...- Kota Veratha -...
...- Sebelah Selatan Pegunungan Rustfell -...
Rombongan kereta yang berisi dengan banyak budak itu pun melewati gerbang kota dengan sangat mudah.
Tak ada satu pun pertanyaan dari para penjaga Kota. Semua itu terjadi sesaat setelah salah seorang yang mengenakan pakaian mewah menunjukkan suatu kartu.
Hanya dengan itu, maka Ia bebas melakukan apapun dengan kumpulan manusia yang ada di dalam kandang besi ini.
'Menjijikkan sekali. Begini kah dunia lain? Bukankah seharusnya manusia bersatu melawan Raja Iblis?' Pikir Dimas dalam hatinya.
Tapi pemikirannya itu bahkan tak bisa disetarakan seperti sebuah kerikil.
Tak ada seorang pun yang peduli.
Kereta kuda itu pun terus bergerak. Membawa semua orang itu ke suatu tempat. Yaitu sebuah bangunan yang cukup besar dan luas dengan banyak sekali orang.
Apa yang ada dalam pandangan Dimas saat ini....
'Ctaakk!'
"Cepat bergerak! Jangan buat aku rugi!" Teriak seorang Pria dengan badan yang cukup besar. Tangan kanannya tak ada henti-hentinya untuk memukul cambuk itu ke arah para budak.
Seluruh budak pun dikeluarkan dari dalam kandang besi itu.
Satu demi satu. Semuanya berbaris dengan rapi di hadapan tembok bangunan ini. Bersamaan dengan itu, beberapa orang terlihat mengalungkan papan kayu dengan nomor di tiap tubuh semua orang.
Termasuk Dimas.
"Tidak! Aku tidak ingi...."
'Cltaaakkk!!!'
Pukulan cambuk yang sangat kuat dan keras segera mengenai sosok seorang Pria yang berusaha untuk kabur itu. Bahkan meskipun kakinya terikat oleh rantai yang cukup berat.
'Bruuukk!'
Tak kuasa menahan rasa sakit dari cambuk itu, Pria itu pun terjatuh ke tanah. Sang 'pemilik' para budak ini pun segera berjalan mendekat.
Ia mengangkat kepala Pria itu dengan cukup kasar sambil berbicara.
"Katakan.... Kau akan bekerja untukku atau kau mau mati? Aku bisa dengan mudah mengantarkan kematianmu kepada mereka. Kau tahu? Mereka sangat suka dengan daging manusia." Ucap Pria yang mengenakan pakaian mahal itu sambil mengarahkan pandangannya ke kawanan anjing penjaga.
Apa yang dimaksudkan olehnya sangat jelas. Meski begitu....
Pria yang ada di hadapannya nampaknya tak begitu peduli. Atau mungkin, Ia tahu bahwa masa depannya sudah berakhir sejak rantai itu merenggut kebebasannya.
"Lepaskan aku! Atau aku akan...."
'Zraaassshh!'
Tanpa ragu, Pria yang nampaknya merupakan pemilik para budak itu pun menusukkan pisaunya ke arah lehernya. Membuatnya menerima luka yang cukup fatal.
Tak berhenti disana, Ia juga menusukkannya beberapa kali di kedua kakinya. Segera setelah itu....
"Lemparkan dia. Setidaknya harganya cukup murah untuk menjadi makanan mereka." Ucap Pria itu sambil berdiri dan kembali ke tempat teduh.
Beberapa orang penjaga pun segera mengangkat tubuh Pria yang tak lagi berdaya itu. Kemudian melemparkannya ke arah kawanan anjing penjaga yang terlihat begitu kelaparan itu.
Apa yang terjadi berikutnya....
'Yang benar saja?! Orang-orang ini serius?!' Teriak Dimas dalam hatinya sambil melihat pemandangan yang mengerikan itu.
Ia telah sepenuhnya sadar mengenai posisinya saat ini. Tapi Ia sama sekali tak menyangka bahwa status 'budak' akan seburuk ini di dunia ini.
Bahkan Dimas masih membayangkan kemewahan seperti hak asasi manusia sebelumnya. Tapi sekarang, semua itu luntur. Apa yang tersisa di dalam pikirannya adalah bagaimana caranya untuk bertahan hidup di tengah semua ini.
Setelah kejadian yang mengerikan itu, tak ada satu orang pun yang berani melawan. Apalagi untuk memberontak dan berusaha kabur.
Semuanya hanya terdiam menatap tanah dan menuruti seluruh perintah mereka.
Pada akhirnya, sejumlah 82 budak yang semuanya adalah laki-laki itu dibariskan dengan rapi. Termasuk dengan nomor yang menggantung di leher mereka.
"Kerja bagus semuanya. Sekarang, persilakan para tamu untuk masuk." Ucap sang pemilik itu dengan tenang sambil duduk di sebuah kursi di tempat yang teduh.
Sementara itu, Dimas beserta orang yang lain hanya bisa berdiri dan berbaris dengan rapi di tanah lapang, tepat di bawah terik matahari.
Beberapa saat berlalu....
Penjaga yang mengenakan perlengkapan tempur itu terlihat membukakan gerbang di tempat ini.
