Musim Dingin
122 Chapter 117 - Masalah Besar
123 Chapter 118 - Raja Iblis
124 Chapter 119 - Saran
125 Chapter 120 - Saudari
126 Chapter 121 - Kecurigaan
127 Chapter 122 - Utusan
128 Chapter 123 - Hal tak Terelakkan
129 Chapter 124 - Keputusan
130 Chapter 125 - Kebenaran
131 Chapter 126 - Iblis
132 Chapter 127 - Kekacauan
133 Chapter 128 - Akhir
134 Epilog Arc 2
135 Arc 3 - Golden Age
136 Chapter 129 - Perkembangan
137 Chapter 130 - 6 Tahun Kedamaian
138 Chapter 131 - Krisis
139 Chapter 132 - Pertempuran di Crystalcourt
140 Promosi
141 Chapter 133 - Pertempuran di Crystalcourt 2
142 Chapter 134 - Kekuatan Mutlak
143 Chapter 135 - Phyrric Victory
144 Chapter 136 - Taste of Defeat
145 Chapter 137 - Kepulangan
146 Chapter 138 - Kabar
147 Chapter 139 - New Dawn
148 Chapter 140 - Agreement
149 Chapter 141 - Journey
150 Chapter 142 - Kebenaran
151 Chapter 143 - Encounter
152 Chapter 144 - Pengorbanan
153 Chapter 145 - Sisi Lain
154 Chapter 146 - Panggung untuk sebuah Akhir
155 Chapter 147 - Dua Pemikiran
156 Chapter 148 - Dua Buah Pilihan
157 Selfish Ending - A Peaceful World
158 Sacrificial Ending - A Bloodbath World
159 Epilog Bagian 2 - Dunia Impian
Episodes

Updated 159 Episodes

1
Arc 1 - Redemption
2
Chapter 1 - Pergi ke Dunia Lain
3
Chapter 2 - Bertahan Hidup
4
Chapter 3 - Kehidupan Di Desa
5
Chapter 4 - Pahlawan Baru
6
Chapter 5 - Pagi yang Merepotkan
7
Chapter 6 - Kemenangan
8
Chapter 7 - Kawan Baru
9
Chapter 8 - Hari Baru
10
Chapter 9 - Tidak Mau
11
Chapter 10 - Berkat
12
Ilustrasi (Akan selalu di-update tiap berjalannya cerita)
13
Chapter 11 - Kemampuan Baru
14
Chapter 12 - Tambang Carthia
15
Chapter 13 - Emas!
16
Chapter 14 - Awal Mula
17
Chapter 15 - Kegelapan
18
Chapter 16 - Pergantian
19
Chapter 17 - Musim Dingin
20
Chapter 18 - Penjelasan
21
Chapter 19 - Awal Baru
22
Chapter 20 - S Rank Skill : Enchanter
23
Chapter 21 - Rencana
24
Chapter 22 - Balasan
25
Chapter 23 - Kenyataan
26
Chapter 24 - Keluar
27
Chapter 25 - Danau Aegis
28
Chapter 26 - Istirahat
29
Chapter 27 - Sisi Lain
30
Chapter 28 - Pekerjaan
31
Chapter 29 - Pijakan Pertama
32
Chapter 30 - Hasil
33
Chapter 31 - Petualang
34
Chapter 32 - Keseharian
35
Chapter 33 - Akhir dari Musim Dingin
36
Chapter 34 - Awal Perjalanan
37
Chapter 35 - Monster
38
Chapter 36 - Kenyataan
39
Chapter 37 - Bantuan
40
Chapter 38 - Akhir dari Pelarian
41
Chapter 39 - Tenaga Kerja Tambahan
42
Chapter 40 - Pasar
43
Chapter 41 - Negosiasi
44
Chapter 42 - Persiapan
45
Chapter 43 - Pencatatan
46
Chapter 44 - Mencari Uang
47
Chapter 45 - Perkembangan
48
Chapter 46 - Tawaran
49
Chapter 47 - Pembicaraan
50
Chapter 48 - Kontrak
51
Chapter 48.5 - Sisi Lain
52
Chapter 49 - Kehidupan Baru
53
Chapter 50 - Misi Peramu
54
Chapter 51 - Berbisnis
55
Chapter 52 - Kegiatan
56
Chapter 53 - Surat
57
Chapter 54 - Garis Depan
58
Chapter 55 - Pekerjaan
59
Chapter 56 - Akademi Sihir
60
Chapter 57 - Kelas Sihir
61
Chapter 58 - Pasar Budak
62
Chapter 59 - Benang Takdir
63
Chapter 60 - Pencarian
64
Chapter 61 - Pertemuan
65
Chapter 62 - Kenyataan
66
Chapter 63 - Reuni
67
Chapter 64 - Lembaran Baru
68
Arc 2 - Nobility
69
Chapter 65 - Kedai Makan Baru
70
Chapter 66 - Manajemen
71
Chapter 67 - Penglihatan
72
Chapter 68 - Sisi Lain
73
Chapter 69 - Panggilan
74
Chapter 70 - Pahlawan Baru?
