Dimas yang terbangun kembali di dunia Egalathia ini setelah memperoleh berkat Dewi, langsung merasakan efeknya.
Setidaknya, penglihatannya menjadi lebih tajam. Jika Ia fokus pada satu titik, Ia seakan-akan bisa melakukan zoom in dan mampu melihat di jarak yang lebih jauh. Tak hanya itu....
...[Gandum]...
...[Kualitas : Rendah]...
Itu adalah informasi dasar dari benda yang fokus Ia lihat selama beberapa saat. Meskipun informasinya terlalu sederhana, tapi hal itu sudah sangat cukup bagi Dimas.
'Kemampuan ini benar-benar berguna.... Kurasa jika seperti ini....' Pikir Dimas dalam hatinya.
"Oi bocah! Kenapa kau melihat tanaman sampai seperti itu? Kau sudah kehilangan akal karena pingsan barusan?" Tanya pak tua Zack pada Dimas.
Tanpa Diduga, Dimas justru tertawa puas setelah mendengar perkataan itu.
"Hahaha! Kau benar Zack! Aku sudah gila!" Balas Dimas sambil membuat wajah yang terlihat begitu menyeramkan tapi masih tersenyum dengan lebar.
Zack pun tak lagi membalasnya. Ia hanya mampu memalingkan wajahnya dari penampilan gila Dimas dan berpikir dalam hati.
'Aku hanya bermain-main tapi, ternyata dia benar-benar gila?!'
Segera setelah itu, Dimas melanjutkan pekerjaannya sambil terus mencoba kekuatan barunya. Pada siang hari, ketika Tina datang untuk membawakan makanan, Dimas mencoba untuk menggunakan kekuatannya pada hal lain.
...[Manusia]...
...[Kesehatan : Tinggi]...
'Hmm.... Jadi jika memperhatikan makhluk hidup lain, aku bisa melihat tingkat kesehatannya? Tapi informasi ini terlalu minim. Apakah ada kekuatan lain yang bisa menambah kedalaman informasinya?' Tanya Dimas dalam hatinya sendiri.
Tapi bagaimanapun, itu adalah sebuah kekuatan yang cukup besar bagi dirinya, yang selama hidup selalu mengandalkan akal dan kecerdasan.
Jika di bumi Ia memiliki kemampuan yang seperti ini, kemungkinan hidupnya akan berubah drastis dan menjadi inspektur pada suatu lembaga. Itu tak salah lagi. Meski hanya dengan informasi dasar seperti ini.
Tapi yang lalu memang telah berlalu. Dan tak ada apapun yang bisa dilakukan untuk mengubahnya.
Saat ini, Dimas kembali mencoba untuk memperhatikan benda lain.
Apa yang diperhatikannya adalah sebuah gelas kayu dengan teh hangat di dalamnya.
...[Teh]...
...[Kualitas : Rendah]...
'Mari kita lihat seberapa akurat kekuatan mata ini.' Pikir Dimas dalam hatinya sambil menyeruput teh itu.
Apa yang dirasakan pada lidahnya, nampaknya sangat selaras dengan apa yang dinilai oleh kekuatan matanya.
Teh yang baru saja diminum olehnya memiliki warna coklat muda. Aromanya pun baru tercium ketika mendekatkan hidung tepat di atas gelas kayu itu.
Sedangkan rasanya sendiri cukup hambar. Tak banyak rasa pahit dari teh yang dirasakan, tapi juga tak manis seakan tak ada gula yang ditambahkan.
Dengan kata lain....
'Mata ini benar.... Tehnya sendiri sebenarnya tak buruk. Lebih baik daripada air putih. Tapi sebagai teh, minuman ini memang memiliki kualitas yang rendah. Tapi tak terlalu rendah hingga aku harus memuntahkannya. Sekarang....' Pikir Dimas dalam hatinya.
Ia terus memperhatikan orang lain yang sedang makan. Mencari kesempatan untuk mencoba satu hal lagi yang baru. Yaitu merubah kualitas teh ini menjadi lebih baik atau lebih buruk, lalu memastikan apakah kekuatan matanya bisa merespon mengenai perubahan ini.
Lauk yang dihidangkan hari ini sama. Yaitu roti panggang dengan isi daging ayam dan bumbu saus. Setiap orang memiliki jatah sebanyak 2 buah roti. Dan semuanya berkumpul di gazebo ini untuk makan bersama.
Sedangkan Dimas, Ia menghadap ke arah yang berbeda agar orang lain tak bisa melihatnya.
Apa yang dilakukannya adalah memindahkan sebagian isian roti itu ke dalam teh yang tinggal sedikit di gelasnya. Apakah kualitasnya akan menurun atau naik, itulah yang ingin diketahui olehnya.