Dari balik gerbang itu, terlihat beberapa orang dengan pakaian yang terlihat cukup mewah. Menganggap satu atau dua dari mereka adalah bangsawan mungkin saja benar.
Tapi pertanyaan yang ada di dalam diri Dimas hanya satu.
'Kenapa orang-orang kaya seperti mereka kemari?'
Meskipun, pertanyaannya itu segera terjawab. Tak membutuhkan waktu lama, sang pemilik tempat ini pun berdiri dan menyambut para tamunya.
"Selamat datang, Tuan-Tuan dan Nyonya-Nyonya sekalian. Kali ini, kami akan menawarkan beberapa barang yang cukup menarik. Sebuah tenaga kerja yang akan membantu kalian melakukan apapun yang kalian butuhkan.
Tanpa perlu berbasa-basi lebih lama lagi, mari kita segera mulai pelelangannya." Ucap sang pemilik tempat ini sambil membuat wajah yang begitu ramah. Lengkap dengan senyuman yang lebar.
Mendengar kalimat itu, pikiran Dimas seakan mengalami korsleting. Tak mampu lagi bekerja baik.
'Barang? Lelang? Jadi semua ini....'
Itulah yang terakhir kali ada di dalam pikirannya.
Waktu pun terus berlalu dengan pikirannya yang kian lama semakin kosong. Apa yang ada di hadapannya berlalu begitu cepat.
Sesekali, Ia melihat beberapa orang kaya itu mengangkat tangannya sambil menyebutkan angka.
Angka yang dimaksud adalah jumlah dari 'barang' yang ingin mereka beli dan harga yang mereka tawarkan.
Pelelangan yang berlangsung selama beberapa puluh menit itu pun hanya terasa sekejap bagi Dimas segera setelah pukulan cambuk mengenai punggungnya.
"Cepat bergerak! Apa yang kau lakukan?! Tuan barumu telah menanti!"
Tanpa bisa menjawab, Ia hanya berjalan mengikuti arahan yang ada.
Bersama dengan dirinya adalah sosok 8 pemuda lain yang berjalan mengikuti seorang bangsawan dengan setelan jas berwarna keunguan yang indah.
Sesaat sebelum kembali menaiki kereta kuda, bangsawan itu membalik badannya. Memperlihatkan parasnya yang begitu tampan dengan kacamata itu.
Ia memberikan 'sambutan hangat' dengan senyumannya yang terlihat begitu mengerikan itu.
"Selamat datang semuanya. Mulai sekarang, aku, Baron Gilbert, akan menjadi Tuan dari kalian semua. Tenang saja, kalian akan bekerja di lingkungan yang baik dan memperoleh makanan yang cukup."
Dimas yang telah mulai kehilangan kepercayaannya terhadap manusia lainnya terlihat sama sekali tidak peduli dengan perkataannya.
Tatapannya masih terlihat kosong setelah berbagai kejadian barusan. Dan kini, Ia telah dihadapkan pada hal baru.
Yang Ia sendiri sangat yakin....
Bahwa apapun yang dikatakan oleh 'ular' di hadapannya itu hanyalah kebohongan.
"Jika kalian bekerja dengan baik, aku akan menjamin kehidupan kalian." Lanjut Bangsawan bernama Gilbert itu dengan senyumannya.
Beberapa orang terlihat percaya pada perkataannya, dan seakan melihat harapan baru.
Tapi pada kenyataannya.... Setelah mereka sampai di tempat kerja....
Sama seperti apa yang dipikirkan oleh Dimas sebelumnya.
Lingkungan kerja yang baik?
Makanan yang terjamin?
Barang mewah seperti apa itu?
Bahkan istirahat sekalipun merupakan sebuah kemewahan bagi mereka semua yang kali ini....
Harus bekerja lebih dari 20 jam sehari di dalam sebuah tambang.
Makanan yang diberikan kepada mereka hampir menyerupai makanan ternak. Dimana puluhan orang akan berebut sesaat setelah makanan menyerupai bubur yang menjijikkan itu dilemparkan ke tanah.
Dimas yang terbiasa hidup dengan lingkungan yang baik tentu saja terkejut dengan situasi ini.
Perutnya berteriak kelaparan. Tangan kanannya yang membawa beliung itu tak lagi memiliki tenaga untuk mengayunkannya.
'Haruskah.... Aku ikut berebut makanan? Tidak.... Hanya itu saja, setidaknya aku takkan melakukannya. Jika aku kembali menemukan sebuah butiran emas di tambang yang kering ini, aku akan memperoleh satu mangkuk sisa makanan yang layak.'
Itulah pikiran yang ada dalam diri Dimas.
Yang kini....
Sedikit demi sedikit....
Mulai kehilangan arti dari kata 'manusiawi' di dalam dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments
Semau Gue
jejak
👣👣👣
2023-07-26
2
Whats Shapt
kpn op ny tuh mc ????
lama² pembaca anda kabur semua thor klo kyk gni tros pdhl udh chp 15 loh....!!!!
2022-12-23
0
Kang Nyimak
ya gimna, ya walaupun dia gk op cuma jangan terlalu sial nasib nya lah thor
2022-05-23
0