75
Chapter 71 - Perjalanan
76
Chapter 72 - Desa Rarth
77
Chapter 73 - Igor Sikorsky
78
Chapter 74 - Semangat Juang
79
Chapter 75 - Motif
80
Chapter 76 - Pesan
81
Chapter 77 - Kembali
82
Chapter 78 - Kota Venice, 17 Hari Kemudian
83
Chapter 79 - Kedai Bulan
84
Chapter 80 - Kunjungan
85
Chapter 81 - Enchantment
86
Chapter 82 - Hasil
87
Chapter 83 - Rapat
88
Chapter 84 - Pekerjaan Baru
89
Chapter 85 - Pertemuan
90
Chapter 86 - Akademi Sihir Aselica
91
Chapter 87 - Pendaftaran
92
Chapter 88 - Promotor
93
Chapter 89 - Kenyataan
94
Chapter 90 - Pelajaran
95
Chapter 91 - Pertukaran
96
Chapter 92 - Senjata Sihir
97
Chapter 93 - Mark 1
98
Chapter 94 - Parade?
99
Chapter 95 - Penyergapan
100
Chapter 96 - Perburuan
101
Chapter 96.5 - Benteng Kayu
102
Chapter 97 - Dua Sisi
103
Chapter 98 - Hasil Akhir
104
Chapter 99 - Pengorbanan
105
Chapter 100 - Revelation
106
Chapter 101 - Kelulusan
107
Chapter 102 - Kenyataan
108
Chapter 103 - Kekosongan Kekuatan
109
Chapter 104 - Pengganti
110
Chapter 105 - Kebijakan Baru
111
Chapter 106 - Divisi Khusus
112
Chapter 107 - Langkah Berikutnya
113
Chapter 108 - Serangan Dadakan
114
Chapter 109 - Pertempuran
115
Chapter 110 - Pembantaian
116
Chapter 111 - Kembali
117
Chapter 112 - Sisi Lain
118
Chapter 113 - Kepala Akademi
119
Chapter 114 - Pilihan
120
Chapter 115 - Mengatakan yang Sejujurnya
121
Chapter 116 - Pemerintahan Selama Musim Dingin
122
Chapter 117 - Masalah Besar
123
Chapter 118 - Raja Iblis
124
Chapter 119 - Saran
125
Chapter 120 - Saudari
126
Chapter 121 - Kecurigaan
127
Chapter 122 - Utusan
128
Chapter 123 - Hal tak Terelakkan
129
Chapter 124 - Keputusan
130
Chapter 125 - Kebenaran
131
Chapter 126 - Iblis
132
Chapter 127 - Kekacauan
133
Chapter 128 - Akhir
134
Epilog Arc 2
135
Arc 3 - Golden Age
136
Chapter 129 - Perkembangan
137
Chapter 130 - 6 Tahun Kedamaian
138
Chapter 131 - Krisis
139
Chapter 132 - Pertempuran di Crystalcourt
140
Promosi
141
Chapter 133 - Pertempuran di Crystalcourt 2
142
Chapter 134 - Kekuatan Mutlak
143
Chapter 135 - Phyrric Victory
144
Chapter 136 - Taste of Defeat
145
Chapter 137 - Kepulangan
146
Chapter 138 - Kabar
147
Chapter 139 - New Dawn
148
Chapter 140 - Agreement
149
Chapter 141 - Journey
150
Chapter 142 - Kebenaran
151
Chapter 143 - Encounter
152
Chapter 144 - Pengorbanan
153
Chapter 145 - Sisi Lain
154
Chapter 146 - Panggung untuk sebuah Akhir
155
Chapter 147 - Dua Pemikiran
156
Chapter 148 - Dua Buah Pilihan
157
Selfish Ending - A Peaceful World
158
Sacrificial Ending - A Bloodbath World
159
Epilog Bagian 2 - Dunia Impian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!