Lebih dari 8 Minggu telah berlalu semenjak Dimas dilemparkan secara paksa untuk bekerja di tambang ini.
Atau lebih tepatnya, yaitu sebuah tambang yang telah mengering dan tak lagi memiliki banyak hal, bahkan bijih besi sekalipun.
Di tempat seperti itulah puluhan orang dipekerjakan secara paksa. Mengais sisa-sisa emas yang mungkin masih tertinggal untuk memperkaya sosok seorang bangsawan yaitu Baron Gilbert.
Dimas yang memiliki kemampuan dari Dewi memiliki sedikit peluang untuk menemukan beberapa butiran emas.
Tapi bagi yang tak mampu....
"Tidak! Aku akan bekerja lebih baik lagi! Kumohon beri aku kesempatan!"
Mereka akan ditarik secara paksa oleh beberapa prajurit entah kemana. Tapi ada satu hal yang pasti. Yaitu mereka tak pernah lagi kembali.
Tak hanya itu, mereka yang tak kunjung menemukan apapun yang berharga, akan memperoleh jatah makanan yang semakin hari semakin sedikit.
Seolah sampah sekalipun terlalu berharga untuk mereka.
Akibatnya, kematian terus menerus terjadi setiap hari. Beberapa orang akan tiba-tiba terjatuh saat sedang bekerja. Mati karena kelaparan.
Sebuah pemandangan yang kini menjadi hal yang biasa bagi Dimas.
Beruntunglah bagi dirinya karena mampu menemukan beberapa butiran emas. Membuatnya mampu memperoleh makanan yang sedikit lebih layak, yaitu sisa makanan para bangsawan yang dibuang.
Setidaknya.... Jumlahnya cukup untuk membuatnya tak merasa kelaparan. Meskipun rasanya sendiri.... Sebenarnya setara dengan sampah karena itu memanglah barang buangan.
Setiap satu Minggu sekali, akan ada kiriman orang-orang baru yang disini disebut sebagai 'pekerja' oleh para Prajurit dan juga bangsawan.
Sama seperti hari ini....
"Semuanya! Baron Gilbert telah menambah tenaga kerja untuk kalian! Kali ini, 12 orang pekerja baru akan bergabung dengan kalian! Ajari cara mereka bekerja dan perlakukanlah dengan baik!" Teriak salah seorang prajurit sambil memaksa masuk 12 orang itu ke dalam tambang.
Kakinya terikat oleh rantai besi yang memiliki pemberat. Mencegah mereka untuk melarikan diri dari tempat ini.
Hal yang sama juga dilakukan pada 'pekerja' yang lama. Termasuk Dimas.
"Selamat datang. Biasakanlah untuk menghemat tenagamu dan bekerja dengan baik, dengan begitu mungkin kau bisa selamat selama beberapa bulan." Ucap salah seorang 'pekerja' yang sudah tua itu.
Di sisi lain, Dimas hanya menatap orang-orang baru itu dengan tatapan mata yang kosong.
Dirinya telah terlalu terbiasa melihat kekejaman dan kematian saat ini.
Baik itu hukuman cambuk, pukulan, atau bahkan pembunuhan secara langsung oleh para prajurit jika ada orang yang mencoba untuk kabur atau memberontak.
Saat ini, Dimas telah kehilangan sebagian besar dari rasa kemanusiaan pada dirinya. Membuatnya berpikir.
'Aah.... Orang baru. Kali ini akan berapa lama mereka bertahan?'
Dimas tak lagi peduli. Apa yang dipikirkannya hanyalah keselamatan dirinya sendiri.
Dan begitulah, pekerjaan mereka berlanjut. Sebuah pekerjaan untuk menukar nyawa dengan beberapa butir emas demi sang bangsawan.
......***......
...- Desa Canary -...
Semenjak kejadian perampokan itu, Reina telah kabur dan kembali ke Desa Canary. Harapan terbesarnya adalah menanti Dimas kembali setelah meloloskan diri.
Tapi hari itu tak kunjung datang.
Ia terus menghabiskan hari-harinya dengan berlatih berpedang, berharap akan berguna bagi Dimas ketika Ia kembali.
Reina terus menanti kembalinya Dimas di bagian terluar Desa.
Akan tetapi....
"Reina.... Kurasa kau harus segera menerima kenyataan. Bukankah kau sendiri yang bilang bahwa kau melihat Dimas dipukul dengan kuat pada bagian belakang kepalanya sesaat sebelum kau kabur? Aku yakin bahwa saat ini...." Ucap sang Kepala Desa kepada gadis itu.
Bukan sebuah kata-kata. Tapi hanyalah air mata yang mampu diberikan oleh Reina sebagai balasan.
"Tidak mungkin.... Dia adalah orang yang cerdas. Tidak mungkin dia akan.... Kenapa.... Kenapa aku saat itu malah meninggalkannya?"
Melihat respon yang sama untuk kesekian puluh kalinya, sang Kepala Desa hanya menggelengkan kepalanya sebelum pergi meninggalkan Reina sendirian.