Dan ternyata, segera setelah isian daging ayam dan saus itu bercampur dengan teh....
...[Teh]...
...[Kualitas : Sampah]...
Senyuman yang lebar terlihat di wajah Dimas segera setelah mengetahui hal itu. Informasi itu muncul di sebelah gelas kayu berisi teh miliknya dengan huruf kecil yang berwarna kehijauan. Ditambah sebuah garis yang mengarah ke benda yang sedang diamati itu.
'Jackpot!' Teriak Dimas dalam hatinya. Ia sangat senang dengan kekuatan barunya ini. Dan tak menyangka akan memiliki efek sebagus ini.
Berbagai peluang dan kemungkinan segera terbuka lebar dengan adanya kekuatan ini. Banyak hal yang sebelumnya tak terpikirkan olehnya, saat ini seakan-akan segera memenuhi pikiran Dimas.
Tanpa ragu, Ia pun segera mengutarakannya kepada beberapa orang yang terkumpul di sini.
"Uh, aku memikirkan sesuatu beberapa saat ini. Tapi apakah ada sebuah tambang di dekat sini?" Tanya Dimas singkat.
Semua orang yang sedang makan pun segera terhenti. Tentu saja, itu karena pertanyaan yang diajukannya sangat aneh bagi orang-orang ini.
"Tambang? Kenapa? Kau ingin menambang?" Tanya pak tua Zack kebingungan.
Tina di sisi lain yang sedari tadi selalu tersenyum, kini terlihat kehilangan senyumannya dan mulai memiringkan kepalanya karena kebingungan.
"Ya begitulah." Balas Dimas singkat.
Sebelum menjawab, pak tua Zack terlihat memperhatikan sekelilingnya. Segera setelah beberapa orang terlihat menganggukkan kepala mereka, akhirnya Zack pun berbicara.
"Di sebelah Utara, kau bisa melihat gunung itu kan? Itu adalah Gunung Carthia. Letaknya tepat di selatan Crystal Lake. Di sana terdapat penambangan yang cukup besar dulunya, tapi saat ini telah ditinggalkan karena kemunculan monster dari bawah tanah." Jelas Zack dengan cukup panjang lebar.
Dimas yang mendengarnya pun hanya bisa merasa sedikit merinding.
"Monster? Monster apa itu?" Tanya Dimas penasaran.
"Sama seperti yang mengejar Reina beberapa waktu yang lalu. Goblin. Nampaknya lorong-lorong penambangan itu kini telah dijadikan sebagai sarang para Goblin.
Asal kau tahu saja, banyak korban jiwa yang telah berjatuhan karena berusaha mencari keberuntungan disana. Tapi jika kau cukup berani, mungkin kau akan memperoleh cukup banyak kekayaan." Jelas Zack sekali lagi.
Dimas terlihat menundukkan kepalanya, mengarah ke lantai kayu tempat istirahat ini.
Sedangkan beberapa orang yang lain terlihat melanjutkan makanannya karena memang telah kelaparan.
Setelah beberapa saat berpikir....
"Baiklah. Kurasa aku akan mencobanya. Aku melihat beberapa beliung di gudang, jadi aku terpikirkan mengenai hal ini. Dan juga, aku mungkin akan mengajak Reina kesana." Jawab Dimas dengan wajah yang seakan sudah siap atas semua konsekuensinya.
"Bocah. Tempat itu berbahaya. Kau yakin?" Tanya Zack sekali lagi.
Tapi jawaban yang Dimas berikan hanya membuat semua orang yang terkumpul disini terkejut. Bagaimana tidak?
"Tak masalah. Aku adalah orang yang ahli menghindari bahaya. Ditambah dengan bantuan kekuatan Reina, aku yakin bahwa kami berdua akan aman menambang disana.
Terlebih lagi, aku masih memikirkan mengenai musim dingin yang mematikan itu. Jika aku bisa memperoleh sedikit emas atau logam berharga lainnya, kurasa aku bisa pergi ke Kota dan membeli berbagai kebutuhan untuk Desa Canary ini." Jelas Dimas panjang lebar.
Seketika, mata semua orang yang ada di tempat ini mulai berbinar. Beberapa orang bahkan berhenti makan dan hanya bisa meneteskan air mata.
"Dimas.... Kau...."
Dan begitulah, perjalanan baru Dimas dimulai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments
Semau Gue
jejak
👣👣👣
2023-06-27
2
Yustiar Dika
semangat teruuusss😁😁
2022-11-23
0
Yustiar Dika
udah kasih vote sama kopi thorr😁😁
2022-11-23
0