Memeluk pedang besarnya yang selalu Ia gunakan untuk berlatih itu.
"Dewi.... Kenapa kau diam saja? Apa yang kau lakukan? Kenapa kau tidak menolong kami?"
Reina menangis hingga tengah malam. Menyesali kelemahannya sendiri pada saat itu.
Tapi berbeda dengan sebelumnya, kali ini Ia telah menemukan jawaban dari pertanyaannya selama ini.
Jika Dimas tak kunjung kembali, maka Ia hanya perlu mencarinya.
Itu benar. Jawabannya sangatlah sederhana. Tapi untuk itu, Reina membutuhkan kekuatan yang besar. Cukup besar untuk setidaknya melindungi dirinya sendiri. Dan kelak.... Melindungi orang lain.
Tanpa sepengetahuan siapapun di desa itu....
Reina telah pergi meninggalkan Desa Canary untuk memulai kembali kisah hidupnya.
Dengan tujuan utama yaitu untuk mencari keberadaan satu-satunya rekan yang berasal dari dunia yang sama, Dimas.
Dan tujuan kedua yaitu untuk memperkuat dirinya sendiri.
Kali ini....
Ia akan berusaha keras untuk tidak membuat kesalahan yang sama seperti sebelumnya.
Dan begitulah....
Reina menghilang tanpa jejak. Tak seorang pun kini mengetahui keberadaan dirinya.
......***......
Hari telah berganti menjadi Minggu.
Minggu telah berganti menjadi Bulan.
Dan kini, Dimas menghadapi masa terburuknya setelah bekerja sebagai buruk paksa selama lebih dari beberapa bulan.
Bukan karena Ia memperoleh masalah pada pekerjaannya. Tidak.... Bukan itu masalahnya.
Dimas saat ini sudah jauh lebih pandai, bahkan dengan sengaja menyisakan butiran emas yang ditemukannya di kedalaman tambang untuk esok hari jika Ia tak menemukan yang baru.
Dengan kata lain, pekerjaan dan makanannya sendiri sudah terjamin berkat ketrampilannya.
Bukan juga karena Ia merasa takut atas hukuman yang mungkin mengenainya.
Sebagai salah satu penghasil emas terbaik, Dimas memperoleh perlakuan yang cukup baik dari para Prajurit dan bangsawan. Kini setidaknya, Ia memperoleh sisa makanan yang lebih layak dan lebih banyak.
Bahkan Ia tak lagi menerima hukuman dalam bentuk apapun.
Tak hanya itu, Ia juga sudah sangat terbiasa dengan pemandangan mengerikan yang dilihatnya selama ini.
Kematian, penyiksaan, dan berbagai kesengsaraan lainnya.
Seakan-akan hatinya telah mati dan tak lagi menaruh emosi di dalamnya.
Akan tetapi....
Masalah terbesar saat ini adalah....
Datangnya musim dingin.
Suhu menurun dengan sangat drastis, bahkan dibawah titik beku air. Jika seseorang tak segera menghabiskan minumannya, maka air di dalam gelas itu akan segera membeku setelah beberapa menit dibiarkan.
Tak hanya itu, makanan juga menjadi jauh lebih langka.
Sampah yang biasanya dilemparkan oleh para prajurit sebagai makanan para 'pekerja' kini tak lagi datang. Seakan-akan para bangsawan dan prajurit tak lagi menyisakan makanannya.
Hal yang sama juga dialami oleh Dimas. Meski bekerja dengan baik, makanan yang diperolehnya makin hari makin sedikit.
Dan tak jarang Ia harus memakan hanya tulang belulang dari berbagai hewan.
Meski situasi benar-benar ekstrim dimana sebagian besar orang akan mengurung diri mereka sendiri di dalam rumah selama 3 bulan lebih, para 'pekerja' ini masih tetap dipaksa untuk bekerja bahkan tanpa alas kaki.
Akibatnya....
'Bruuukk!'
"Jacob! Jacob! Kau tidak apa?!" Teriak seorang pria yang tak lain adalah teman dekat pria yang baru saja jatuh itu.
Tak ada balasan dari tubuh yang mulai mendingin itu.
Dan beberapa pekerja lain yang ada di sekitarnya, hanya mampu memberikan tatapan kosong seakan itu adalah kejadian sehari-hari sama seperti biasanya.
Tentu saja, mereka telah bertahan selama ini sedangkan Jacob dan rekannya baru saja datang beberapa Minggu yang lalu.
Di tengah suasana seperti itu....
"Dia sudah mati. Tinggalkan saja dan kembali bekerja. Setidaknya, di bagian dalam tambang ini sedikit lebih hangat." Ucap seorang Pria tanpa membuat ekspresi sedikitpun.
Pria itu tak lain adalah Dimas itu sendiri, yang kini telah memiliki hati yang tak kalah dingin dengan musim dingin ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments
Semau Gue
jejak
👣👣👣
2023-08-08
2
Whats Shapt
knpa MC nya gk Op² ??
padhl udg di chp 16
2022-12-23
0
nagekeo komputer
li
2022-07-20
1